1.
TAWAZUN
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna dan hakikat tawazun.
F
Peserta mengetahui
potensi-potensi yang ada pada diri manusia dan kebutuhan-kebutuhannya.
F
Peserta mengetahui
contoh-contoh manusia yang tidak tawazun.
F
Peserta termotivasi
untuk dapat hidup tawazun.
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna dan Hakekat
tawazun
Tawazun
artinya keseimbangan. Sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya
berada dalam sebuah keseimbangan (67: 3).
Manusia dan agama lslam kedua-duanya merupakan ciptaan
Allah yang sesuai dengan fitrah Allah. Mustahil Allah menciptakan agama lslam
untuk manusia yang tidak sesuai Allah (30: 30). Ayat ini menjelaskan pada kita
bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memiliki naluri
beragama (agama tauhid: Al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap
dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah
karena pengaruh lingkungan (Hadits: Setiap
bayi terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau
Majusi)
Sesuai
dengan fitrah Allah, manusia memiliki 3 potensi, yaitu Al-Jasad (Jasmani), Al-Aql
(akal) dan Ar-Ruh (rohani). Islam
menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang).
Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS. 55:
7-9.
Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-masing.
:
1.
Jasmani.
Mu'min
yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah
(HR. Muslim). Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halaalan
thayyiban (halal dan baik) [80:24, 2:168], beristiharat [78:9], kebutuhan
biologis [30: 20-21] & hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.
2.
Akal
Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akalya. Akal
pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya.
Dengan akal manusia mampu mengenal hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan
dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh
Allah diperuntukkan baginya
supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardh (wakil Allah di
atas bumi) [2:30, 33:72]. Kebutuhan akal adalah ilmu [3:190] untuk pemenuhan
sarana kehidupannya.
3.
Ruh (hati)
Kebutuhannya
adalah dzikrullah [13:28, 62:9-10].
Pemenuhan kebutuhan rohani sangat penting, agar roh/jiwa tetap memiliki
semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak
sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.
Dengan keseimbangan manusia dapat meraih kebahagian
hakiki yang merupakan nikmat Allah. Karena pelaksanaan syariah sesuai dengan
fitrahnya. Untuk skala umat, ke-tawazunan akan menempatkan umat lslam menjadi
umat pertengahan/ ummatan wasathon
[2:143]. Kebahagiaan itu dapat berupa:
-
Kebahagiaan bathin/jiwa, dalam Bentuk ketenangan
jiwa [13:28]
-
Kebahagian zhahir/gerak, dalam Bentuk kestabilan,
ketenangan beribadah, bekerja dan aktivitas lainnya.
Dengan menyeimbangkan dirinya maka manusia tersebut
tergolong sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat Allah. Dialah yang disebut
manusia seutuhnya.
Contoh-contoh manusia yang tidak tawazun
·
Manusia Atheis: tidak mengakui Allah, hanya
bersandar pada akal (rasio sebagai dasar) .
·
Manusia Materialis: mementingkan masalah jasmani
/ materi saja.
·
Manusia Pantheis (Kebatinan): bersandar pada
hati/ batinnya saja.
REFERENSI
·
Al-Qadiry , Seimbanglah dalam Beragama, Jakarta:GIP
·
Silabus Materi
Mentoring th 1994/995
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan rincian bahasan |
40’ |
Diskusi |
Mentor memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
2. IKHLASUNNIYAH
TUJUAN
F
Pcserta memahami
makna ikh1asunniyah baik secara bahasa maupun istilah.
F
Peserta memahami
pentingnya ikhlasunniyah dalam beramal.
F
Peserta mengetahui
cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikh1as.
F
Peserta termotivasi
untuk mempunyai niat yang ikhlas dalam beramal sehingga bernilai ibadah.
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna ikhlasunniyah
·
Secara
bahasa: - Ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/
murni.
- Niyat berarti Al-qoshdu, artinya maksud/tujuan.
·
Secara istilah:
Ikhlashunniyat berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari
maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah Azzawa Jalla sebagai tujuan
dalam berbuat.
Perintah Allah untuk ikhlas dalam beramal: QS. 98:5,
7:29, 18:110.
Pentingnya Ikhlasunniyah
a)
Merupakan ruhnya
amal
b)
Salah satu syarat
diterimanya amal. “Allah Azza wa Jalla tidak menerima amaI kecuaIi
apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata”. (HR
Abu Daud dan Nasa'i).
Syarat diterimanya amal atau perbuatan :
·
Bersungguh-sungguh
dalam melaksanakannya
·
Ikhlas dalam berniat
·
Sesuai dengan
syariat Islam (Al-Qur’an dan Sunnah)
c)
Penentu
nilai/kualitas suatu amal [4:125]. "Sesungguhnya
segala amal perbuatan tergantung pada niat, dan bahwasannya bagi tiap-tiap
orang apa yang ia niiatkan. Maka barang siapa hijrah menuju (ridha) Allah dan
RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barang siapa yang
hijrah karena dunia (harta atau kemegahan dunia), atau karena seorang wanita
yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya." (HR
Bukhari Muslim)
d)
Mendatangkan berkah
dan pahala dari Allah [2:262, 4:145-146].
Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas
1.
Menyerahkan segala
datanya hanya kepada Allah, rasul dan akhirat.
2.
Memerangi
kesenangan hawa nafsu dunia.
3.
Menyadari bahwa
segala aspek kegiatan seorang muslim adalah ibadah [2:21, 51:56].
REFERENSI
·
Imam Al-Ghazali,
Ibnu Rajab Al-Hambali & Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Pembersih Jiwa, Pustaka.
·
Ibnu Taimiyyah, Etika Beramar Ma'ruf Nahi Munkar, GIP.
·
Panduan Aktivis Harokah, hal. 42, Al-Ummah.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan rincian bahasan |
40’ |
Diskusi |
Mentor memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
3. AQIDAH ISLAMIYAH
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna aqidah secara bahasa dan istilah
F
Peserta memahami
hubungan iman kepada Allah dengan aqidah lslam.
F
Peserta memahami
standard nilai aqidah lslam
F
Peserta termotivasi
untuk mengesakan Allah (tauhidullah)
F
Peserta memahami
makna dan jenis tauhid
METODE PENDEKATAN:
F
Ceramah &
diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Aqidah
·
Secara bahasa: 'Aqdun - 'Aqooid berarti akad atau
ikatan. Ikatan yang mengikat manusia dengan aturan-aturan Allah dan nilai-nilai
Islam.
·
Secara istilah:
aqidah ialah sesuatu yang wajib diyakini atau diimani tanpa keraguan
Hubungan Aqidah Islam dengan keimanan kepada Allah [
4:136; 21:25; 16:35]. Aqidah merupakan misi da'wah yang dibawa oleh Rasul Allah
yang pertama sampai dengan yang terakhir yang tidak berubah-ubah karena
pergantian zaman dan tempat, atau karena perbedaan golongan atau masyarakat
[42:13]. (Aqidah Islam, Sayid Sabiq, hal.18)
Hati merupakan standar penilaian aqidah [26:88-89],
"Sesungguhnya Allah tidak melihat
kepada rupa atau bentuk kamu, tidak juga kepada jasadmu, tetapi Ia melihat
kcpada hati dan perbuatanmu" (Hadits). Memahami aqidah dimulai dari
tauhid [112:1-4]. Tauhid berasal dari kata wahhada
yang berarti menjadikan satu. Jenis
tauhid:
·
Tauhid Uluhiyah (mengesakan Allah sebagai
satu-satunya sesembahan/ ilah) .
·
Tauhid Rububiyah (mengesakan Allah sebagai
satu-satunya Rabb) .
·
Tauhid asma dan
sifat Allah (Allah memiliki nama sifat yang tidak dimiliki oleh selain Nya) :
REFERENSI
·
DR Ibrahim Muhammad
bin Abdullah Al-Buraikan, Pengantar Studi
Aqidah lslam.
·
Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah
·
Sayid Sabiq, Aqidah Islam, Pola Hidup Manusia beriman,
CV. Diponegoro
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi |
5’ |
Diskusi pendahuluan |
Mentor mengajukan pertanyaan tertutup dan terbuka |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan rincian bahasan |
35’ |
Diskusi |
Mentor menyediakan waktu untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
4. MAKNA
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna bismillah
F
Peserta memahami
makna Ar-Rahman dan Ar-Rohiim
F
Peserta membiasakan
memulai suatu perbuatan dan kebajikan dengan basmalah
METODE PENDEKATAN:
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan
Ayat Basmalah termasuk Surat Al-Fatihah. Hadits, dari
ad-Da'ru Quthni dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Jika kalian membaca Surat AI-Fatihah,
hendakIah kaIian membaca bismillahirahmaanirrahiim, karena ia termasuk ke dalam
surat Al-Fatihah. Sedangkan Surat
Al-Fatihah terdiri dari 7 ayat, dan bismillahirrahmaanirrahiim termasuk ke
dalam saIah satu ayatnya".
Makna Bismillah .
·
Preposisi
"Bi" = aku memulai.
·
AL-Ism = Nama,
menunjuk pada sesuatu/rerso yang dinamai .
·
Allah = nama Tuhan,
berasal dari kata al-Ilah
Bismillah memiliki dua makna:
1.
Sebagai kalimat IZIN.
Bismillah bukan sebagai penukar
kenikmatan, contohmya makan nasi dengan membaca bismillah akan sama nikmatnya dengan makan nasi tanpa baca bismillah, tapi bismillah merupakan kalimat izin bagi hamba Allah yang merasa
hidumya hanya sekedar “menumpang”, karena sesungguhnya semua yang ada di atas
dunia ini milik Allah dan manusia diberi kenikmatan untuk memakai fasiIitas
Allah tsb.
2.
Sebagai kalimat PENGAKUAN OTORITAS.
Yaitu rengakuan otoritas bagi hamba Allah yang menyadari
bahwa sesungguhmya yang memiliki wewenang otoritas hanyalah Allah. Manusia
hanya sebagai wakil Allah di muka bumi ini, bukan sebagai penguasa. Bila
seseorang mengucapkan bismillahirrahmaanirrahim,
ia telah menandai kehambaannya dengan nama Allah, ia mengokohkan jiwanya--yang
dinisbahkan kepada hakikat kehambaan--dengan salah satu dari tanda-tanda Allah (Thabathabai: 21).
Makna Ar-Rahman
Ar-Rahman (Maha Pengasih), merupakan rahmat Allah dalam Bentuk sarana hidup
Dilihat dari segi etimologisnya, Ar-Rahman
berwazan " “fa’laan" yang
menunjukkan banyak. Oleh karena itu rahmat Allah yang berupa sarana hidup ini
diberikan untuk semua makhluk di alam semesta (rahmatan lil alamiin), baik manusia maupun binatang, baik muslim
maupun kafir. Makna ini digunakan dalam Al-Qur’an [20:
5, 19:75]
Makna Ar-Rahiim
Ar-Rahiim: Maha Penyayang,
merupakan rahmat Allah dalam Bentuk petunjuk hidup. Dilihat dari segi
bahasanya, Ar-Rahiim berwazan
(berpola) "fa'iil" yang
menunjuk ketetapan dan kekekalan. Ar-Rahiim
berupa rahmat Allah dalam bentuk petunjuk hidup, diberikan hanya untuk
orang-orang yang beriman, menunjukkan kenikmatan yang terus menerus dan kekal.
Dalam Qur'an makna Ar-Rahiim sererti
terdapat pada Q.S. 33:43 dan QS 9:117.
Ar-Rahman dan Ar-Rahiim Allah berikan bersama-sama
kepada hamba-hambaNya sesuai pengucapannya yang utuh dan lengkap (selalu bismillahirrahmaanirrahim). Allah telah
memberikan kepada manusia selain sarana hidup juga petunjuk hidup (hidayah).
