Andai orang lain tak memposting dakwah nya , kemungkinan ilmu agama kita hanya itu itu saja tak ada perkembangan
Andai
orang lain tak memposting kegiatan sedekah nasi bungkus di hari jumat, kita
mungkin nggak kepikiran untuk melakukan hal yang sama.
Andai
orang lain nggak pernah memposting foto foto keindahan bumi Allah tempat dia
travelling, kita mungkin nggak akan tau kalo ciptaan Allah itu bener bener Maha
Indah.
Andai
orang lain nggak memposting resep resep keren beserta foto masakan jadinya,
mungkin menu kita hanya Telor dadar, Telor ceplok saja, nggak kepikiran buat
menvariasikan menjadi beragam rasa.
Andai
orang lain nggak memposting sedekah seragam sekolah bersih ke sekolah sekolah
yang mayoritas muridnya adalah kaum dhuafa, andai dia nggak memposting
kegembiraan ananda dhuafa menerima seragam baru, setelah bertahun tahun hanya
memiliki 1 seragam yg udah koyak, udah kekecilan, udah tak lengkap
kancingnya...mungkin kita nggak akan kepikiran melakukan sedekah yang sama.
Andai
orang lain tak memposting kegiatan mereka membagikan alquran ke mushola mushola
kampung, ke TPA TPA, ke majlis ta'lim, ke pesantren pesantren, dan kemudian
alquran itu sampai pada tangan yg tepat, selalu dibaca, sehingga insyaallah
menjadi amalan sedekah jariyah, mungkin kita gak akan kepikiran bersedekah
dengan cara yang sama.
Kalau
orang lain nggak pernah memposting foto foto Mesjid Nabawi, foto foto Mesjidil
Haram, nggak menceritakan ketentraman bathin yang mereka rasakan selama ibadah
disana, mungkin kita nggak akan pernah disentuh oleh rindu yang dahsyat untuk
juga ingin melakukan ibadah yg sama disana.
Postingan
postingan orang lain, acapkali membuka cakrawala pikiran kita, bahwa sedekah
itu banyak jenisnya, nggak sekedar sedekah ala konvensional memberi sekian ribu
pada pengemis yg mengetuk pintu.
Andai
kita bisa menerima setiap postingan orang lain sebagai wahana meningkatkan
kualitas diri kita menjadi hamba Allah yg lebih baik dari hari ke hari.
Tapi...
kalau segalanya kita tuduh riya, kalau semua tulisan kita sangka pamer, lalu
postingan postingan itu tak ada lagi, lalu dari mana kita bisa tau pengalaman
pengalaman hebat orang lain?
Kalau
seluruh goresan kegiatan baik, tak ada lagi yang memposting, lalu bagaimana
kita bisa belajar kalau segala hal hebat hanya untuk dipendam?
Urusan
niat, biarlah menjadi urusan mereka dengan Allah saja, tak perlu kita mengintervensi urusan hati
seorang hamba dengan Tuhannya.
Kita
nggak perlu repot repot memastikan orang lain mampu memanage niat postingannya,
cukuplah kita memanage hati kita saja untuk nggak gampang menuduh orang lain
riya, cukuplah kita memanage hati kita saja agar selalu positif dan terbuka
menerima hal hal baik yang disampaikan orang lain.
Bagus
kalau kita mengingatkan orang lain untuk tulus, tapi sebelumnya, lebih bagus
lagi kalau kita juga selalu mengingatkan hati sendiri untuk tak gampang
menuduh.
Aku
sendiri, juga nggak selalu setuju dgn postingan orang lain, yg menurutku memang
nggak pantas di publikasikan ke umum, misal foto foto terlalu intim antara
suami dan istri, foto foto mesra yang menurutku udah masuk kategori 'aurat
rumah tangga'. Dan dilihat dari banyak sisi, memang nggak ada manfaatnya
diketahui umum.
Apa
manfaatnya memposting foto pelukan erat dengan bibir nyaris saling menyentuh,
mata saling menatap, tak ada latar pemandangan alam, karena hanya berisi
keintiman yang di close up? atau menscreenshoot chat dengan suami yang
didalamnya ada kalimat kalimat urusan
ranjang, duh...dari sisi manapun, ini adalah aurat bilik rumah tangga, terlalu
privacy untuk di konsumsi publik. Bolehlah, yang kaya kaya gini kita lewati
atau blokir sekalian
Tapi....kalau
postingannya mengandung senyawa kebaikan, memotivasi untuk berbuat hal positif,
terima sajalah....
Andai
dia riya, lalu pahala sedekahnya menguap bak embun di jemur cahaya, mungkin dia
mendapat ganti pahala karena dia telah menginspirasi orang lain untuk melakukan
kegiatan baik seperti postingannya.
Andai
dia pamer, lalu kehilangan pahala atas pamernya, tapi postingannya bisa jadi
menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi pembacanya. Lalu dia taubat sama Alloh
atas sikap pamer yang pernah dia lakukan, dan Allah mengampuninya, lalu
postingan yang telah di share kemana mana itu Allah hitung sebagai amalan
jariyah sebagai ilmu yg bermanfaat bagi khalayak, bisa saja kan?
Sahabat
yang telah memposting banyak kegiatan baik yang kalian lakukan, aku haturkan
terimakasih atas postingan postingan kalian
Kalian
menginsipirasi..
Semoga
di sisa umur kita, sampai ujung usia, sampai akhirnya nyawa tak lagi bersatu di
raga, kita semua menjadi bagian penghuni bumi yang selalu membawa kebaikan dan
kebermanfaatan. Aamiin.
Semangat....
Dan
jangan lupa bahagia.
(
By Fitra Wilis Masri )
Komentar
Posting Komentar