Menjadi orangtua , tidak selalu
senang, ada suka dan dukanya. Apalagi zaman corona ini, yang segala sesuatu
sekarang banyak online. Sekolah pun menerapkan anak-anak belajar dirumah dan
secara online para guru mengajarkan mata pelajarannya. Bukannya hal ini tidak
merepotkan para orang tua, tapi mereka sampai harus berhutang untuk membelikan
anaknya handphone android agar bisa menjadi sarana pembelajaran on line di
rumah. Oh alangkah ironinya, sekarang sepertinya lebih penting punya HP
daripada membeli beras.
Tapi persoalan tidak berhenti
setelah sang anak dibelikan HP untuk belajar. Karena sang Ibu atau Ayahnya,
sekarang harus siap mendampingi anak untuk belajar di rumah. Salah seorang
teman, sampai naik spaning, emosi , katanya waktu mengajar anak sendiri
dirumah. Karena anak-anak tersebut tampaknya lebih patuh pada guru di sekolah
daripada orangtuanya sendiri.
Berikut cerita teman yang dibagi
disini dengan harapan bisa menjadi contoh pelajaran bagi kita dalam mendidik
anak: “Aku bingunglah. Kenapa ya anak-anak tidak mau nurut sama sekali ke aku?”
Curhat seorang teman pada suatu ketika. “Setiap aku menasihati sesuatu,
anak-anak tidak pernah mau melakukan. Aku tidak ingin marah-marah terus tiap
hari ke anak. Tapi bagaimana lagi, mereka susah diberitahu.” Aku mengangguk
kecil mendengar keluh kesahnya. Sungguh, aku pun pernah berada di posisinya,
pusing ketika anak susah sekali menurut apa kata orang tua. Dan sampai sekarang
pun aku terus belajar untuk menjadi orang tua yang ucapannya berpengaruh pada
anak.
Hingga suatu hari, sekolah
tempatku mengajar mengadakan acara parenting via Zoom. Pembicaranya Ustadz
Ahmad Arqom, founder lembaga pelatihan kepribadian Trustco. “Setidaknya ada 3
kaidah dalam bahasa Arab, yang bila kita memahami serta melaksanakan kaidah
ini, in syaa Allah ucapan kita akan punya ‘power’ terhadap anak.” Aku menyimak
baik-baik pesan Ustadz Ahmad Arqom. Apa saja kaidah itu?
Pertama, Annaasu atba’a man gholaba, manusia
itu cenderung akan mengikuti siapa yang lebih kuat, lebih sholih, lebih pintar,
dan lebih banyak jasa terhadapnya. Orang tua yang ingin diikuti ucapan dan
sikapnya oleh anak, tentu wajib menunjukkan kelebihannya pada anak. Bila anak
sholat wajib 5 kali sehari, maka orang tua harus tambah dengan sholat sunnah.
Bila anak baca Al Qur’an satu lembar, orang tua harus baca Quran minimal 5
lembar. Bila anak bisa matematika dasar, orang tua harus berusaha jauh lebih
memahami matematika ketimbang anak. Maka, ketika anak melihat orang tua
ternyata punya ‘segala sesuatu yang lebih’ dibanding dirinya, baik itu dalam
bentuk ibadah atau ilmu pengetahuan, mau tidak mau anak akan menjadi segan,
respek, dan ucapan kita akan berbekas di hatinya. Jadi, sudah bukan masanya
lagi kita sebagai orang tua hanya bermodal ‘lebih duluan lahir’ lalu gampang
menyuruh anak untuk ini dan itu. Ingin anak rajin sholat tepat waktu, orang tua
harus rajinkan diri sholat tepat waktu terlebih dahulu. Jangan bisanya bilang,
“Nak, ayo sholat. Sudah adzan.” Tapi setelah itu sang orang tua malah asyik
nonton sinetron “Kumenangiiiis … Membayangkan…”.