Tinggal manusia yang berusaha menggapAl retunjuk hidup (hidayah) tersebut.
Fenomena sekarang, manusia umumnya menikmati sarana hidup tapi
lupa/mencampakkan retunjuk hidup yang berharga. Manusia lupa, siapa yang
memberikan sarana hidup tersebut, manusia menganggamya semata-mata atas usaha
mereka, padahal semua sarana hidup tersebut Allah berikan gratis dan bersifat
menyeluruh. Rasulullah menerangkan keutamaan seseorang yang mengucapkan
basmalah dalam HR Abu Daud dan dihasankan
oleh Ibnu Shalah: “Setiap urusan yang
baik yang tidak diawali dengan Bismillaahirrahmaanirrahim maka tidak akan
mendapat barokah”.
REFERENSI
·
Paket BP Nurul
Fikri, Setetes Basmalah dan HamdaIah
·
Hasan Al-Banna, Kunci Memahami Al-Qur’an
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan
tujuan materi |
5’ |
Pendahuluan |
Mentor menanyakan pendapat tentang alasan mengapa memulai suatu pekerjaan
dengan membaca basmalah |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
35’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
5. MAKNA
ALHAMDULILLAHIROBBIL'ALAMIN
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna Alhamdulillah dan Rabbul 'aalamiin
F
Peserta termotivasi
untuk mengaplikasikan pemahamannya dalam kehidupannya
METODE PENDEKATAN:
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Alhamdulillah
Alhamdu = pujian terhadap suatu kebaikan yang didasari oleh
ikhtiar. Allah memiliki prestasi yang tak mungkin disamai oleh manusia. Allah
SWT dipuji atas keindahan nama-namaNya dan kebaikan perbuatanNya. Dalam Qur'an
pujian terhadap Allah seperti dalam QS. 14: 39, QS. 27: 15 dan 93. Alasan Allah
dipuji:
-
Allah Maha Pembuat
Prestasi [40:62]
-
Allah Maha Indah
dalam nama-namaNya [20: 8, QS 7:180]
-
Allah maha baik
dalam perbuatannya [32:7)
-
Allah mencipta
segala sesuatu berdasarkan pengetahuan iman kehendaknya [ 20: 111]
Makna Rohbul' alamin
·
Rabb = Pemilik yang
mengatur urusan hambaNya .
·
Al-'Alamin= apa yang diketahui, berarti alam manusia dan jin dan kelompok-kelompok
mereka 17. 80 dan 3: 42] .
·
Sekurang-kurangnya
harus ada 4 kata sekaligus untuk dapat menterjemahkan Rabb secara tepat dan sempurna, yaitu:
- Allah sebagai Pencipta [2:
164]
Manusia tidak
mencipta, ia hanya merekayasa, membuat dan menyusun. Manusia membuat sesuatu
karena diilhami oleh fenomena ciptaan Allah, contoh helikopter yang diilhami
oleh capung, sistem radar yang diilhami oleh cara kelelawar terbang di gua
gelap. Sekalipun ia merekayasa atau menyusun bentuk baru pasti bahan bakunya
diambil dari ciptaan Allah juga. A11ah sebagai pencipta menantang manusia untuk
menciptakan lalat, dalam QS.15:73.
- Allah
sebagai Pemilik [14:2] Siapa
yang mencipta pasti memiliki. Aksioma ini tidak berlaku bagi manusia, tapi
berlaku mutlak bagi Allah SWT, karena Allah SWT
mencipta atas iradat dan kehendakNya sendiri. Allah Pencipta dan otomatis
Allah sebagai Pemiliknya.
- Allah sebagai Pemelihara [15:9]
Allah memiliki sesuatu yang ia ciptakan sendiri, oleh
karena itu Ia tidak akan lalai untuk menjaga dan memeliharanya.
- Allah sebagai Penguasa [15:16-27]
Allah adalah sebagai Pencipta, Pemilik dan sekaligus
Pemelihara atas alam semesta ini, tentu saja Dia adalah Penguasa mutlak atas
semua yang ada di dalamnya. Apabila ada satu saja urusan atau aturan yang
dilakukan atau diberlakukan oleh manusia secara nyata-nyata bertentangan dengan
aturanNya, berarti manusia telah subversif kepadanya. Nauzu billaahi min
dzalik!
REFERENSI
·
Paket BP
NurulFikri, Setetes Basmalah dan Hamdalah dalam Lautan Al-Fatihah
·
Allamah, Thabathaba'i Tafsir AI- Mizan, Mengupas Surat
Al-Fatihah, CV Firdaus
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
6. AL- IMAN
TUJUAN
F
Peserta memahami
hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan
F
Peserta memahami
hakekat iman
F
Peserta mengetahui
cara-cara mengimani Rukun Iman dengan benar sehingga termotivasi untuk melakukanNya.
METODE PENDEKATAN
F
Games
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan
Konsep-konsep tentang Iman, Islam dan Ihsan mungkin sudah
pernah kita pelajari. Namun ternyata gambaran yang kita miliki selama ini belum
cukup valid (shohih) dan integral (syamiil), karena kita melihat Iman,
Islam dan Ihsan secara sektoral dan terpisah satu sama lain. Padahal ketiga
konsep tersebut adalah merupakan satu bangunan yang dapat disebut sebagai RUMAH
KITA, yang secara global terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :
1.
RUKUN IMAN, yang
berfungsi sebagai lapisan fondasinya.
2.
RUKUN ISLAM, yang
berfungsi sebagai tiang penyangganya.
3.
IHSAN, yang
berfungsi sebagai atapnya.
Artinya: tegaknya Islam pada diri seseorang tergantung
pada kualitas pondasinya dan daya tahan Islam pada diri seseorang tergantung
pada kualitas atapnya. Jadi satu sama lain saling membantu, menguatkan dan
memelihara.
Hakikat Iman
Pengertian Iman menurut ahlussunah : Iman terdiri dari
tiga unsur, yaitu pembenaran dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan
dengan anggota badan, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Jadi,
Iman adalah keyakinan dan sekaligus juga amal [49:15].
Rukun Iman
Rukun Iman merupakan basis konsepsional atau landasan
idiil yang mendasari pemikiran, ucapan dan tindakan seorang muslim. Artinya:
seorang muslim yang beriman maka pemikiran, ucapan dan tindakannya tidak akan
bertentangan dengan keimanannya kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Taqdir
dan Kiamat. Orang yang beriman haruslah beriman kepada enam Rukun iman (2:285,
4:136) dan Hadits Ketika Nabi ditanya Malaikat Jibril tentang iman, maka jawab
Nabi. ”Hendaklah engkau beriman kepada
Allah, kepada Malaikat-Nya, kepada kitab-kitabNya, kepada Utusan-utusanNya,
kepada Hari Kiamat dan hendaklah
engkau beriman kepada Qodar yang baik dan yang buruk" (HR Muslim), barangsiapa yang mengingkari salah
satunya maka ia telah mengingkari seluruh Rukun Iman.
1.
Iman kepada Allah
SWT . Konsekuensinya : mencintai Allah SWT [2:165]. Tanda-tandanya: lihat QS
8:2. Akibatnya: ikh1ash dalam menjalankan perintah-perintahNya.
2.
Iman kepada
Malaikat [50:16-18]. Konsekuensinya: tidak mungkin Seorang mu'min berbuat
ma'siat karena selalu ditongkrongi
Malaikat.
3.
Iman kepada
Kitab-Kitab [2:2, 20:1-3] Konsekuensinya: menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
4.
Iman kepada Nabi
dan Rasul [33:40]. Konsekuensinya: mencintai dan mengikutinya [3:31-32].
5.
Iman kepada Hari
Akhir [3:185]. Konsekuensinya: mempersiapkan diri untuk menghadapiNya.
6.
Iman kepada Takdir
[22:7]. Konsekuensinya: berprinsip bahwa
"Janganlah kita
mempersoalkan apa-apa yang Allah ingin lakukan terhadap kita, tetapi kita harus
melakukan apa-apa yang Allah ingin dari kita.”
REFERENSI
·
Paket BP Nurul
Fikri, Al-Iman
·
DR. Muhammad Na'im,
Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman,
·
Abdul Majid
Al-Zandany ,dkk, Al-Iman.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pendahuluan |
Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi |
5’ |
Pembukaan |
Mentor memberikan game dan hikmahnya |
10’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan rincian bahasan |
30’ |
Diskusi |
Mentor membuka forum diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan materi dan
menutupnya dengan doa |
5’ |
GAMES MATERI AL-IMAN
A. Judul : Rumah
Kita
B.
Skema/gambar :
a. Islam 1.
..........
b. Iman 2.
..........
c. Ihsan 3.
..........
C. Media : -Papan tulis dan spidol/kapur
-2 kelompok atau
lebih
-Naskah
pembahasan / materi
D. Bahan : -Gambar di atas dengan jawaban pilihan/
lembar jawaban
-Pembahasan materi tentang Iman, Islam dan
Ihsan
E. Langkah-langkah :
1.
Setiap kelompok
disuruh menentukan jawaban menjodohkan di atas berikut alasannya.
2.
Diskusikan antar
kelompok.
3.
Cari kesamaan.
4.
Mentor membahas
jawaban yang benar, yaitu:
No. 1 ada1ah b (Iman)
No. 2 adalah a (Islam)
No. 3 adalah c (Ihsan)
(langsung dilanjutkan dengan materi Al-Iman).
7. RUKUN ISLAM
TUJUAN :
F
Peserta memahami
makna dan hakikat Rukun Islam
F
Peserta mengetahui
tuntutan Rukun Islam di dalam kehidupan seorang muslim
F
Peserta termotivasi
untuk mengamalkan Rukun Islam dengan benar
METODE PENDEKATAN
F
Games
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna dan Hakikat Rukun Islam
Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu Rukun Islam.
Ibarat sebuah rumah, Rukun Islam merupakan tiang-tiang atau penyangga bangunan
keislaman seseorang. Di dalamnya tercakup hukum-hukum Islam yang mengatur
seluruh aspek kehidupan manusia. "Sesungguhnya
Islam itu dibangun atas lima perkara: bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, haji ke Baitullah dan puasa di buIan Ramadhan" (HR. Bukhari
Muslim). Bagi siapa saja yang telah mengerjakan Rukun Islam yang lima, belum
berarti bahwa ia telah total masuk ke dalam Islam. Ia baru membangun landasan
bagi amal-amalnya yang lain.
Rukun
Islam merupakan landasan operasional dari Rukun Iman. Belum cukup dikatakan
beriman hanya dengan megerjakan Rukun Islam tanpa ada upaya untuk
menegakkannya. Rukun Islam merupakan training/pelatihan bagi orang mukmin
menuju mardhotillah/keridhoan Allah.
·
Syahadat adalah
agreement (perjanjian) antara seorang muslim dengan Allah SWT [7.172].
Seseorang yang telah menyatakan Laa
ilaaha ilallaah berarti telah siap untuk fight (bertarung) melawan segala bentuk ilah di luar Allah di da1am
kehidupannya [29:2].
·
Shalat adalah training: sebagai latihan agar setiap
muslim di dalam kehidupannya adalah dalam rangka sujud (beribadah) kepada Allah
[6:162]
·
Zakat adalah training, yaitu sebagai latihan agar
menginfakkan hartanya, karena setiap harta seorang muslim adalah milik
Allah.[57:7, 59:7]. "Engkau ambil
zakat itu dari orang-orang kaya mereka dan engkau kembalikan kepada orang-orang fakir mereka” (HR Mutafaqun
‘alahi).
