MANHAJ HAROKI
RESENSI BUKU
Kita percaya bahwa sejarah bukan hanya
cerita tentang serpihan peristiwa masa lalu, namun rangkaian kehidupan umat
manusia itu juga memberikan pelajaran tak terperi pada bangsa-bangsa yang
datang sesudahnya. Bila al-Qur’an banyak berkisah tentang umat-umat masa lalu,
dan hadits pun banyak merekam beragam peristiwa penting dalam perjuangan Islam,
maka semua itu cukup menjadi landasan bagi kita untuk memberikan porsi kajian
yang besar pada sirah , lebih-lebih sirah nabawiyah (narasi kehidupan Nabi).
Karena itu, K.H. Rahmat Abdullah, yang
memberi pengantar pada buku ini, melontarkan kritiknya terhadap kerangka
keilmuan yang dibentuk oleh para ulama dahulu, yaitu akidah, fiqih, dan akhlak.
Ketiga kajian ini diakuinya memang cukup mampu membentuk pribadi Muslim yang
sadar akan kewajibannya terhadap Allah dan masyarakat. Namun menurutnya ada
yang terputus.
Ketiga kajian ini jelas kekurangan satu
hal pokok, yaitu “mata rantai yang akan menghubungkan mereka dengan Rasulullah,
bahkan dengan Nabi-Nabi sebelum-nya.” Ini disebabkan tiadanya kajian sirah
ataupun sejarah Islam yang berdasar-kan wa’yu (kesadaran ilmiah). Padahal
sekali seseorang berbicara sirah, maka ia pasti merupakan bagian integral dan
ummatan wahidah . Ia akan mewarisi spirit masa lampau umat Islam yang sangat
kaya dan menumbuhkan militansi. Karena itu, putusnya mereka dengan sirah
membuat lemahnya girah dan ruhul jihad.
Di sinilah peran penting yang dimainkan
buku sebesar Manhaj Haraki ini. Sejarah yang ditulis da’i mujahid ini
menampilkan sosok yang jauh berbeda dengan para penulis “ilmiah” pada umumnya.
Penghayatan terhadap ruhul jihad dalam kehidupan Rasulullah merupakan modal
utamanya. Hal ini karena mereka berada pada satu alur yang sama dengan
Rasulullah, yaitu harakah dan dakwah. Maka penggambaran yang mereka sajikan
bukan lagi masalah kronologis belaka, tetapi sudah masuk pada isi pembahasan
yang mengasyikkan dan sangat bermanfaat bagi dakwah dan pergerakan.
Buku-buku sejarah memang telah banyak
ditulis orang. Namun kitab Manhaj Haraki dalam Sirah Nabi Saw. ini tetap harus
disambut dengan antusiasme yang besar, karena karya Munir Muhammad al-Ghadban
ini menjadi pengecualian dari buku-buku itu. Bukan hanya karena studinya yang
lebih spesifik, yaitu kajian tentang pergerakan dan perjuangan politik dalam
sirah nabawiyyah , namun Munir al-Ghadban juga menyajikan fakta dan data, yang
dirangkai dengan studinya yang ekstensif, analisa yang tajam dan mengagumkan
dengan daya kritis yang tinggi.
Tokoh pergerakan yang juga dosen di
Universitas Ummul Qura Saudi Arabia dan di Jami‘ah al-Iman Yaman ini
memperlihatkan kepiawaiannya yang luar biasa sekali dalam mempertautkan
berbagai peristiwa di masa Nabi dengan kejadian mutakhir yang dihadapi oleh
Harakah Islam kontemporer. Marhalah (periode) demi marhalah pergerakan Nabi
dikupas dengan sangat memikat sekali, seraya dibedah watak dan
karakteristiknya, lalu diproyeksikan dan direkonstruksi kembali ke dalam iklim
pergerakan Islam modern.
Dalam jilid pertama buku ini, ada empat
periode yang dibahas tuntas oleh Munir Muhammad Ghadban. Pertama, periode
berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan merahasiakan struktur organisasi. Kedua,
berdakwah secara terang-terangan dan (tetap) merahasiakan struktur organisasi.
Ketiga, mendirikan negara. Keempat, negara dan penguatan pilar-pilarnya.
Ketika banyak pergerakan Islam
kontemporer layu sebelum berkembang, tumbang dan berguguran, buku ini insya
Allah memberikan suntikan energi yang dahsyat sekali. Harus diakui, kitab ini
menjadi bacaan ‘wajib’ bagi pada aktivis da‘wah dan Harakah Islam, serta para
peminat sejarah Islam. Juga menjadi bacaan yang bermutu bagi kaum muslimin pada
umumnya. Karena kitab ini nyaris sempurna dalam mengupas dan merunut manhaj
haraki atau langkah-langkah terprogram yang ditempuh Nabi saw. dalam gerakan
dakwahnya, sejak kenabiannya sampai berpulang kepada Allah.
Jika kita ingin agar gerakan Islam yang
kita lakukan berjalan secara benar, maka kita harus melacak tahapan-tahapan
pergerakan Rasulullah langkah demi langkah serta mengikuti langkah-langkah
tersebut. Allah berfirman: “Sesungguh-nya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat” (al-Ahzab: 21).
Lebih dari itu, buku ini tidak hanya
memberikan jawaban terhadap pertanyaan ”Pendekatan macam apa yang harus
diterapkan Harakah Islam kontemporer dalam kondisi seperti sekarang ini”, namun
buku ini juga lahir dari pengalaman riil penulisnya yang sudah malang melintang
dalam belantara Harakah Islam. Inilah “roh” yang menjadikan buku ini hidup,
bukan sekadar “keasyikan intelektual” belaka. (Makmun Nawawi)
________________
Dengan mengucapkan jazakamullah kepada
Ustadz Rahmat Abdullah yang telah menorehkan catatan berharga dalam penerbitan
buku ini, kami persilahkan Anda untuk segera mengkajinya.
