Oleh Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan
Alhamdulillah, dengan izin Allah SWT. pada tahun ini
–insya Allah– kita akan bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan. Bulan
diwajibkannya shiyam dan diturunkannya Al-Qur’an sebagai hidayah untuk manusia.
Bulan penuh berkah dan rahmat serta bulan pembinaan kaum muslimin menuju
derajat muttaqiin.
Bulan Ramadhan senantiasa datang pada saat yang
tepat. Pada saat umat Islam membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah untuk
menghadapi kondisi-kondisi sulit dan berat dalam kehidupan mereka. Dan dengan
datangnya bulan Ramadhan, Allah SWT memberikan bantuan dan sekaligus hiburan
kepada umat Islam dalam menghadapi kondisi berat, sehingga dapat keluar dari
permasalahan yang berat dan sulit tersebut. Kondisi inilah yang dihadapi hampir
seluruh umat Islam di seluruh dunia.
Bulan Ramadhan tahun ini, umat Islam khususnya di
dunia barat menghadapi ujian yang berat. Tekanan dan teror dari rezim dan
kelompok mayoritas terus-menerus menimpa umat Islam disana. Sedangkan dalam
dunia Islam, umat Islam masih menghadapi masalahnya masing-masing. Di Indonesia
umat Islam masih dihadapkan pada krisis yang berat dari semua sisi kehidupan.
Sedangkan di belahan dunia Islam lainnya, kondisi umat Islam tidak lebih baik
dari Indonesia. Para da’i di Mesir, Irak, Tunisia dan lainnya masih banyak yang
berada di dalam penjara. Umat Islam di daerah minoritas semakin tertindas dan
di daerah mayoritas tidak dapat bebas melaksanakan Syari’ah Islam. Palestina,
jantung umat Islam semakin merana. Pembantaian bangsa Yahudi Israel atas Umat
Islam Palestina tidak kunjung mereda. Dan Masjidil Aqsa terancam bahaya.
Dalam suasana seperti ini, masih ada harapan dan
titik terang dengan datangnya bulan Ramadhan. Memasuki momentum Ramadhan yang
sangat baik ini, umat Islam harus mempersiapkan dengan baik sehingga tujuan
Ramadhan dapat tercapai, yaitu terealisirnya ketaqwaan. Ketaqwaan merupakan
kunci pembuka pintu rahmat Allah SWT, jalan keluar dan solusi atas segala
krisis multidimensional. Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahiim
memberkahi kita semua dan memberikan jalan yang terbaik bagi umat Islam di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia untuk keluar dari krisis yang dideritanya.
Diantara sarana yang paling efektif untuk merealisir dan membina ketaqwaan,
yaitu dengan cara berpuasa.
Puasa adalah pelatihan dan pendidikan bagi manusia
yang langsung datang dari Allah yang Maha Mengetahui kemaslahatan mereka.
Menahan diri dari makan dan minum dan syahwat di siang hari agar terlatih untuk
menahan diri dari nafsu serakah, tamak dan rakus serta menahan diri dari segala
kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Krisis yang menimpa manusia berawal dari ketidak
berdayaan manusia untuk menahan diri dari larangan Allah, kemudian jatuh pada
larangan tersebut. Seterusnya mengingkari ajaran Islam dan kebenaran. Maka
terjadilah pembunuhan atas manusia yang tak berdosa, pemerkosaan, perzinahan
dan seks bebas, penggunaan NARKOBA, aborsi, pencurian hutan dan perusakan alam,
perampasan hak orang lain, penjajahan, KKN, penganiayaan dan kezhaliman serta
pelanggaran lainnya. Oleh karenanya penghentian atas krisis tersebut harus
dimulai dari akar krisis dan akar permasalahannya.
Solusi atas krisis secara horizontal harus dimulai
dengan mendidik manusia menjadi insan bertqwa sehingga mampu menahan diri dari
pelanggaran-pelanggaran dan tunduk pada Allah dan hukum Islam. Dan solusi
krisis secara vertikal dengan menegakkan Syari’ah Islam dalam masyarakat dan
pemerintah sehingga mereka takut akan sangsi dan tidak melanggar larangan-Nya.