·
Shoum adalah training, yaitu sebagai latihan
pengendalian kebiasaan pada jasmani, yaitu makan dan minum dan ruhani, yaitu
hawa nafsu. [2:185]
·
Haji adalah training, yaitu sebagai latihan dalam
pengorbanan jiwa dan harta di jalan Allah, mengamalkan persatuan dan persamaan
derajat dengan sesama manusia. [22:27-28]
REFERENSI
·
Paket BP Nurul
Fikri, Al-Islam,
·
Sa'id Hawwa, Al-Islam
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pendahuluan |
Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi |
5’ |
Pembukaan |
Mentor memberikan game dan hikmahnya |
10’ |
Ceramah |
Mentor menerangkan isi materi |
30’ |
Diskusi |
Mentor membuka diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
GAMES
A. JuduI : Games
Lima Garis
B. Skema/ gambar :
C. Media : Papan
tulis dan kapur
D. Bahan : Materi Rukun Islam
E. Langkah-langkah :
1.
Bentuk kelompok
atau perorangan
2.
Mentor membuat lima
garis di papan tulis seperti di atas
3.
Mintalah pendapat
masing-masing kelompok tentang persepsi dari gambar tersebut
4.
Biasanya didapatkan
pendapat yang bcrbeda-beda (mis: barisan, tingkatan, lidi), buatlah kesepakatan
bahwa gambar tersebut adalah Rukun lslam
5.
Mintalah komentar
lagi, apa itu Rukun Islam?
F. Kesimpulan :
a)
Rukun Islam
merupakan karakteristik seorang muslim bila dibandingkan Dengan umat
lain
b)
Dilaksanakannya
Rukun Islam merupakan standar keimanan seorang muslim. Kita bisa membedakan
kualitas keimanan seorang muslim dengan melihat dikerjakan atau tidaknya ibadah
tersebut.
c)
Diri kita belum
sempurna membentuk pribadi Islam secara lengkap, sekalipun kita telah
melaksanakan Rukun Islam, itu belum final untuk membangun keislaman dalam diri
kita. Masih perlu ada pemahaman Iman yang benar agat terhindar dari muslim yang
TBC (Takhyul, Bid'ah, Churafat/Khurafat).
d)
Masih perlu
peningkatan Akhlaqul Karimah,
sehingga keislaman yang dimiliki menjadi indah dan dapat merasakan lezatnya
iman Islam.
e)
Harus ada proses
pembinaan Islam secara kontinu dan bertahap untuk mendapatkan pemahaman Islam
yang utuh.
8. IHSAN
TUJUAN
F
Peserta memahami
hakekat ihsan dan balasan bagi orang-orang yang berbuat ihsan
F
Peserta mengetahui
landasan berbuat ihsan
F
Peserta mengetahui
cara beramal dengan ihsan
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian
·
Ihsan dianalogikan
sebagai atap bangunan Islam (Rukun iman adalah pondasi, Rukun Islam adalah
bangunannya).
·
Ihsan (perbuatan
baik dan berkualitas) berfungsi sebagai pelindung bagi bangunan keislaman
seseorang. Jika seseorang berbuat ihsan, maka amal-amal Islam lainnya atan
terpelihara dan tahan lama (sesuai dengan fungsinya sebagai atap bangunan
Islam)
Landasan ihsan
1.
Landasan Qauliy
"Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan untuk berbuat ihsan terhadap segala sesuatu. Maka jika
kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang ihsan, dan hendaklah
menajamkan pisau dan menyenangkan (menenangkan & menen-tramkan) hewan
sembelihan itu” (HR Muslim). Tuntutan untuk berbuat ihsan dalam Islam yaitu
secara maksimal (terhadap segala
sesuatu: manusia, hewan) dan optimal (terhadap yang hidup maupun yang
akan mati)
2.
Landasan Kauniy
Dengan melihat fenomena dalam kehidupan ini, secara
sunatullah setiap orang suka akan perbuatan yang ihsan.
Alasan Berbuat Ihsan
Ada dua alasan mengapa kita berbual ihsan:
1.
Adanya Monitoring
Allah (Muraqabatullah)
Dalam HR Muslim dikisahkan jawaban Rasul ketika ditanya
malaikat Jibril yang menyamar sebagai manusia, tentang definisi ihsan:
"Mengabdilah kamu kepada Allah seakan-akan kamu melihat Dia. Jika
kamu tidak melihatNya, sesungguhnya Dia meIihatmu".
2.
Adanya Kebaikan
Allah (Ihsanullah)
Allah telah memberikan nikmatnya yang besar kepada semua
makhlukNya (QS. 28:77 QS. 55, QS. 108: 1-3)
Dengan mengingat Muraqabatullah
dan Ihsanullah, maka sudah selayaknya
kita ber-Ihsanun Niyah (berniat yang
baik). Karena niat yang baik akan mengarahkan kita kepada:
1.
Ikhlasun Niyat (Niat yang Ikh1as)
2.
Itqonul 'Amal (Amal yang rapi)
3.
Jaudatul Adaa' (Penyelesalan yang baik)
Jika seseorang beramal dan memenuhi kriteria di atas,
maka ia telah memiliki Ihsanul 'Amal
(Amal yang ihsan).
Ada 3 keuntungan jika sesorang meramal dengan amal yang
ihsan:
1)
Dicintai Allah
[2:195]
2)
Mendapat Pahala
[33: 29]
3)
Mendapat
Pertolongan Allah [16:128]
Kesimpulan :
Jadi untuk beramal ihsan harus memenuhi kriteria:
1) Zhohirotul Ihsan
(Penampakan Ihsan).
Artinya:
Lakukan yang terbaik ! (Do your Best !)
2) Qiimatul Ihsan
(Nilai Ihsan).
Artinya: Ikhlaslah selalu! (To be ikhlas, please!)
REFERENSI
·
Paket BP Nurul
Fikri, Ihsan
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
9. MA'RIFATULLAH
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna dan maksud dari ma'rifatullah
F
Peserta mengetahui
manfaat dan pentingnya ma’rifatullah
F
Peserta mengetahui
jalan-jalan untuk mengenal Allah
F
Peserta mengetahui
hal-hal yang menghalangi ma’rifatullah
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Ma'rifatullah
·
Ma'rifatullah
berasal dari kala ma’rifah dan Allah. Ma'rifah berarti mengetahui,
mengenal. Mengenal Allah bukan melalui zat Allah
tetapi mengenal-Nya lewat tanda-tanda kebesaranNya (ayat-ayatNya).
Pentingnya Mengenal Allah
·
Seseorang yang
mengenal Allah pasti akan tahu tujuan hidupnya (QS 51:56) dan tidak tertipu oleh
dunia .
·
Ma’rifatullah
merupakan ilmu yang tertinggi yang harus difahami manusia (QS 6:122). Hakikat
ilmu adalah memberikan keyakinan kepada yang mendalaminya. Ma’rifatullah adalah
ilmu yang tertinggi sebab jika difahami memberikan keyakinan mendalam. Memahami
Ma’rifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan kebodohan kepada
cahaya hidayah yang terang [6:122] .
·
Berilmu dengan
ma’rifatullah sangat penting karena:
a)
Berhubungan dengan
obyeknya, yaitu Allah Sang Pencipta.
b)
Berhubungan dengan
manfaat yang diperoleh, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, yang
dengannya akan diperoleh keberuntungan dan kemenangan.
Jalan untuk mengenal Allah
1.
Lewat akal:
·
Ayat Kauniyah / ayat Allah di alam ini:
-
fenomena terjadinya
alam (52:35)
-
fenomena kehendak
yang tinggi(67:3)
-
fenomena kehidupan
(24:45)
-
fenomena petunjuk
dan ilham (20:50)
-
fenomena pengabulan
doa (6:63)
·
Ayat
Qur'aniyah/ayat Allah di dalam Al-Qur’an:
-
keindahan Al-Qur'
an (2:23)
-
pemberitahuan
tentang umat yang lampau [9:70]
-
pemberitahuan
tentang kejadian yang akan datang (30:1-3, 8:7, 24:55)
2.
Lewat memahami
Asma’ul Husna:
-
Allah sebagai Al-Khaliq (40:62)
-
Allah sebagai
pemberi rizqi (35:3, 11:6)
-
Allah sebagai
pemilik (2:284)
-
dll. (59:22-24)
Hal-hal
yang menghalangi ma’rifatullah
·
Kesombongan (QS
7:146; 25:21).
·
Dzalim (QS 4:153) .
·
Bersandar pada
panca indera (QS 2:55) .
·
Dusta (QS 7:176) .
·
Membatalkan janji
dengan Allah (QS 2:2&-27) .
·
Berbuat
kerusakan/Fasad .
·
Lalai (QS 21:1-3) .
·
Banyak berbuat
ma’siyat .
·
Ragu-ragu (QS 6:109-110)
Semua sifat diatas merupakan bibit-bibit kekafiran kepada
Allah yang harus dibersihkan dari hati. Sebab kekafiranlah yang menyebabkan
Allah mengunci mati, menutup mata dan telinga manusia serta menyiksa mereka di
neraka. (QS 2:6-7)
REFERENSI
Said Hawwa, Allah
Jalla Jalaluhu
Aqidah Seorang
Muslim 1, Al-Ummah
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi
Ma’rifatullah |
5’ |
Diskusi Pendahuluan |
Mentor mengajukan pertanyaan tentang logika keberadaan Allah |
5’ |
Ceramah |
Mentor mengurAlkan isi materi |
30’ |
Diskusi |
Mentor menyediakan forum diskusi
dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutup dengan doa |
10’ |
10. MA’RIFATUL
RASUL
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna risalah dan rasul
F
Peserta memahami
kewajiban beriman kepada rasul
F
Peserta mengetahui
tugas para rasul
F
Peserta mengetahui
sifat-sifat rasul
METODE PENDEKATAN
F
Games
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Risalah dan Rasul
·
Risalah: Sesuatu
yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk
mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.
·
Rasul: Seorang
laki-laki (21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk
melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia.
Pentingnya
iman kepada Rasul
·
Iman kepada para
rasul adalah salah satu Rukun Iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin
kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menginterprestasikan
hakekat yang sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah .
·
Juga tidak dianggap
beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak
membedakan antara satu dengan yang lainnya.
(Al-Asyqor:56)
Tugas para rasul
1.
Menyampaikan (tablig) [5:67, 33:39]. Yang disampaikan
berupa:
·
Ma'rifatullah [6:102] (Mengenal hakikat Allah) .
·
Tauhidullah [21:25] [Mengesakan Allah] .
·
Basyir wa nadzir [6:48] (Memberi kabar gembira dan peringatan)
2.
Mendidik dan
Membimbing [62:2]
Sifat-sifat para rosul
1.
Mereka adalah
manusia (17:93-94,8:110]
2.
Ma'shum [terjaga
dari kesalahan] [3:161, 53:1-4]
3.
Sebagai suri
teladan [33:2l, 6:89-90]
REFERENSI
·
Kelompok Studi
Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal.
60-71
·
Al-Asyqor, Dr.
Limar Sulaiman, Para Rasul dan Risalahnya,
Pustaka Mantiq
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pendahuluan |
Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi
Ma’rifatullah |
5’ |
Games |
Mentor memberikan games dan hikmahnya |
10’ |
Ceramah |
Mentor menerangkan isi materi |
30’ |
Diskusi |
Mentor membuka forum diskusi dan
tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
G AMES
A. Judul : Games Ilmu
B. Skema/ Gambar / Contoh :
C. Media & Bahan :
1)
1 naskah pembahasan
2)
Serangkaian
petunjuk
3)
3 lembar kertas
bujur sangkar per orang atau kelompok
4)
1 buah gunting atau
cutter
D.
Langkah-langkah .
·
Instruksi: Peserta diminta membuat sejumlah lubang (minimal 6)
yang berjarak sama antara satu lubang dengan lainnya, juga jarak setiap lubang
dari titik pusatnya.