“Alhamdulillah!” begitulah pujian yang
harus kami panjatkan mengiringi penerbitan buku Manhaj Haraki—Strategi
Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Sirah Nabi Saw . jilid kedua ini.
Selain sebagai tanda syukur dari begitu banyak nikmat yang sudah kita terima
dari-Nya, pujian tersebut juga merupakan kesyukuran khusus kami atas terbitnya
karya Munir Muhammad al-Ghadban ini, yang diluncurkan hampir bersamaan dengan
jilid kesatu buku ini. Dengan demikian, maka Anda, pembaca yang budiman, bisa
memperoleh pemikiran yang utuh dan menyeluruh dari tokoh pergerakan kelahiran
Syria ini.
Sebagaimana yang kami kemukakan dalam
jilid kesatu buku ini, ketika banyak pergerakan Islam kontemporer layu sebelum
berkembang, tumbang dan berguguran, buku ini insya Allah memberikan suntikan
energi yang dahsyat sekali. Lebih-lebih jika dikaitkan dengan fenomena terakhir
yang menjangkiti bangsa ini, di mana banyak aktivis Islam yang diburu dan
diciduk oleh orang tak dikenal, maka buku ini mempunyai relevasi yang kuat
sekali. Karena dengan berbagai macam contoh peristiwa yang ditampilkannya,
kitab ini memberikan penjelasan yang luas sekali terhadap pertanyaan “Strategi
macam apa yang harus diterapkan Harakah Islam dalam kondisi seperti sekarang
ini?”
Karya berharga tentang sirah nabawiyah
(narasi kehidupan Nabi) ini tidak hanya menyajikan fakta dan data dari setiap
fase sejarah yang dilewatkan Nabi, namun penulisnya juga mempresentasikan
analisa yang cerdas sekali seputar strategi pergerakan dan perjuangan politik
yang dilakukan Sang Utusan. Ulasan Munir al-Ghadban yang memukau tentang
berbagai karakteristik yang mewarnai setiap marhalah (periode) perjuangan
Rasulullah, seyogianya memberikan pencerahan yang berlimpah bagi para aktivis
da‘wah dan harakah Islam modern, bahkan ia mesti menjadi tuntunan dari zaman ke
zaman.
Seraya mengucapkan jazakamullah kepada
Ustadz Rahmat Abdullah yang telah mengguratkan catatan berharga dalam
penerbitan buku ini, kami persilahkan Anda untuk segera mengkajinya.
uku-buku sejarah memang telah banyak
ditulis orang, namun kitab Manhaj Haraki ini tetap harus disambut dengan
antusiasme yang besar, karena karya Munir al-Ghadban ini menjadi pengecualian
dari buku-buku itu. Bukan hanya karena kajiannya yang lebih spesifik, yaitu
tentang pergerakan dalam sirah nabawiyah , namun penulis juga menyajikan fakta
dan data, yang dirangkai dengan studi yang ekstensif dan analisa yang
mengagumkan dengan daya kritis yang tinggi.
Tokoh pergerakan yang juga dosen di
sejumlah universitas Timur Tengah ini memperlihatkan kepiawaiannya yang luar
biasa sekali dalam mempertautkan berbagai peristiwa di masa Nabi dengan
kejadian mutakhir yang dihadapi Harakah Islam kontemporer. Marhalah demi
marhalah pergerakan Nabi dikupas dengan amat memikat, seraya dibedah
karakteristiknya, lalu direkonstruksi ke dalam iklim Harakah Islam modern.
Ketika banyak pergerakan Islam
kontemporer layu sebelum berkembang, buku ini insya Allah memberikan suntikan
energi yang dahsyat sekali, sehingga menjadi referensi ‘wajib’ bagi para
aktivis da‘wah dan harakah Islam, para peminat tarikh Islam, juga menjadi
bacaan bermutu bagi kaum muslimin pada umumnya. Lebih dari itu, publikasi karya
ini bukan hanya karena “keasyikan intelektual” penulisnya, tapi justru lahir
dari pengalaman riilnya yang sudah malang melintang dalam belantara Harakah
Islam. Inilah “roh” yang menjadikan buku ini hidup.
• Tercerabut dari sejarahnya.
• Banyak pergerakan modern menuai kegagalan
• yang biasanya dirangkai dengan pesan agar semua itu menjadi ibrah (pelajaran)
bagi kita
• Kritis.
• Bagaimana penulis begitu lincah sekali dalam menggambarkan tahap demi tahap
pergerakan Nabi.
• Kajian fiqih juga akan kering, bila tidak merujuk pada sirah Nabi.
• Sirah mengajarkan kearifan.
• Bukan keasyikan intelektual semata, rasikhun fil-ilm.
• Bila gerakan Islam gagal di tengah jalan, penting menyimak buku ini
• Tidak hanya menyajikan fakta, tapi juga membentangkan analisa yang radikal,
seraya membandingkannya dan merekostruksinya ke dalam era pergerakan Islam
mutakhir
• Sebuah penulisan sejarah yang baru
• Pendekatan yang asyik.
• Berangkat dari pengalaman riil
• Memberikan analisa yang—harus dibilang—mengagumkan.
• Kajian yang ekstensif
diambil dari resensi oleh seorang al-akh
Komentar
Posting Komentar