Syari’ah Islam memberi rahmat bagi manusia, menjamin hak beragama, hak hidup,
hak pemilikan harta, hak berfikir dan berpendapat, hak terpeliharanya
kehormatan dan keturunan. Kesinilah semua langkah harus ditujukan, semua
pikiran dicurahkan, gerakan reformasi diarahkan, segala tenaga dikerahkan.
Puasa adalah sarana yang paling efektif untuk
mendidik manusia menjadi insan yang bertaqwa. Sehingga mereka memiliki
keberanian untuk merealisasikan Syariah Islam dalam kehidupan pribadi dan
sosial. Oleh karenannya, marilah kita mempersiapkan dan memasuki bulan Ramadhan
dengan hal-hal berikut:
1. Memperkuat kerinduan dan kecintaan terhadap bulan
suci Ramadhan dan rasa harap untuk dapat menikmati keutamaannya. Hal ini antara
lain dapat diekspresikan dengan do’a yang dicontohkan Rasul saw, sebagaimana
diriwayatkan oleh Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw. jika sudah masuk bulan
Rajab senantiasa berdo’a:
اللَّهُمَّ
بارِكْ لَنا في رَجَبَ
وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنا رَمَضَانَ”
“Ya Allah berkahilah kami di
bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan” (HR
At-Tirmidzi dan Ad-Darimi).
Kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan inilah yang
juga dirasakan oleh salafu shalih. Karena begitu banyaknya kebaikan yang
diberikan oleh Allah di bulan Ramadhan, seperti di bukannya pintu surga,
ditutupnya pintu neraka, dibelenggunya syetan- syetan sehingga tidak dapat
leluasa menggoda manusia. Dan puncaknya adalah diturunkannya Al-Qur’an sebagai
pedoman bagi manusia. Dan pada malam turunnya Al-Qur’an Allah SWT.
menjadikannya lebih baik dari seribu bulan. Allah SWT. berfirman:
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ(1)وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ(2)لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ(3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ
مِنْ كُلِّ أَمْرٍ(4)سَلَامٌ
هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ(5)
“Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam
kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS Al-Qadr
1-5).
2. Menyiapkan diri dengan baik, persiapan hati,
persiapan akal dan persiapan fisik. Persiapan hati dengan memperbanyak ibadah,
seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Persiapan
akal dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Dan persiapan
fisik dengan menjaga kesehatan, kebersihan rumah dan lingkungan. Dan menyiapkan
harta yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Dalam hal mempersiapkan hati atau
ruhiyah, Rasulullah saw. mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa
di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya
tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan
Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya
kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim). Bulan Sya’ban adalah bulan dimana amal
shalih diangkat ke langit. Rasulullah SAW bersabda:
وَلَمْ
أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ
الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ
شَعْبَان قال: ذاك شَهْرٌ
يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ
وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ
فيه الأَعْمَالُ إلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
فَأُحِبُّ أَنْ يَرْفَعَ عَمَلِيْ
وَأَنَا صَائِمٌ (رواه أحمد وأبو
داود وابن حزيمة والنسائى
)
Dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai
Rasulullah saw, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak
melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda:” Bulan tersebut banyak dilalaikan
manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb
alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi
puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)
3. Merencanakan peningkatan prestasi ibadah pada
bulan Ramadhan tahun ini dari tahun lalu, baik perencanaan yang bersifat global
maupun perencanaan bersifat rinci. Seperti peningkatan dalam tilawah, hafalan,
pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an. Juga merencanakan untuk mengurangi pola
hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya,
kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan
yang sulit (haraj).
4. Mengutamakan ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat
Islam dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan dan mengsisi ibadah Ramadhan
dengan tetap komitmen pada Al-Qur’an dan Sunnah. Karena ukhuwah Islamiyah dan
persatuan umat Islam jauh lebih penting dari ibadah-ibadah sunnah dan perbedaan
pendapat tetapi menimbulkan perpecahan.