Tahap 1
Mentor memberikan instruksi tanpa memberikan keterangan
tambahan.
Tahap2
Mentor memberikan instruksi dan memberikan keterangan
tambahan secara lisan sebagai berikut:
A.
Lipat kertas 2 X,
sehingga membentuk bujur sangkar
B.
Lipat bagian kertas
yang ujungnya bersatu sehingga menutupi 2/3 bagiannya.
C.
Lipat juga 1/3
bagian sisanya
D.
Lipat lagi kertas
dengan bagian yang sama sampai saling menutupi
E.
Lubangi bagian yang
ujungnya bersatu menggunakan gunting atau cutter
F.
Lipat, apakah
didapatkan lubang-lubang sesuai instruksi
Tahap 3
Mentor memberikan instruksi sambil mencontohkan setiap
langkah secara terperinci. Sehingga didapatkan hasil sesuai instruksi.
E. Hikmah:
1.
Pentingnya rasul
sebagai penyampai dan penjelas risalah Islam sekaligus mencontohkan bagaimana
Islam diterapkan dalam hidup keseharian.
2.
Rasul sebagai
utusan Allah harus kita kenal dan kita taati agar segala aspek kehidupan kita
menjadi ibadah.
11. MA’RIFATUL
ISLAM
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
pengertian diin menurut Al-Qur'an
F
Mengetahui
perbedaan dienullah dan dien ghoiru dienullah
F
Mengetahui
kesempurnaan ajaran Islam sehingga berusaha mengamalkan dan mempelajarinya.
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Ad-dien menurut Al-Qur’an
·
Dienullah, DienuI Islam [48:28, 61:9] Dienullah dibawa oleh semua Rosul dan nabi untuk keselamatan
manusia. Disebut juga dengan dienul haq (dienus samaawi).
·
Dienul ghoiru dienullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih dari satu (QS. 48;28) hasil rekayasa pikiran
manusia, biasa disebut agama budaya (dienul ardli)
Ciri-ciri
dienullah/dienus-Samaawi
·
Bukan tumbuh dari
masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat. Disampaikan oleh manusia pilihan
Allah (utusan-Nya), utusan itu hanya menyampaikan bukan menciptakan.
·
Memiliki kitab suci
yang bersih dari campur tangan manusia.
·
Konsep tentang
Tuhannya adalah Tauhid.
·
Pokok-pokok
ajarannya tidak pernah berubah dengan perubahan masyarakat penganutnya.
·
Kebenarannya
universal dan sesuai dengan fitrah manusia
Ciri-ciri dienul ardli :
·
Tumbuh dalam
masyarakat.
·
Tidak disampaikan
oleh Rosul Allah.
·
Umumnya
tidak memilki kitab suci, walaupun ada sudah mengalami perubahan-perubahan
dalam perjalanan sejarah.
·
Konsep Tuhannya
dinamisme, animisme, politheisme, dll.
·
Ajarannya dapat
berubah-ubah sesuai dengan perubahan masyarakat penganutnya .
·
Kebenaran ajarannya
tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi segenap manusia, masa dan keadaan
Pengertian Islam secara Ethimologi/ Bahasa :
·
Tunduk
patuh, berserah diri (al-istislaam) [3:83].
·
Damai (as-silm) .
·
Bersih (as-saliim)
·
Aturan Illahi yang
diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagiaan hidup mereka di
dunia dan akhirat..
·
Ajaran lslam :
Ø
Sesuai fitrah
manusia QS. 30;10 Kepentingan seluruh manusia QS 34;28
Ø
Rahmat seluruh alam
QS 21;107
Ø
Untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia QS. 2;179
Ø
Sangat sempurna QS.
5:3
REFERENSI
Diktat agama IPB, Uts. Didin Hafidhuddin
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pendahuluan |
Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi |
5’ |
Games |
Mentor memberikan games dan hikmahnya |
10’ |
Ceramah |
Mentor menerangkan isi materi |
30’ |
Diskusi |
Mentor membuka forum diskusi dan
tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
12. AL-QUR’AN
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
definisi Al-Qur’an secara bahasa dan istilah
F
Peserta mengetahui
nama-nama dan karakteristik Al-Qur’an
F
Peserta memahami
fungsi Al-Qur’an dan akhak terhadapnya
F
Peserta termotivasi
untuk membaca, mempelajari dan mengamalkan
Al-Qur'an
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Definisi AL-Qur’an
·
Secara bahasa
berarti "bacaan”.
·
Secara istilah
berarti "Kalam Allah SWT yang merupakan mu'jizat yang diwahyukan kepada
nabi Muhammad SAW dan membacanya merupakan ibadah"
Nama-nama Al-Qur’an
·
Al-Qur’an/ Bacaan
[17:9] .
·
Al-Kitab/ Buku
[21:10].
·
Al-Furqon/ Pembeda
[25:1]
·
Adz-Dzikr/
Pengingat [15:9].
·
An-Nur/ Cahaya
[4:174]
Karakteristik AL-Qur' an
·
Diturunkan bukan
untuk menyusahkan manusia [ 20:2].
·
Bacaan yang teramat
mulia dan terpelihara [56: 77-78] .
·
Tidak seorang pun
yang dapat menandingi keindahan dan keagungan Al-Qur’an [2:23, 17:88] .
·
Tersusun secara
terperinci dan rapi [11:1] .
·
Mudah difahami dan
diambil pelajaran [54: 17, 34, dst]
Fungsi Al-Qur’an
·
Pengganti kedudukan
kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan
Allah SWT
·
Tuntunan serta
hukum untuk menempuh kehidupan
·
Menjelaskan
masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
·
Sebagai mukjizat
Rasulullah SAW
AkhIak Terpuji Terhadap
Al-Qur’an
·
Membaca ta'awudz
sebelum membaca Al-Qur’an [16:98] .
·
Membaca Al-Qur’an
secara tartil perlahan-lahan [73:4] .
·
Lapang dada
menerima Al-Qur’an [7:2]
·
Mendengarkan
baik-baik pembacaan Al-Qur’an [7:204] .
·
Bcrgetar hatinya
dan bertambah imannya [8:2-4]
Akhlak tercela terhadap Al-Qur’an .
·
Keunggulan
Al-Qur’an
·
Menyombongkan
diri dan berpaling [31:7] .
·
Menertawakan
peringatan ini [53:59-62] .
·
Tidak
memperahatikan Al-Qur’an [47:24]
Keunggulan Al-Qur’an .
·
Al-Qur’an
adalah mukjizat yang abadi [4:74].
Allah menghendaki agar Al-Qur’an berlaku umum (mencakup
permasalahan) dan bersifat universal. Maka, disusun dan dikumpulkan Al-Qur’an itu dengan sistematika yang
memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan dijauhkan dari susunan yang
bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi pada suatu masa saja,
yaitu ketika turunnya.
·
Keunggulan
Al-Qur’an secara ilmiah
Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu
dewasa ini telah menetapkan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab ilmiah yang
menghimpun segala disiplin ilmu dan filsafat. Ilmu itu datang dari Allah SWT,
sebagai tanda kemuliaanNya dan ketinggian ilmu-Nya.[96:1-5] .
·
Jaminan kemurnian
Al-Qur’an.
Allah sendiri yang menjamin kemurnian Al-Qur’an [6:115,
15:9] .
·
Al-Qur’an bersifat
umum dan universal.
Umum :
Mencakup seluruh bidang/permasalahan manusia. [6:38] Universal : Berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum.
[25:1]
REFERENSI
·
Paket BP NF 'Keunggulan Al-Qur’an’
·
Ibnu Qoyim, Mahabatullah, (Bab I)
·
Manna Khalil
al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran ,
hal 18
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
13. UKHUWAH
ISLAMIYAH (UI)
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna dan hakekat UI
F
Peserta mengetahui
perbedaan UI dan Ukhuwah Jahiliyah
F
Peserta mengetahui
hal-hal yang menguatkan ukhuwah dan buah dari UI
F
Peserta termotivasi
untuk mengamalkan hal-hal yang menuju kepada UI dalam kehidupannya
METODE PENDEKATAN
F
Games
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Ukhuwah Islamiyah.
·
Menurut
Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu
sama lain dengan ikatan aqidah. Hakekat Ukhuwah Islamiyah
1.
Nikmat
Allah (QS. 3: 103)
2.
Perumpamaan
tali tasbih (QS. 43: 67)
3.
Merupakan
arahan Rabbani (QS. 8: 63)
4.
Merupakan
cermin kekuatan iman (QS. 49: 10)
Perbedaan UI dan Ukhuwah Jahiliyah
·
Ukhuwah Islamiyah
bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam.
Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat), yaitu
ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan [orang tua-anak],
perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).
Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:
1.
Memberitahukan
kecintaan pada yang kita cintai
2.
Memohon dido’akan
bila berpisah
3.
Menunjukkan
kegembiraan & senyuman bila berjumpa
4.
Berjabat tangan
bila berjumpa (kecuali non muhrim)
5.
Mengucapkan selamat
berkenaan dengan saat-saat keberhasilan
6.
Memberikan hadiah
pada waktu-waktu tertentu
7.
Sering
bersilaturahmi (mengunjungi saudara)
8.
Memperhatikan
saudaranya & membantu keperluannya
9.
Memenuhi hak
ukhuwah saudaranya
Buah Ukhuwah Islamiyah
1.
Merasakan lezatnya
iman
2.
Mendapatkan
perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)
3.
Mendapatkan tempat
khusus di syurga (15:45-48)
REFERENSI
·
Bercinta dan bersaudara karena Allah, Ust. Husni Adham Jarror, GIP
·
Meraih Nikmatnya
Iman, Abdullah Nasih 'Ulwan
·
Rahasia Sukses Ikhwan Membina Persaudaraan di Jalan Allah, Asadudin Press
·
Panduan Aktivis Harokah, Al-Ummah
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pendahuluan |
Mentor membuka pertemuan dan menerangkan tujuan materi |
5’ |
Games |
Mentor memberikan games dan hikmahnya |
10’ |
Ceramah |
Mentor menerangkan isi materi |
30’ |
Diskusi |
Mentor membuka forum diskusi dan
tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
GAMES
Games I: Menyusun Bujur
Sangkar
Media :
·
Sembilan (9) bujur
sangkar dari karton/kertas berukuran sama yang lelah dipotong secara acak dan
dipisah-pisahkan ke dalam 3 amplop
Cara:
·
Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok terdiri dari 4-5 orang. Masing-masing kelompok
mengirimkan 3 orang sebagai pekerja yang duduk secara melingkar, sedangkan yang
lainnya bertugas sebagai pengawas.
·
Tiap kelompok
mendapat satu amplop yang berasal dari tiga bujur sangkar yang berukuran sama
dan telah dipotong secara acak.
·
Mentor bertugas
membagikan potongan-potongan acak dari bujur sangkar tersebut kepada setiap
pekerja kelompok.
·
Tiap pekerja
memperoleh 3-5 potongan karton.
·
Setiap pekerja
diberi waktu 3 menit untuk membentuk bujur sangkar dari potongan karton tadi.
·
Pekerja boleh
memberikan polongan karton yang dimilikinya kepada teman pekerja lain dalam
kelompoknya tetapi tidak boleh memintanya.
·
Pekerja tidak boleh
berkomunikasi sesama pekerja dan tidak boleh memberi petunjuk atau berdiskusi
dengan temannya untuk menentukan letak potongan karton yang dimilikinya atau
yang direroleh temannya.
·
Pekerja yang sudah
membentuk bujur sangkar miliknya boleh merubahnya lagi sedemikian sehingga
setiap pekerja akan memiliki atau membenluk sebuah bujur sangkar. Pengawas
bertugas mengawasi dan memberikan penilaian terhadap jalannya permainan.
