SIAPA YANG PANTAS MENJADI ‘DKM’
MASJID MENURUT AL-QUR’AN?
Oleh : Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan
para sahabatnya.
Masjid memiliki kedudukan agung dan posisi yang tinggi dalam
Islam. Masjid yang disebut Baitullah (rumah Allah) sudah cukup menjadi bukti
akan kesucian dan keagungannya. Sehingga seorang muslim wajib mengagungkan dan
memuliakan masjid.
“Dan barangsiapa
yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan
hati.” (QS. Al-Hajj: 32)
Cara mengagungkan dan memuliakan masjid adalah dengan
senantiasa memakmurkannya dengan ibadah dan ketaatan, menjaga adab-adab masjid
saat mendatanginya dan berada di dalamnya. Menyeterilkan masjid dari berbagai
kotoran fisik maupun non fisik, seperti berkata dusta, berbicara jorok,
bersikap sombong, memiliki tujuan duniawi dalam menguasai masjid, dan
sebagainya.
Hendaknya orang yang memuliakan masjid menjadikan amal
shalih dan ketaatan yang dikerjakannya di dalam masjid benar-benar karena
Allah Tabaraka wa Ta’aala semata, tanpa menyekutukannya dengan
selainnya dalam niatan.
“Dan sesungguhnya
masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah
seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin: 18)
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Allah
Ta’ala berfirman yang memerintahkan kepada para hamba-Nya agar mentauhidkan-Nya
di tempat-tempat ibadah untuk-Nya, janganlah ada seseorang yang disembah
bersama-Nya, dan jangan ada yang dijadikan sekutu dengan-Nya.”
Siapa yang Pantas Jadi DKM Masjid?
Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) adalah orang-orang yang
bertugas menjaga kemakmuran masjid; fisik masjid maupun kegiatan ibadah di
dalamnya. Di masyarakat, jabatan ini bisa menjadi simbol kesalehan karena
ikatan dirinya dengan rumah Allah ini. Karenanya, terkadang terjadi, para
pemuja sanjungan manusia berusaha merebut masjid dan menguasainya walau
sebelumnya ia tak terlibat lebih dalam pembangunan dan pemakmuranya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah membuat
kriteria hamba yang pantas memakmurkan rumah-Nya sehinnga mendapatkan kedudukan
tinggi di sisi-Nya.
“Hanyalah yang
memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
Al-Taubah: 18)
Orang yang sanggup memakmurkan rumah Allah dengan
semestinya, kemudian usahanya tersebut diterima Allah dan diberi pahala, adalah
mereka yang mendasari amalnya dengan keimanan kepada Allah dan hari Akhir.
Artinya, ia benar-benar menjadikan kesibukannya di rumah Allah dalam rangka
beribadah kepada-Nya semata, mengikhlaskan tujuan untuk-Nya semata, dan
berharap pahala dan keridhaan-Nya. Masuk dalam makna ini, ia yakin dengan
kebenaran kitab Allah dan ajaran di dalamnya sehingga senantiasa menyeru
manusia untuk menerapkannya dalam kehidupan hariannya, sebagaimana yang
ditafsirkan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu.
Harapan dan tujuan amalnya di kemakmuran masjid untuk
memakmurkan hidupnya akhirat, bukan karena adanya kepentingan dan tujuan
duniawi. Apalagi dibarengi konspirasi jahat menghentikan aktifitas-aktifitas
islami, seperti kajian sunnah, seruan dakwah dan jihad, amar makruf nahi
munkar, dan santunan untuk yatim – dhuafa’. Maka manusia semacam ini tak pantas
memegang jabatan pemakmur rumah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kriteria berikutnya, para pengurus DKM hendaknya orang yang
rajin mendirikan shalat berjamaah di masjid yang diurusinya. Ini dilihat dari
lafadz, waaqaama al-Shalah (dan mendirikan shalat). Karena
imarah masjid memiliki dua makna, pertama, memakmurkannya secara ma’nawi dengan
ibadah shalat, dzikrullah, tilawah Al-Qur’an, kegiatan hidayah semacam taklim,
takbir akbar, taushiyah, dan semisalnya.
Makna kedua, memakmurkan secara fisik, dengan memperbagus
dan memperindah bangunannya, membuat nyaman ruangan masjid, dan semisalnya.
Criteria berikutnya: pengurus masjid hendaknya memiliki
kepekaan terhadap masyarakat sekitarnya, kehususnya mereka yang miskin dan
lemah. Ini ditunjukkan oleh lafadz, Wa aataa al-Zakaah, yang
merupakan amal kebaikan kepada sesama makhluk yang paling utama. Baik dalam
bentuk infak dan shodaqah, santunan, bantuan modal, membantu korban bencana,
dan semisalnya.
