MENGHARGAI WAKTU

 


Al-Waqtu Huwa Al-Hayah (Waktu adalah kehidupan) kata pemimpin ikhwanul muslimin Hasan Al Banna, didalam waktu itulah kehidupan kita berjalan, dan didalam waktu itu pula akan tercatat apakah kita mengisinya dengan amal kebaikan atau mengisinya dengan kesia-sian dan keburukan, seorang muslim yang baik tentu menyadari bahwa waktu yang sangat terbatas itu harus dipergunakan dengan sebaik mungkin agar dirinya tidak menyesal di kemudian hari, Dalam surat Al 'Ashr, Allah ta'ala berfirman:  Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran (QS. Al 'Ashr 1 -3 ).  Mengomentari surat itu Imam Syafi’i mengatakan ”Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499].

Seorang muslim harus mempunyai semboyan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, karena barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin maka ia merugi dan barang siapa yang hari esoknya lebih buruk dari hari ini maka celakalah dia, terkait dengan itu Rasulullah bersabda ““Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalannya.  Dan sejelek-jelek manusia adalah orang yang panjang umurnya dan jelek amalannya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, lihat Shahih Al-Jami’ no. 3297)

Sabdanya yang lain “Dua nikmat dimana banyak manusia yang tertipu; nikmat kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari).

Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam Magnum opusnya yang terkenal Al Hikam mengatakan” Salah satu bentuk ketertipuan manusia adalah suka menunda nuda waktu untu beramal kebaikan (thulul amal) , ia menyangka esok ada banyak waktu luang untuk beramal namun ternyata yang ia temui malah sebaliknya waktu makin sempit yang akhirnya tiada waktu baginya untuk beramal kebaikan, kedua ia berharap esok tubuh sehat dan bugar sehingga ia bisa beramal secara maksimal, namun ternyata esok ia ditimpa penyakit sehingga ia tidak dapat melakukan amal kebaikan dan yang terakhir ia menunda amal kebaikan dengan keyakinan masih ada waktu esok hari untuk beramal, namun ternyata kematian lebih dulu menjemputnya sehingga bukan amal yang dapat ia kerjakan, namun hanya penyesalan yang ia dapatkan. Firman-Nya “Hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku beramal shalih terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs Al Mukminun: 99-100)

Terkait dengan hal itu Imam Bukhari mengatakan “Jika kamu memasuki waktu sore maka janganlah tunggu waktu pagi, dan jika kamu memasuki waktu pagi janganlah kamu tunggu waktu sore, dan gunakanlah kesehatanmu untuk masa sakitmu, dan kehidupannya untuk kematianmu.”

 

Ulama besar Syaikh Yusuf Al Qardhawi dalam bukunya Al-waqtu fi hayati al-muslim ( waktu dalam kehidupan muslim ) menjelaskan tentang tiga karakteristik waktu :

Pertama, waktu cepat berlalu. Jika seseorang coba merenungi tentang waktu yang sudah ia lewati. Siapa yang berumur duapuluh tahun, tiga puluh tahun, empat puluh tahun, lima puluh tahun dan seterusnya, ia akan merasakan betapa cepat waktu puluhan tahun itu berlalu. Al-Qur’an juga menegaskan hal itu ketika ia menggambarkan diantara fenomena hari kebangkitan nanti. Allah SWT. berfirman:  “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (QS. An-Nazi’at: 46). 

Kedua, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kembali lagi. Setiap tahun yang telah berlalu, bulan yang lalu, pekan yang lalu, bahkan menit yang lalu, tidak mungkin bisa dikembalikan sekarang. Inilah yang pernah disampaikan olah Imam Hasan Basri: “Tidak ada satu haripun yang menampakkan fajarnya kecuali ia akan menyeru “Wahai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, yang akan menjadi saksi atas amalmu, maka carilah bekal dariku, karena jika aku telah berlalu aku tidak akan kembali lagi hingga Hari Kiamat.”

Karakteristik waktu yang ketiga, adalah waktu merupakan harta yang paling berharga bagi seorang muslim” pepatah mengatakan waktu tidak bisa dihargai dengan uang. Karena waktu lebih berharga dari uang, lebih berharga dari emas, harta dan kekayaan. Waktu adalah kehidupan itu sendiri. Karena kehidupan bagi seseorang adalah waktu dan detik-detik yang dijalaninya mulai ia lahir hingga wafat kemudian. 

Karena waktu itu cepat berlalunya dan waktu yang berlalu tidak mungkin kembali lagi serta waktu merupakan harta yang paling mahal bagi seorang muslim, maka sudah selayaknya kita menghargai waktu itu dengan iman, ilmu dan amalan agar tidak menyesal nanti di hari kemudian.

 

Ujung Aspal  2019

By :  Nanang

Pengamat & Penikmat Buku, Owner Iqrobookstore

 



 

 

Komentar