·
Pengawas berhak
menegur pekerja yang melanggar ketentuan
Kritera
Keberhasilan.
·
Setiap pekerja atau
kelompok dapat membentuk bujur sangkar dalam waktu yang ditentukan.
·
Setiap pekerja
menolong temannya dengan memberikan potongan bujur sangkar yang dimilikinya.
·
Setiap pengawas
menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya
Hikmah.
·
Ta’awun/saling
tolong menolong adalah salah satu kunci ukhuwah.
·
Pentingnya tausiyah
dalam membina ukhuwah
Games II: Adu Ponco
Berhadiah (Win-win Games)
Cara:
·
Setiap siswa
mencari lawan untuk mengadu ponco
·
Setiap kemenangan
akan diberi hadiah (misal: Rp. 1000,- dalam waktu yang ditentukan (2').
·
Setiap siswa
mencari kemenangan sebanyak-banyaknya.
Penyelesaian:
·
Dalam waktu yang
dilentukan, bergantian untuk menang sehingga semua mendapat hadiah yang sama
dengan sebanyak-banyaknya.
Hikmah:
·
Tidak menganggap
saudaranya sebagai lawan tetapi partner untuk mencapai tujuan bersama
·
Tidak mementingkan
diri sendiri
14. NIKMAT IMAN
TUJUAN
F
Menumbuhkan
keyakinan bahwa iman merupakan fitrah manusia
F
Mangetahlu bahwa
iman merupakan nikmat terbesar dari Allah
F
Mengetahui cara
mensyukuri nikmat dari Allah
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Iman sebagai fitrah manusia
·
Semua manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah. "Semua bayi terlahir dalam keadaan
fitrah….
·
Kesaksian manusia
yang menyatakan Allah SWT adalah Robb mereka (7:172) sehingga secara fitrah
manusia akan percaya akan adanya Allah (10:31, 39:3).
·
Persaksian
Rububiyyah di alam ruh harus dilanjutkan dangan persaksian Uluhiyyah dan
Risalah di alam dunia sebagai konsekuensinya (30:30, 22:78, 2:21].
Nikmat Iman
·
Nikmat dari Allah
tidak terhitung (14:34).
·
Beberapa nikmat
dari Allah :
1.
Nikmat sebagai
mahluk (76:1-4)
2.
Nikmat sebagai
manusia (95:4)
3.
Nikmal sebagai
khalifah (2:30, 14:32-34)
4.
Nikmat sebagai
muslim (5:3, 49:17), merupakan nikmat terbesar dari Allah .
·
Nikmat harus
disyukuri (14:7, 31:31), antara lain dengan cara:
1.
Mengucapkan syukur
(dengan hati dan lisan )
2.
Menjaga dan
memelihara nikmat yang diberikan
3.
Menggunakan sesuai
keinginan dari pemberi nikmat dengan (perbuatan)
REFERENSI
Royyad Al Haqil, Mensyukuri
Nikmat Allah, GIP
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pendahuluan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa |
5’ |
15. HAL-HAL YANG
MELEMAHKAN IMAN
TUJUAN
F
Peserta memahami
adanya fIuktuasi keimanan
F
Peserta mengetahui
fenomena lemahnya iman
F
Peserta mengetahui
penyebab lemahnya iman
F
Peserta termotivasi
untuk menjauhi hal-hal yang melemahkan iman
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Fluktuasi Iman
Secara fitrah manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat
jujur (dosa) dan ketaqwaan [91:9-10]. Hal ini mengakibatkan keimanan seseorang
mengalami fluktuasi (terkadang naik, terkadang turun). ”Keimanan itu bisa bertambah dan berkurang. Maka perbaharuilah iman
kalian deugan Laa Ilaaha Illallaah” (HR Ibnu Islam)
Fenomena Lemahnya Iman
1.
Terjerumus dalam
kemaksiatan
Suatu perbuatan yang sering dilakukan dapat membentuk
sebuah kebiasaan. Begitu pula dengan kemaksiatan. Bila sering dilakukan ia pun
akan menjadi sebuah kebiasaan, yang jika terbiasa seseorang akan berani berbuat
secara terang-terangan.
Rasulullah bersabda: (lihat Hadist Bukhari Vol. I, hal
16)
2.
Tidak tekun dan
bermalas-malasan dalam beribadah
Salah satu ketidaktekunan dalam beribadah ialah tidak
khusyu' (konsentrasi) dalam mengerjakannya. Contoh: tidak khusyu' dalam sholat,
membaca Al-Qur'an, berdoa, dll. Sehingga ibadah tersebut dilakukan dengan jiwa
yang kosong tanpa ruh (QS 4:142). Padahal dalam sebuah hadist dikatakan: “Tidak akan diterima do'a dari hati yang
lalai dan main-main” (HR Tirmidzi.)
3.
Memudarnya tali
ukhuwah.
·
Tidak memperhatikan
urusan kaum muslimin. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa orang-orang mu’min
itu bagai satu tubuh. Dari
An-Nu’man bin Basyir ra, katanya Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang
mu’min itu laksana satu tubuh manusia. Bila matanya sakit maka sakitlah seluruh
tubuhnya. Atau bila kepalanya sakit maka sakitlah seluruh tubuhnya “. (HR
Muslim).
·
Terputusnya tali
persaudaraan diantara dua orang yang semula bersaudara. “Tidak selayaknya dua orang yang saling mengasihi karena Allah Azza wa
Jalla, atau karena Islam lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yaug
dilakukan salah seorang diantara keduanya”. (HR Bukhari)
4.
Terpaut kepada
urusan duniawi dan terlalu mencintainya (QS. 75:2O-21)
5.
MengeIuh dan takut
akan musibah (QS 70:19-21)
“Janganlah sekali-kali kamu mencela yang ma'ruf sedikitpun, meski engakau
hanya menuangkan air ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air. Atau
meski engkau hanya berbicara dengan saudaramu sedangkan wajahmu tampak berseri
kepadanya.” (HR Ahmad)
6.
Mencela yang ma’ruf
dan tidak mau memperhatikan kebaikan-kebaikan yang kecil
7.
Banyak berdebat dan
bertikai yang mematikan hati. Akibatnya hati menjadi keras dan kaku.
Sebab-sebab Lemahnya Iman
1.
Jauh dari suasana
atau lngkungan iman dalam waktu yang lama (QS 57:16)
2.
Jauh dari pelajaran
dan teladan yang baik
3.
Jauh dari menuntut
ilmu syariat yang dapat mcmbangkitkan iman di dalam hati penuntutnya
4.
Berada di tengah
lingkungan yang penuh kemaksiatan
5.
Tenggelam dalam
kesibukan dunia “Cukuplah bagi salah
seorang diantara kamu selagi dia di dunia hanya seperti bekal orang yang
mengadakan perjalanan.” (HR Ath- Thabarani)
6.
Sibuk mengurusi
harta benda, isteri dan anak-anak (QS. 8:28 ; 3:14)
7.
Panjang angan-angan
(Berangan yang muluk-muluk) QS. 15:3
Ali ra. pernah berkata: “Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan atas diri kalian ialah
mengikuti hawa nafsu dan angan-angan yang muluk. Mengikuti hawa nafsu akan
meughalangi dari kebenaran, sedangkan angan-augan yaug muluk akan melupakan
akhirat”
8.
Berlebih-lebihan
dalam masalah makan, tidur, berjaga di waktu malam, berbicara, bergaul dan juga
tertawa “Janganlah kamu sekalian
memperbanyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati”. (HR Ibnu
Majah)
REFERENSI
Muhammad Sholih AL-Munajjid, Obat Lemahnya Iman, Darul Falah.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan pencapaian tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi Fenomena Lemahnya Iman |
40’ |
Diskusi |
Mentor memberi kesempatan untuk
diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
16. HAL-HAL YANG
MENGUATKAN IMAN
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
sebab-sebab bertambahnya iman
F
Peserta termotivasi
Untuk melakukan hal-hal yang dapat menguatkan iman.
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya iman itu dijadikan di dalam diri sesorang diantara kamu
sebagaimana pakaian, maka mohonlah kepada Allah agar Dia memperbaharui” (HR
Al- Thabrani). Maksudnya iman itu dapat menjadi usang dalam hati seperti halnya
pakaian yang dapat menjadi usang bila lama dipakai.
Hal-hal yang menguatkan Iman
1.
Menuntut ilmu,
yaitu ilmu yang menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan tentang iman
[35:28].
2.
Menyimak/
mentadaburkan Al-Qur'an [17:282]
3.
Dzikir dan Fikir
Dzikir adalah mengingat Allah berserta sifat-sifatNya,
hal-hal yang menyangkut keagunganNya dan membaca kalimahNya [33:41, 8:4] Fikir adalah aktivitas yang mengacu
kepada renungan terhadap ciptaan Allah, ayat-ayatNya dan mukjizatNya
[l3:190-191]
4.
Mengikuti dan
komitmen terhadap halaqoh zikir. “Tidaklah
segolongan orang duduk seraya menyebut Allah melainkan para malaikat
mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketentraman nati turun kepada
mereka dan Allah menyebut mereka termasuk dalam golongan yang berada di
sisiNya”. (HR Muslim)
5.
Memperbanyak amal
shalih, yang harus diperhatikan :
- Sesegera mungkin melaksanakan ama1-amal sholih [3:33, 57:21, 22:90]
dan hadits: “Pelan-pelan
(berhati-hati) dalam segala sesuatu adalah baik kecuali di dalam amal
akhirat”. (HR Abu Daud)
- Melakukannya secara terus-menerus. “Alah
menyukai amalan yang walaupun sedikit, tapi dikerjakan secara
terus-menerus.” (HR.Bukhori)
- Tidak merasa bosan. Maksudnya kerjakanlah ibadah sesuai dengan
kemampuan. “Sesungguhnya agama itu
adalah mudah, dan tidaklah agama itu dikeraskan oleh seseorang melainkan
justru ia akan dikalahkan. Maka berbuatlah yang lurus dan sederhana.”
(Hadits Riwayat Bukhari)
- Mengulang amalan yang tertinggal dan terlupakan.
Barangsiapa yang tertidur hingga ketinggalan bacaan wiridnya
dari sebagian malam atau dari sebagian bacaan wirid, lalu dia membacanya lagi
antara sholat Shubuh dan shalat Zuhur, maka ditetapkan baginya seakanlah dia
membacanya pada malam itu juga.” (HR. An-Nasa' i)
- Berharap amalnya diterima Allah swt dan merasa cemas jika amalannya
tidak dilerima Allah SWT.
6.
Melakukan berbagai
macam ibadah. "Barangsiapa yang
menafkahi dua istri di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu
sorga ‘Wahal hamba Allah, ini adalah baik. Lalu barangsiapa yang menjadi orang
yang banyak mendirikan sholat, maka ia dipanggil dari pintu sholat. Barangsiapa
menjadi orang yang banyak berjihad, maka ia dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa
menjadi orang yang banyak melakukan shoum, maka ia dipanggil dari pintu
ar-Rayyan, Barangsiapa menjadi orang yang banyak megeluarkan shodaqoh, maka dia
dipanggil dari pintu shodaqoh.” (HR Bukhori) "Berbakti kepada orangtua adalah pertengahan dari pintu-pintu
sorga." (HR at- Tirmidzi)
7.
Dzikrul maut. “Perbanyaklah mengingat pemutus segala
kenikmatan, yaitu kematian.” (HR at-Tirmidzi) "Dulu aku melarangmu menziarahi kubur, ketahuilah, sekarang
ziarahilah kubur karena hal itu dapat melunakkan hati, membuat mata menangis,
mengingatkan hari akhirat, dan janganlah kamu mengucapkan kata-kata yang kotor.
“ (HR Al- hakim)
8.