وَاعْتَصِمُواْ
بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ
تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ
كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ
مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS Ali ‘Imran
103)
5. Melaksanakan ibadah puasa (shaum) dengan hati yang
ikhlas dan memperhatikan segala adab serta sunnah-sunnahnya. Menghiasi Ramadhan
dengan shalat tarawih, tilawah Al Qur-an, memperbanyak dzikir dan do’a,
membayar zakat, infak dan melakukan I’tikaaf pada sepuluh hari terakhir (asyrul
awakhir).
قَدْ
جَاءكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ
مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ
وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ
لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا
فَقَدْ حُرِمَ
“Sungguh, telah datang
kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa, dibuka
pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu setan-setan. Di
dalam Ramadhan terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka barangsiapa
yang tak berhasil memperoleh kebaikan Ramadhan sungguh ia tidak akan
mendapatkan itu buat selama-lamanya.” (Riwayat Ahmad, Nasaa’i dan Baihaqy).
6. Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan
Taubat), dengan memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui
kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta
mengembalikan hak-hak mereka. Taubat adalah sebuah sikap menyesali akan segala
kesalahan, melepaskannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan
tersebut. Dosa, maksiat dan kesalahan merupakan sebab inti dari keterpurukan
dan krisis ini. Sehingga taubat adalah satu-satunya jalan untuk memulai hidup
baru menuju yang lebih baik. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama bagi
bangsa Indonesia untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah
SWT.
وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً
إِلَى
قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada
Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat
deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan
janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52)
7. Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah
dan Syahrud Da’wah (Bulan Pendidikan dan Da’wah). Diantara ciri khas bulan
Ramadhan adalah tumbuh suburnya suasana ke-Islaman disemua tempat. Umat Islam
mempunyai kesempatan lebih banyak untuk beribadah. Puasa merupakan sarana yang
sangat efektif untuk menahan segala kecenderungan negatif dan memotivasi untuk
melakukan semua bentuk kebaikan. Sehingga peluang tarbiyah dan da’wah di bulan
Ramadhan lebih terbuka dan lebih luas.
Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah.
Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu
hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk
menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan
masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai
terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang
kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan
berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan.
8. Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrul Jihad.
Jihad adalah puncak ajaran Islam, rahasia kemulian dan kejayaan umat Islam.
Sedangkan landasan jihad adalah kesucian dan kebersihan jiwa. Oleh karenannya
bulan Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk menumbuhkan ruhul jihad
dalam tubuh umat Islam. Sejarah telah membuktikan bahwa bulan Ramadhan adalah
bulan yang penuh dengan gerakan jihad. Parang Badar Al-Kubra, Fathu Makkah,
Pembebasan Palestina oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, Perang Ain Jalut yang dapat
menaklukkan tentara mongol, Penaklukkan Andalusia oleh pahlawan Tariq bin
Ziyaad, Kemerdekaan Indonesia dll, semuanya terjadi pada bulan Ramadhan.
9. Mengambil keberkahan Ramadhan semaksimal mungkin,
termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat, dengan
melakukan aktifitas positif, seperti; bazar amal, membuka pasar-pasar
alternatif, penggalangan dana, penumbuhan produk pribumi, peningkatan investasi
sesama umat Islam, memunculkan kreatifitas di bidang seni budaya dll.
10. Meningkatkan muhasabah terhadap langkah-langkah
yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah),
sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan
orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin
jelas kesalahannya. Pada tingkat makro inilah sumber kemelut yang melanda
bangsa Indonesia. Kesempatan Ramadhan adalah kesempatan untuk memperbaiki diri
sehingga perubahan-perubahan yang diharapkan bangsa Indonesia dapat berlangsung
mulus dan terhindar dari benturan-benturan antar kekuatan yang banyak
menimbulkan korban di kalangan kaum muslimin sendiri.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan
amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat
beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia
yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan
terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada
Syariat Allah.
Komentar
Posting Komentar