. . . pengurus masjid hendaknya memiliki kepekaan
terhadap masyarakat sekitarnya, kehususnya mereka yang miskin dan lemah. . .
Kriteria terakhir, pemakmur rumah Allah adalah mereka yang
tidak takut kecuali kepada Allah semata. Ia tidak takut kepada siapa saja
selain Allah yang menghalangi manusia dari jalan Allah. Ia sempurnakan
ibadahnya dalam arti yang luas hanya kepada Allah semata, tidak dibagi kepada
selain-Nya.
Rasa takut ini mendorongnya untuk berhati-hati dalam berkata
dan berbuat. Ia tinggalkan segala bentuk perkataan dan perbuatan yang bisa
membuat Allah murka. Ia tak berani melanggar keharaman yang telah Allah
tetapkan, juga tak berani menyengaja mengurangi hak wajib Allah yang harus
ditunaikannya.
Al-Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di berkata dalam
tafsirnya, “Maka Allah menyifati mereka dengan iman nafi’ (yang bermanfaat) dan
menegakkan amal-amal shalih yang induknya adalah shalat dan zakat, juga
menegakkan rasa takut kepada Allah (Khasyyatullah) yang menjadi pokok semua
kebaikan. Mereka-mereka itulah pemakmur-pemakmur masjid yang sebenarnya dan
ahli masjid yang sejati.”
“Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
akhir, tidak punya rasa takut kepada Allah, mereka ini bukan pemakmur
masjid-masjid Allah, bukan pula termasuk ahli masjid yang sejati, walaupun ia
mengklaim dan mengaku-ngakukan-nya,” tambahnya.
Penutup
Para pemakmur masjid (rumah Allah) yang sejati adalah mereka
yang memiliki empat sifat yang telah disebutkan di atas, beriman kepada Allah
dan hari akhir, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan memiliki rasa takut
yang besar kepada Allah. Mereka yang pastas menduduki posisi Dewan Kemakmuran
Masjid (DKM). Mereka senantiasa mendapat bimbingan hidayah dari Allah untuk
memegang kebenaran, meniti jalan yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari
neraka.
Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi dalam Aisarnya berkata, “Orang
yang mendapat rasa aman dan selamat dari neraka adalah mereka yang memiliki
empat sifat yang telah disebutkan dalam ayat.”
Sebaliknya orang-orang yang obsesi duniawinya besar, rakus
jabatan dan uang, malas mengunjungi rumah Allah di shalat lima waktu, pelit
dari infak dan sedekah (tidak peka terhadap saudara seiman yang lemah), tidak
memiliki rasa takut kepada Allah yang besar, gemar mendekat dan meminta-minta
ke kuburan, MEREKA TAK LAYAK MENJADI PEMAKMUR RUMAH ALLAH.
Sumber : http://www.voa-islam.com
IQROBOOKSTORE ( TOKO
RIEL & ON LINE )
HP/SMS/WA : 0812-8091926
MENYEDIAKAN :
Buku Buku Islam Dari Berbagai
Penerbit, Buku Buku Referensi Kuliah, Buku Cerita Anak, Komik Islam, Novel,
Buku Kado Pernikahan, Aneka Al Quran Indonesia & Timur Tengah ( Mushaf
Utsmani )
Film Film Islam, Vcd & Dvd
Bacaan Murattal Al Quran Aneka Imam Timur Tengah, Aneka Speaker Al Quran
Aneka Herbal ( Madu, Kurma,
Habbatussauda, Minyak Zaitun, Sari Kurma, Air Zam Zam, Propolis, Qusthul Hindi,
Sambiloto Dll )
ALAMAT TOKO KAMI :
Jl.Transad 4 No.8 Ujung Aspal,
Jatiranggon, Jatisampurna Bekasi
Dapat Juga Di Beli Toko Online,
Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazzada Atas Nama Tokoiqrobookstore
Sekarang Belanja Produk Produk IQRO
BOOKSTORE Lebih Mudah Dan Lebih Murah Di Sini Saja :
https://shopee.co.id/tokoiqrobookstore?v=930&smtt=0.0.3
https://tokopedia.link/KKdxYPMAoib
https://www.bukalapak.com/u/tokoiqrobookstore
https://s.lazada.co.id/s.VCelq
Produk Lengkap, Diskon Setiap Hari,
Setiap Hari Diskon
Telp : (021) 84598427
HP/SMS/WA : 0812-8091926
Komentar
Posting Komentar