Mengingat akhirat,
yaitu mengingat nikmatnya sorga dan keras pedihnya neraka [lihat QS. 56, 75,
dan 78].
9.
Bermunajat kepada
Allah dan pasrah kepadanya. Maksudnya: memohon kepada Allah dengan ketundukan
dan kepasrahan yang sedalam-dalamnya.
10.
Tidak
berangan-angan secara muluk-muluk [26:205-207, 10:45].
11.
Memikirkan kehinaan
dunia [3:185]. Hadits: "Dunia ini
terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada di dalanmya kecuali dzikruIlah dan
apa yang membantunya, atau orang yang berilmu atau orang yang mencari
ilmu.” (HR Ibnu Majah)
12.
Mengagungkan
hal-hal yang terhormat di sisi Allah [22:30,32].
13.
Al-wala wal baro, artinya saling tolong menolong dan loyal kepada sesama muslim dan
memusuhi orang-orang kafir [5:2].
14.
Tawadhu (rendah
hati). "Barang siapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada
Allah padahal ia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari
kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga ia diberi kebebasan memilih
diantara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya (HR At-
Tirmidzi)
15.
Muhasabah diri
[59:18]
16.
Do'a. [2:186].
REFERENSI
·
Muhammad Shouh
Al-Munajjid, Obat Lemahnya Iman,
Darul Falah
·
Dr. Muhammad Na'im
Yasin, Yang Meguatkan Yang Membatalkan
Iman, GIP.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan
manyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
17. PENTINGNYA
AKHLAK ISLAMI
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna akhlak
F
Peserta memahami
pentingnya akhlak Islami
F
Peserta termotivasi
untuk merubah akhlak yang baik dan Islami
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Definisi Akhlak
Akhlak adalah jati diri, karakter inheren yang menyertai
seorang manusia di mana pun ia berada.
Faktor-faktor pembentuk akhlak
Akhlak
terbentuk oleh 4 faktor :
1.
Al-Wiratsiyyah (Genetik)
2.
An-Nafsiyyah (Psikologis)
3.
Syari'ah Ijtima'iyyah (Sosial)
4.
Al-Qiyam (nilai Islami)
Keterangan:
1.
Misamya: seseorang
yang berasal dari daerah cenderung berbicara "keras", seorang muslim
untuk berbicara keras atau kasar, karena Islam dapat memperhalus dan
memperbaikinya.
2.
Faktor ini berasal
dari nilai-nilai yang keluarga (misalnya ibu dan bapak) tempat seseorang
berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam fitrah, orang tuanyalah
ynag menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi (Hadist). Seseorang yang lahir dalam
keluarga yang orang tuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga dengan orang
tua yang lengkap.
3.
Faktor lingkungan
tempat seseorang akhlak yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalampembentukan
akhlak seseorang
·
Faktor 1,2,3 yang
(bila) bersifat negatif sebenarnya tidak akan menjadi masalah bila ketiga
faktor pertama tersebut tunduk pada faktor ke-4 (nilai Islam)
4.
Nilai Islami akan
membentuk akhlak Islami.
Akhlak
Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan
refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari
keridhaan Allah SWT
Pentingya Akhlak Islami:
·
Akhlak
ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan keimanan
seseorang.
”Paling Sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur akhlaknya” (HR
Tirmidzi)
“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam,
dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik
akhlaknya” (HR Thabrani, Ahmad, dan
Abu Ya'la)
·
Akhlak adalah buah
ibadah
“Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan
munkar” (QS. 29.45)
·
Keluhuran akhlak
merupakan amal terberat hamba di akhirat
“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat
melebihi kejujuran akhlaknya”. (Abu Daud dan At- Tirmidzi)
·
Akhlak merupakan
lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat, karena itulah akhlak
pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT
"Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang
terbaik akhlaknya” (HR. Muttafaq
alaih)
Ahklak Islami
penting dan urgen untuk direfleksikan da1am:
1.
skala pribadi
2.
skala masyarakat
3.
skala umat
·
Akh1ak juga
terbentuk dari khotiroh (lintasan
hati). Dari lintasan hati dilakukan/dicoba, lalu menjadi kebiasaan hingga
membentuk akhlak. Misainya: kebiasaan mencotek.
·
Akhlak dapat
berubah tergantung kemauan individu tersebut.
Seseorang dapat berakhlak baik atau buruk, tergantung
usaha yang ia lakukan.
REFERENSI
·
Ziyad Abbas (ed.),
Pilihan Hadits Potitik, Ekonomi dan Sosial, Pustaka Panjimas.
·
Dr. Muhammad Ali
Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim,
hal. 24-28, GIP
·
Muna Hadad Yakan, Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak,
hal.38-4O, GIP
·
Isnet, ‘Urgensi Akhlak I’
·
Materi Training Manajemen
Da'wah Muslimah “Peran Muslimah dalam
Da'wah”
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pendahuluan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Mentor membuka forum diskusi dan
tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
18. AKHLAK
RASULULLAH
TUJUAN
F
Peserta tumbuh
kesadarannya untuk meneladani akhlak Rasulullah SAW
F
Peserta mengetahui
contoh akhlak yang mulia dan termotivasi untuk melakukannya.
F
Peserta mengetahui
contoh akhlak tercela dan termotivasi untuk menjauhinya
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
·
Misi utama
diutusnya Rasul ke dunia ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia "Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan
keluhuran akhlak” (Hadist).
·
Akhlak Rasulullah
mencakup segala sisi kehidupan, yaitu sebagai sunnah, sebagai kepala
pemerintahan, sebagai pemimpin tertinggi pasukan Islam
·
Juga mencakup sifat
yang bisa meliputi sagala sisi kehidupan (zuhud, sabar, penyayang, dll.)
Akhlak
Rasulullah secara Umum
1.
Akh1ak
Qur’ani
Ditanyakan
kepada Aisyah ra tentang akhlak Rasulullah SAW maka jawabnya “Akhlaknya Qur'ani” (AL-Hadist).
Akhlak
Rasulullah adalah Al-Qur’an. Karena itu, untuk memperoleh gambaran utuh akhlak
beliau kita perlu memahami Al-Qur’an dan
As-Sunnah atau seggala sesuatu yang ada kaitannya dengan pola kehidupan
Rasulullah
2.
Akhlak
manusia terbaik
Dikatakann oleh Anas ra,
bahwa Rasulullah adalah manusia yang tcrbaik akhlaknya
Contoh akhlak-akhlak mulia
yang diperintahkan Nabi SAW
1.
Jujur
Hadits Rasul “Sesungguhnya
kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebajikan, dan sesuhgguhnya kebajikan
itu akan mengantarkan ke surga. Dan seseorang senantiasa berkata benar dan
jujur hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benarr dan jujur. Dan
sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, yang akhirnya akan mengantarkan ke
dalam neraka. Dan seseorang sentiasa berdusta hingga dicatat di sisi Allah
sebagai pendusta” (HR Bukhari Muslim)
2.
Dermawan (QS. 2:
261)
“Tidaklah seorang hamba berada pada suatu pagi kecuali dua malaikat turun
menemaninya. Satu malaikatt berkata: Ya Allah, berilah karuniaMu, sebagai ganti
apa yang ia infakkan. Malaikat lainnya berkata: Ya, Allah, berilah ia
kebinasaan karena telah mempertahankan hartanya yang tidak dinafkahkannya”. [HR
Muttafaq’alaih].
3.
Malu
Adalah Rasulullah SAW sangat tinggi rasa malunya, lebih pemalu dari gadis
pingitan. Apabila Beliau tidak menyenangi sesuatu, kami dapat mengeetahuinya
pada wajah Beliau. [HR Muslim], “Iman itu mempunyai 71 atau 81 cabang, dan
yang paling utamanya adalah mengucapkan Laa ilaaha ilallah dan
serendah-rendahnya adalah menyingkirkan duri (gangguan dari jalan). Dan sifat
pemalu merupakan satu bagian dari iman” [HR Muttafaq’alaih). Tambahan:
Lihat Ar-Rasul hal 197-199.
4.
Menepati janji (QS.
5:1, 17:34). Tambahan: Lihat Ar-Rasul, hal. 56-60
5.
Menutupi aib (QS.
24:19)
Contoh akhlak-akhlak tercela yang diperingatkan
Rasulullah Saw:
1.
Marah
QS. 3:133-134,
Dari Abi Hurairah ra, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW: “Wasiatilah aku.” Sabda Nabi: "Janganlah engkau mudah marah. Maka
dikurangi beberapa kali. Sabdanya: Janganlah engkau mudah marah.” [HR.
Bukhari-Muslim] Hadits Arbain ke-16
2.
Ghibah dan Namimah
(49:12)
3.
Riya (2:264)
4.
Sombong (17:37)
5.
Zalim
“Hai hamba-hambaKu, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman (berbuat
zalim) pada diriKu, dan Aku jadikan sebagai perbuatan haram bagi kalian , maka
dari itu janganlah kalian berbuat zalim.” [HR. Muslim]
REFERENSI
·
Abbas, S. Ziyad
(ed.), Pilihan Hadits Politik, Ekonomi
dan Sosial, Jakarta: Pustaka Panjimas
·
Hasyimi,
Dr.Muhammad Ali, Apakah Anda
Berkepribadian Muslim?, Jakarta: GIP
·
Hawwa, Sa'id, Ar-Rasul Muhammad SAW hal. 177-199,
Solo: Pustaka Mantiq
·
Yakan, Muna Haddad,
Hati-hati terhadap Media yang Merusak
Anak, Jakarta: GIP.
·
Isnet, “Urgensi Akhlak I”.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menerangkan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
19. BANGUNAN ISLAM
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
gambaran menyeluruh tentang bangunan Islam
F
Menumbuhkan
kesadaran bahwa Islam adalah sistem hidup yang lengkap dan semrlima sehingga
reserta termotivasi Untuk memasukinya secara keseluruhan .
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan
Konsepsi
Islam bisa digambarkaan sebagai sebuah bangunan yang utuh dan kokoh. Dalam
sebuah hadits dikatakan, “ Buniya l-Islami 'ala khamsin ...... ( Bangunan Islam itu ada lima perkara....”).
Lihat juga di QS.61:4
·
Islam adalah agama
yang sempurna QS. Al-Maidah:3
·
Kesempurnaan Islam
ibarat bangunan yang kokoh.
Isi kandungan Al-Qur’an secara global ada 3 bagian:
1.
Pokok dan pondasi
(asas), yang terdiri dari:
a.
Aqidah
(keimanan): mencakup 2 kalimat syahadat & Rukun Iman yang enam (QS. 2:177,
.47:19)
b. Ibadah (Rukun Islam yang lima)
2.
Bangunan (Bina),
berupa aturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia /sistem hidup,
seperti:
a)
Konsep sosial &
kemasyarakatan (QS. 24: 27, QS. 49: 10-13)
b)
Konsep politik
(QS.8: 61, 42: 38)
c)
Konsep rerekonomian
(QS. 2:275, 282, 283)
d)
Konsep
militer/keprajuritan (QS.8:6O, 9:5-8)
e)
Konser moral akhlak
(QS. 2:237)
f)
Konsep pendidikan
(QS.3: 159, 2: 151)
3.
Penyokong dan
Penguat (Muayyidat)
a)
Jihad (QS.22:
39-40)
b)
Dakwah (QS.104)
c)
Hukum-hukum (QS.
5:49)
d)
Sanksi-sanksi (QS.
5:33, 5:38)
REFERENSI
Aqidah Seorang
Muslim, Al-Ummah
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menerangkan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
20. EKSISTENSI
ALLAH
TUJUAN
F
Menambah keimanan
peserta kerada Allah
F
Peserta meyakini
bahwa Allah itu eksis/ada
F
Peserta mengetahui
buku utau dalil-dalil lentang eksistensi Allah
F
Peserta memahami
cara mengenal Allah
METODE PENDEKATAN
F
Games
F
Cemmah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Bukti eksistensi A11ah
1.