Kaidah kedua, Ashlih nafsaka yasluh lakannaas. Perbaiki
dirimu, maka orang lain akan berbuat baik padamu. Dalam konteks pendidikan
anak, jika kaidah ini dibalik, mengapa anak tidak mau berbuat baik pada orang
tua? Ya, bisa jadi karena sang anak tidak mellihat kita sebagai orang tua yang
mau memperbaiki diri. Pertanyaannya sekarang, apakah sudah maksimal kita
memperbaiki diri? Jika belum, mungkin itulah yang menyebabkan anak tidak mau
nurut pada kita. Ada sebuah kisah dari seorang sahabat. Sahabat ini aku lihat
begitu disegani oleh anaknya. Ketika aku tanya apa rahasianya? Sambil tersenyum
ia jawab, “Tidak ada rahasia khusus, sih. Tapi dari sejak anakku lahir, aku
punya kebiasaan tidak pernah sekalipun ngentut / buang angin atau mengupil di
depan anak.” Sederhana sekali. Tapi dampaknya begitu luar biasa. Betapa hal-hal
kecil yang sering kita abaikan, ternyata bisa berpengaruh pada hormat tidaknya
anak ke orang tua. Sekarang, kita tanyakan pada diri sendiri, betapa sering
kita “Brat brot bret brut” di depan anak tanpa sungkan, atau garuk-garuk ketiak
tanpa mempedulikan anak melihat tingkah bapak emaknya. Kita bahkan menganggap
hal itu sebagai lelucon, tapi hasilnya anak akan memandang diri kita rendah.
Naudzubillah. Masya Allah, sebelum mendengar kajian ini, aku termasuk orang tua
yang “brat brot bret brut” di depan anak. Tapi setelah mengaji, aku berhenti
melakukan hal itu. Sekarang lebih sering “brat brot bret brut” di depan istri.
Ayo bareng-bareng memperbaiki diri. Karena setiap perbaikan bukan hanya membuat
diri kita menjadi nyaman, tapi bisa membuat orang lain senang.
Kaidah ketiga yaitu, Kimmatul mar’i biqodri ma yuhsinuhu,
nilai seseorang itu sangat ditentukan oleh seberapa banyak kebaikan yang bisa
ia kerjakan. Artinya, keterlibatan kita di dalam membersamai anak saat ia punya
masalah, akan berpengaruh besar pada sikap hormat anak pada orang tua. Dengan
selalu membersamai anak, terutama ketika ia tertekan oleh suatu hal, maka anak
akan merasakan bahwa dia tidak sendiri, dia punya tempat curhat, dia punya
sahabat, dan dia punya cinta pertama di dunia ini: ayah ibunya. Dan bila anak
sudah merasakan hal ini, in syaa Allah ia tidak akan berbuat sesuatu yang bakal
mengecewakan orang tuanya.
Izinkan aku mengulang kisah Nabi
Yusuf dan ayahnya, Nabi Ya’kub. Dan semoga dari kisah ini kita akan melihat
betapa keshalihan orang tua, terutama seorang ayah, mampu mengeluarkan anak
dari jerat kemaksiatan. Kisah ini kita bisa baca secara lengkap di Surat Yusuf.
Di sini aku mau paparkan poin pentingnya saja. Saat itu, Nabi Yusuf 'Alaihis
Salam dijebak di dalam sebuah kamar oleh istrinya raja. Istri raja itu sungguh
cantik jelita, badan seksi tinggi semampai, rambut lurus tergerai, semua orang
tergila-gila padanya. Bahkan orang sesholih Yusuf pun tak kuasa menahan tarikan
nafsu syahwat ketika digoda untuk berzina oleh sang ratu. “Marilah mendekat
padaku,” desah perempuan cantik itu. Berdua di dalam kamar yang sunyi itu,
membuat Nabi Yusuf sudah kehilangan akal sehat, otaknya telah tersumbat nafsu.