Dalil fitrah Q.S 10:22
Perasaan alami yang tajam dari manusia bahwa ada Zat yang
maujud, yang tidak terbatas dan tidak
berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala, yang
ada di alam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti
kemurkaan-Nya.
2.
Dalil akal QS 5:20-21
Dengan tafakkur dan renungan terhadap alam semesta yang
menurunkan manifestasi dari eksistensi-Nya. Orang yang memikirkan dan
merenungkan alam semesta akan menemukan, empat unsur ialah semesta:
·
Ciptaan-Nya.
QS 96:1-2; QS 36:36
Bahwa tiada yang dapat mencipta alam ini kecuali Allah,
yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
·
Kesempurnaan. QS
67:3; 32:7
Alam ini diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa
cacat.
·
Perbandingan ukuran
yang tepat dan akurat. QS 25:2.
Alam ini diciptakan dengan perbandingan ukuran, susunan,
timbangan, dan perhitungan yang tepat dan sangat akurat.
·
Hidayah (tuntunan
dan bimbingan). QS 20:49-50
Alam ini menunjukkan dan menuntun manusia bahwa Allah,
Sang Pencipta Alam semesta, benar-benar ada. Allah memberikan hidayah (tuntunan
dan petunjuk) kepada makhluk-Nyau untuk dapat menjalankan hidupnya dengan
mudah, sesuai dengan karakteristik dirinya masing-masing. Kepada manusia sering
disebut dengan ilham, kepada hewan sering disebut insting.
3.
Dalil akhlaq
Secara fitrah
manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq) inilah, ia secara
naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus dan urusannya
berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam jiwa manusia
adalah Allah, sumber dnri segala sumber kebaikan, cinta dan keindahan.
Keberadaan 'moral' yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti eksistensi
Allah. QS. 91:7-8
4.
Dalil Wahyu
Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda puda
zaman yang berbeda. Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan
wahyu. Dengan membawa bukti yang nyata (Kitab/wahyu & mukjizat) mengajak
umatnya agar beriman kepada Allah, mengesakan-Nya dan menjalin hubungan baik
dengan-Nya, serta mengingatkan akan akibat buruk syirik/berpaling dari-Nya (QS
6:91). Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang persis sama ? Siapa yang
memberikan kekuatan, mendukung dan mempersenjatai mereka dengan mu'jizat? Tentu
suatu Zat yang eksis (maujud), Yang Maha Kuat & Perkasa, yaitu Allah.
Keberadaan para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.
5.
Daril sejarah
Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan
zaman, percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkun. Semuanya
telah mengenal iman kepada Allah, menurut cara masing-masing. Konsensus sejarah
ini merupakan bukti yang memperkuat eksistensi Allah. (QS 47:10; perkataan ahli
sejarah Yunani kuno bemama Plutarch)
Cara mengenal Ahah
Jalan yang ditempuh oleh ajaran selain Islam:
·
Hanya mengandalkan
panca Indra dan sedikit akal sehingga timbul prakira-prakira yang membentuk
filsafat -filsafat atau pemikiran tentang ketuhanan.
·
Filsafat dan
pemikiran tersebut justru mendatangkan kegoncangan dan kebingungan dalam jiwa.
Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian terhadap keberadaa Allah. (QS
34:51-54 ; 2:147 ; 22:11 ;10:94).
·
Jalan yang ditempuh
oleh orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah mereka. Sebab mencoba mengenal
Allah dengan menggunakan panca indra saja. Padahal panca indra hanya bisa
mendeteksi sesuatu yang dapat diraba, diukur, disentuh. Sebaiknya, untuk
mengenal sesuatu selain Allah mereka menggunakan panca indera dan akal.
·
Jalan yang ditempuh
orang-orang kafir tersebut pada akhimya tidak pemah membawa mereka sampai
mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaiknya yang mereka dapatkan adalah
ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.
Jalan yang ditempuh Islam:
·
Orang-orang lslam
mengenal Allah dengan menggunakan keimanan dan dilengkapi akal. Kedua rotensi
tersebut dioptimalkan dengan dalam proses tafakkur
dan tadabbur. Tafakkur berarti
memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat Kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan ayat ayat Allah yang
tertulis dalam Al-Qur’an (ayat Qauliyah).
Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang kcberadaan dan kekuasaan
Allah (QS 3:190-191; 12:105;
10:101).
·
Jalan yang ditempuh
oleh orang mu’min bersandarkan kepada fitrahnya sebagai manusia, yaitu
mengoptimalkan akal, pemikiran, ilmu serta hatinya untuk mengenal Allah lewat
tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya) bukan zat-Nya. Baik tanda-tanda
kebesaran Allah yang ada di alam, mu’jijat serta dalam Al-Qur’an. Lewat jalan
ini, manusia akan mengenal Allah.
REFERENSI
·
Materi Mentoring
tanun 94/'95.
·
DR. Yusuf Qordhowi;
Wujudullah.
·
Sa’id Hawwa; Allah Jalla Jalaluhu.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan tujuan materi |
5’ |
Diskusi Pendahuluan |
Mentor mengajukan pertanyaan tentang logika keberadaan Allah |
10’ |
Ceramah |
Mentor menguraikan materi eksistensi Allah |
40’ |
Penutup |
Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan doa |
5’ |
GAMES
Langkah- langkah
1.
Mentor meminta tiga
siswa menggambar sesuatu di papan tulis.
2.
Mentor membuka
diskusi dengan mengajukan pertanyaan sebab akibat keberadaan gambar di papan
tulis. Misalkan:
·
"Mengapa
gambar tersebut ada di papan tulis?" (Karena
ada yang menggambarr ! ) .
·
"Jika tadi tak
ada yang menggambar, apakah gambar tersebut akan ada? (Tidak !) .
·
"Kalau begitu,
ssegala sesuatu ada karena ada yang mengadakan. Gambar itu ada karena ada yang
menggambar. Kita ada karena ada yang menciptakan. Alam semesta ini ada karena
ada yang mengadakan. Siapa yang menciptakan kita?" (Allah !) .
·
"Berarti Sang
Pencipta itu memang ada!!"
21. MAKNA ASYHADU
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna syahadah baik secara bahasa maupun istilah
F
peserta memahami
pengaruh syahadah bagi kehidupan seorang mu’min
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
·
Secara bahasa
Asyhadu berarti saya bersyahadah. Dalam bahasa Arab kata ini bereentuk Fi'il
Mudhori' atau setara dengan Present Continuous Tense dalam bahasa Inggris. Hal
ini menunjukkan suatu aktifitas yang sedang berlangsung dan belum selesai.
Definisi Syahadah
·
Secara bahasa:
- Al-I'lanu (pernyataan) QS 3:64
Sebuah pernyataan, sekecil apapun memiliki konsekuensi
yang harus dijalankan.
- Al-Wa'du (anji) QS 7:172
Jika seseorang berjanji, selama janji itu belum
direalisasikan maka seharusnya dia merasa berhutang. Karena janji adalah hutang
dan hutang harus dibayar.
- Al-Qosamu (sumpah)
Sumpah lebih berat dari sekedar pernyataan dan janji. Ia
tidak diucapkan setiap saat. Hanya digunakan dalam situasi dan koNdisi yang
diperlukan.
·
Secara istilah:
suatu pemyalaan, janji sek.nitas sumpah untuk beriman kepada Allah dan RasuI-Nya dengan:
- Membenarka11dalam hati (At-Tasdiiqu bil Qolbi)
- Dinyatakan dengan usan (Al-Qoulu bil Usan)
- Dibuktikan dengan perbuatan (AL-"Amalu bil Arkan) lihat hadist 1
·
Bersyahadah
merupakan langkah awal untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Keimanan
seseorang yang bersyahadah harus diikuti dan disempurnakan dengan sikap
istiqomah. Karena tak ada iman tanpa istiqomah dan tiada istiqomah tanpa iman.
Iman tanpa istiqomah adalah lemah dan tidak sempurna. Sedang istiqomah tanpa
iman adalah kebatilan. (QS 41: 30, hadist 2)
Manusia istiqomah memiliki ciri-ciri:
- Syaja’ah (berani) QS 2:147
- Ithmi’nan (Tenang ) QS 13:28
- Tafa'ul (Optimis)
·
Sikap tersebut
merupakan anugerah dari Allah bagi orang-orang istiqomah yang akan membawa
mereka ke kebahagiaan hidup (Assa’adah) baik di dunia maupun di akhirat.
Jenis-jenis Syahadah
1.
Syahadah Rububiyah
Pengakuan identitas terhadap Allah sebagai pencipta,
pcmilik, pemelihara dan penguasa alam semesta QS 7:172
2.
Syahadah Uluhiyah
Pengakuan loyalitas terhadap Allah sebagai satu-satunya
supremasi yang boleh disembah dan ditaati QS 76:30
3.
Syahadah Risalah
Pengakuan terhadap diri Muhammad SAW sebagai hamba dan
utusanNya. Beliau adalah tokoh idola dan pahlawan terbaik bagi manusia QS 33:21
Catatan
1.
Hadist 1: “Iman ialah dikenali oleh hati, diucapkan
dengan lisan dan diamalkan rukun-Rukunnya” (HR Ibnu Hibban)
2.
Hadist 2: (Tentang
istiqomah): “Katakanlah kau beriman
kepada Allah. Kemudian beristiqomahlah (dalam keimanan)” (Al-Hadist)
REFERENSI
·
Paket BP Nurul
Fikri, Syahadahmu syahadahku
·
Muh. Said
Al-Qathtani, Muhammad bin Abd. Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa Ilaaha Ilallah
·
DR. Ibrahim
Muhammad bin Al-Buraikan, Pengantar Studi
Aqidah Islam
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi Asyhadu |
5’ |
Ceramah dan diskusi |
Mentor menguraikan materi makna Asyhadu dan membuka diskusi tentang
materi yang telah disampaikan |
50’ |
Penutup |
Mentor merangkum dan menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan
doa |
5’ |
22. MAKNA SYAHADATAIN
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna dan hakikat dua kalimat syahadah
F
Peserta mengetahui
pengaruh dua kalimat syahadah bagi kehidupan orang mu'min
METODE PENDEKATAN
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
·
Definisi
Syahadatain
Syahadatain berarti dua kalimat syahadah. Dua syahadah
yang dimaksud adalah syahadah syahadah dan syahadah risalah.
Syahadah Uluhiyah.
·
Terdiri dari
kalimat Laa Ilaaha Illallah. (QS
12:40; 47:19; 7:59; hadist 1;
hadist 2)
-
Laa berfungsi sebagai Kalimatun-Nafii (kata yang menolak)
-
Ilaaha berfungsi sebagai Al-Munafii
(yang ditolak) "
-
Illa berfungsi sebagai Kalimatul-Itsbatu (kata yang ditolak)
-
Allah berfungsi sebagai Al-Mutsbitu (yang dikukuhkan)
·
Jadi, Syahadah Uluhiyah (Laa Ilaaha Illallah) merupakan penolakan terhadap seluruh bentuk
Ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya Ilah. (QS
14: 24-26; Lih. Fatwa Ibnu Taimiyah).
·
Jika seseorang
memulai dengan menegakkan Laa Ilaaha
pada dirinya maka akan tumbuh Al-Baro’.
Al-Baro' berarti memusuhi, membenci
dan menghancurkan setiap Bentuk Ilah selain Allah.
·
Ilah adalah sesuatu
yang ditakuti, diharapkan, dicintai, ditaati dan disembah.