Di dalam Surat Yusuf ayat ke 24
digambarkan detailnya, “Dan sungguh, perempuan itu sudah ingin sekali berzina
dengan Yusuf, dan Yusuf pun juga punya keinginan yang sama padanya.” Lalu apa
yang membuat Yusuf akhirnya selamat dari rayuan maut wanita itu? Jawabannya ada
di keterangan selanjutnya. “(Yusuf akan melakukan zina itu) Seandainya dia
tidak melihat tanda dari Tuhannya. Demikian, Kami palingkan keburukan dan
kekejian darinya. Sungguh, Yusuf termasuk hamba Kami yang terpilih.” Yang jadi
pertanyaan pentingnya adalah, tanda apa yang diberikan Allah pada Yusuf hingga
beliau bisa selamat dari lilitan tali nafsu yang begitu kuat itu? Para ahli
tafsir Quran menjelaskan bahwa Sang Ayah-lah tanda yang dimaksud. Jadi, ketika
Nabi Yusuf tinggal selangkah lagi melakukan zina dengan istri tuannya.
Tiba-tiba beliau melihat Nabi Ya’kub di samping pintu dan berteriak, “Yusuf!” Setelah
seperti mendengar ayahnya berteriak, Nabi Yusuf juga melihat ayahnya menggigit
jarinya sendiri. Dalam adat di daerah tinggal Nabi Ya’kub, menggigit jari
tangan adalah simbol kekecewaan dan kemarahan. Maka kembalilah kesadaran Nabi
Yusuf, hingga beliau segera lari keluar kamar meski sempat ditarik bajunya dari
belakang oleh sang ratu yang hatinya masih dipenuhi nafsu.
Lihat! Betapa kesholehan seorang
ayah dapat menyelamatkan anaknya dari perbuatan keji. Padahal kita tahu, Nabi
Yusuf berpisah dengan ayahnya ketika ia masih kecil karena dimasukkan ke dalam
sumur oleh saudara-saudaranya, ditemukan oleh pedagang budak, lalu dijual ke
Mesir. Selama bertahun-tahun Nabi Yusuf putus kontak dengan Nabi Ya’kub. Zaman
itu belum ada whatsapp, belum bisa video call-an. Lalu mengapa Nabi Ya’kub
masih berkesan dan punya pengaruh kuat di hati Yusuf? Kesholehan! Ya, karena
sang ayah yang sholehlah yang menyelamatkan sang anak. Dalam masa perpisahan
mereka, Nabi Ya’kub tak henti berdoa khusus keselamatan Yusuf. Sekarang,
seberapa sholeh kita beribadah? Seberapa sering kita mendoakan anak? Semoga
dengan tauladan kesholehan dan doa-doa yang selalu melangit untuk sang anak,
membuat buah hati kita menjadi anak yang dapat menyejukkan mata dan hati bagi
orang tuanya. Aamiin.
IQROBOOKSTORE
/ IQROHERBAL
PRODUK
LENGKAP, DISKON SETIAP HARI, SETIAP HARI DISKON
TELP :
(021) 84598427 HP/SMS/WA : 0812-8091926
MENJUAL : BUKU BUKU ISLAM DARI
BERBAGAI PENERBIT
Buku
Buku Referensi Kuliah, Buku Cerita Anak, Komik Islam, Novel, Buku Kado
Pernikahan, Buku Buku Best Seller Dll
ANEKA AL QURAN INDONESIA & TIMUR
TENGAH ( MUSHAF UTSMANI )
Al
Quran Mushaf Utsmani, Quran Hafalan, Quran Waqob Ibtida, Quran Terjemah
Perkata, Quran Tajwid Warna, Quran Wanita, Quran Lansia, Quran Anak, Quran Per
Juz, Dll
FILM FILM ISLAM, VCD & DVD BACAAN
MURATTAL AL QURAN ANEKA IMAM TIMUR TENGAH, ANEKA SPEAKER AL QURAN
ANEKA HERBAL
Madu,
Kurma, Habbatussauda, Minyak Zaitun, Sari Kurma, Air Zam Zam, Propolis, Qusthul
Hindi, Sambiloto Dll
Jl.Transad
4 No.7 Ujung Aspal Pondok Gede, Jatiranggon, Jatisampurna Bekasi
Komentar
Posting Komentar