·
Dengan membatalkan
semua bentuk Ilah di luar Allah dan mengacuahkannya hanya untuk Allah, akan
tumbuh Al-Wala’. Al-Wala' berarti loyalitas, siap memantau perintah Allah
dengan penuh kecintaan dan ketaatan, mengabdi semata-mata kepada Allah dan
tidak bersedia menjalankan perintah siapa pun, kapan pun, dimana pun juga,
kecuali itu sesuai dengan perintah Allah.
·
Jika seseorang
telah memiliki prinsip bahwa tiada yang berhak untuk diabdi kecuali Allah (Laa ma'buda bihaqqin Illa Allah) barulah
dapat dikatakan seorang mukhlisin (orang yang ikhlas) sejati. Orang-orang yang
ikhlas inilah yang tidak akan pernah berhasil digoda oleh syaithan. (QS 38: 82-83)
Syahadah Risalah.
·
Pengakuan 'persona garata' (orang yang dipercaya)
terhadap Rasulullah sebagai duta Allah bagi alam semesta dan kesiapan untuk
menjadikan beliau sebagai 'examplia gratia'
(contoh/uswah) dalam setiap aspek kehidupan. (QS 21:1O7 ; 33:21 ; 68:4) .
·
Jika seseorang
muslim mengakui Nabi SAW sebagai persona garata dan siap menjadikannya sebagai
exampliu gratia maka barulah dikatakan dia berwala'
(loyal) kepada Rasulullah SAW.
·
Berwala' kepada
nabi berarti harus senantiasa ittiba'
(mengikuti) kepada beliau dalam setiap aspek kehidupan. Karena Ittiba’ur Rasul merupakan bukti
kecintaan dan ketaatan kepada nabi SAW.
Syahadah Uluhiyah dan risalah adalah suatu kesatuan
(unity) yang tak dapat dipisahkan. Seorang muslim tidak dapat menerima hanya
satu saja dari kedua syahadah itu. Jika seseorang hanya menerima syahadah
uluhiyah saja berarti dia menjadi ingkar
sunnah. Bila seseorang hanya menerima syahadah risalah saja berarti dia
menjadi seorang Mohammedian. Keduanya
tidak diperbolehkan dan bukan bagian dari ummat Islam.
Catatan:
1.
Hadist 1: "Siapa yang mati dan dia tahu
(meyakini) Laa Ilaaha Illallaah? niscaya dia akan masuk surga"
2.
Hadist 2: "Siapa yang mengatakan bahwa tiada Ilah
selain Allah niscaya akan masuk surga sesuatu dengau amalnya"
3.
Fatwa Ibnu
Taimiyah: "Tiada kesenangan dan
kenikmatan yang sempurna bagi hati kecuali dalam kecintaan kepaada Allah dan
bertaqarrub kepada-Nya dengan mengerjakan apa-apa yang dicintai-Nya. Kecintaan
takkan terjadi kecuali dengan berpaling dari kecintaan kepada selain-Nya.
Inilah hakikat Laa Ilaaha Illallah. Inilah jalan Ibrahim dan semua nabi serta
rasul."
REFERENSI
·
Paket BP Nurul
Fikri, Syahadahmu Syahadahku
·
Muhammad bin Said
bin Salim Al-Qathany, Loyalitas Muslim
terhadap Islam
·
Said Al-Qathany,
Muhammad bin Abd. Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan
Laa Ilaaha Illallah
ALOKASI W AKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran materi syahadatain |
5’ |
Ceramah dan diskusi |
Mentor menguraikan materi syahadatain dan membuka diskusi tentang materi
yang telah disampaikan |
50’ |
Penutup |
Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan doa |
5’ |
23. CINTA
TUJUAN
F
Menjelaskan makna
dan hakikat cinta
F
Memahami
tanda-tanda cinta
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
·
Cinta berasal dari
kata Al-Mahabbah yang berarti kasih sayang. Menurut Abdullah Nasih Ulwan cinta
adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang mencintai
kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang.
Tanda-tanda
cinta:
·
Kagum/simpati.
·
Berharap
·
Takut
·
Rela
·
Selalu ingat
Semua tanda-tanda cinta tersebut selayaknya diberikan
kepada Allah dalam rangka mencintai-Nya.
·
Kagum terhadap
kebesaran dan kekuasan Allah (QS 59:24)
·
Mengharap kepada
Allah (QS:39:53)
·
Rela dan menerima
ketentuan Allah sepenuhnya
·
Selalu mengingat
Allah (QS 13:28 ; 63:9; 59:19, 2:152)
·
Takut kepada Allah
Cinta kepada Allah harus ditumbuhkan dan dibuktikan dalam
ketaatan kepada-Nya. Sebab cinta akan tumbuh dari ketaatan dan kepatuhan kepada
kehendak dan aturan-Nya. (QS 24:51 3:31)
Prioritas
dalam Cinta (QS 9:24):
·
Prioritas
tertinggi, cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan-Nya (QS
3:31-32; 58: 22; hadist 1 kisah Handzolah RA; kisah Asy-Syaikh Hasan Al-Banna)
·
Prioritas menengah,
cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri suami dan kerabat (QS 31:14;
hadist 2 dan hadist 3)
·
Prioritas terendah,
cinta yang lebih mengutamakan dan menomorsatukan cinta keluarga, kerabat, harta
dan tempat tinggal dibandingkan terhadap Allah, Rasulullah dan berjihad
fisabilillah.
Cdtatan:
Hadist 1: Tidaklah
Sempurna seseorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim)
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR Bukhdri & Muslim)
Hadist 2: Semua
makhluq adalah tanggung jawab Allah. Maka yang paling dicintai Allah adalah
yang paling memperhatikan kehidupan keluarganya. (HR Thabrani &
Baihaqi)
Hadist 3: Tidaklah
sempurna iman selalu seorang dari kalian sehingga ia lebih mencintai aku
daripada hartanya, anaknya dan mauusia seluruhnya (HR Bukhari & Muslim)
REFERENSI
·
Abdullah Nashih
Ulwan, Manajemen Cinta
·
Al-Ummah, Panduan Aktifis Harokah
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan prngantar dan sasaran materi cinta |
10’ |
Ceramah |
Mentor menguraikan makan dan hakikat cinta, tanda-tanda dan prioritas
cinta |
40’ |
Penutup |
Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi sekaligus menutupnya dengan doa |
10’ |
24. PROBLEMATIKA
UMAT
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
potensi-potensi yang dimiliki umat Islam
F
Peserta mengetahui
sebab-sebab kemunduran umat Islam
F
Peserta mengetahui
solusi dari problematika umat Islam
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Potensi yang
dimiliki umat Islam:
·
Syariah/peraturan
(Al-Qur’an). Peraturan yang dimiliki ummat Islam ini sudah lengkap dan
menyeluruh.
QS. 15:9 à tentang kemurnian
Al-Qur’an
QS. 2:2a à Al-Qur’an adalah
petunjuk .
·
Kekayaan alam
Kekayaan terbesar hampir sebagian besar (65 %) berada di
negeri-negeri muslim. Cadangan minyak bumi 65 % berada di negeri muslim.
·
Jumlah umat Islam.
Sebagian besar penduduk dunia adalah muslim.
·
Janji Allah untuk
memenangkan umat Islam
QS. 61:9 à Allah memenangkan
umat lslam
QS. 2:214 à Sesungguhnva
pertolongan Allah amatlah dekat
·
Sejarah Islam yang
penuh dengan kejayaan.
Sebab-sebab
kemunduran umat Islam:
·
Faktor intemal
(dari dalam lubuh umat Islam sendiri) :
1.
Jauh dari Al-Qur’an
dan sunah Rosul.
2.
Mempelajari Islam
hanya karena mengikuti. QS.12:1O8
3.
Terpecah belah karena
adanya perbedaan masa1ah furu.
QS. 8:63 àAllah yang
mempersatukan hati
4.
Rendah diri; tidak
tsiqoh pada Islam
QS. 63:8 àkekuatan itu milik
Allah, Rosul dan orang-orang mu'min
5.
QS. 3:139 àorang akan tinggi
derajatnya jika beriman
6.
Gejala taqlid
dengan semua yang datang dari Barat
7.
Tertinggal dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi.
·
Faktor ekstemal
(dari luar umat Islam) :
Adanya Ghazwul Fikri (perang pemikiran dan harakatul
Irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam
dan umatnya.)
SoIusi unt:uk
meraih kemenangan:
1.
Umat Islam harus
menerapkan syariat Islam da1am seluruh aspek kehidupan.
2.
Mendidik generasi
Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil
(menyeluruh).
3.
Menyiapkan kekuatan
semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh.
4.
Perjuangan dan
pengorbanan.
REFERENSI
·
Panduan Aktivis Harokah (hal79), Pustaka Al-Ummah
·
Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin
di Abad Modern (hal.48), Nabil bin
Abdurrahman
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menguraikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Mentor membuka kesempatan diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor merangkum/menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
25. GHOZWUL FIKRI
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna dan hakikat Ghozwul fikri
F
Peserta memahami
sarana, metode dan hasil-hasil dari Ghozwul Fikri
METODE PENDEKATAN
F
Games
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian Ghozwul
fikri
·
Secara bahasa
Ghozwul Fikri terdiri dari dua kata; ghozwah dan Fikr. Ghozwah berarti serangan, serbuan atau
invasi. Fikr berarti pemikiran.
Serangan atau serbuan di sini berbeda dengan serangan dan serbuan dalam qital
(perang).
Serangan / Serbuan |
|
Qital |
Ghozwah |
Ø
Saling
mengetahui, siapa lawannya |
Ø
Sepihak, yang
lain tidak menyadari kalau diserang |
Ø
Banyak korban
jiwa |
Ø
Relatif tidak ada |
Ø
Membutuhkan dana
yang besar |
Ø
Relatif
membutuhkan dan yang sedikit |
Ø
Hasilnya belum
tentu berhasil |
Ø
Hasilnya nyata
terlihat & berhasil |
Ø
Efeknya terbatas |
Ø
Efeknya dalam dan
luas |
·
Secara Istilah
Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat
Islam guna merubah apa yang ada di dalanmya sehingga tidak lagi bisa
mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal
tak islami.
Sasaran GF
1.
Menjauhkan umat
Islam dari Dien (agama)-nya. QS. 17:73 ; QS. 5:49
2.
Berusaha memasukkan
yang sudah kosong Islamnya ke dalam agama kafir. QS. 2;217, QS. 2;120
3.
Memadamkan cahaya
(agama) Allah. QS. 61;8, QS. 9;32
Metode GF
1.
Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas.
·
Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan)
Gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan
pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya.
·
Tasywih (Pencemaran/pelecehan)
Upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum
muslimin terhadap Islam dengan menggambarkan Islam secara buruk.
·
Tadhlil (penyesatan)
Upaya orana kafir menyesatkan umat mulai dari cara yang
halus sampai cara yang kasar.
·
Taghrib (pembaratan/westernisasi)
Gcrakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam,
mendorong kaum muslimin agar mau menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat.
2.
Menyerang Islam dari dalam
·
Penyebaran faham
sekuralisme
Berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
·
Penyebaran faham
nasionalisme
Nasionalisme mmbunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan
azas kekuatan umat Islam. (Hadits 1) .
·
Pengrusakan akhlak
umat lslam terutama para pemudanya.
Sarana GF
·
Mass Media : cetak
dan elektronika
Hasil GF
1.
Umat Islam
menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah QS 25:30
2.
Minder dan rendah
diri QS 3:139
3.
Ikut-ikutan QS
17:36
4.
Terpecah-belah QS
30:32
Catatan
·
Hadist 1: “Bukan dari golonganku orang yang mengajak
pada ashobiyah dan bukan golonganku orang yang berperang atas dasar ashobiyah
dan bukan dari golonganku orang yang mati karena ashobiyah”
REFERENSI
·
Materi Mentoring
tahun 94/95
·
Daud Rasyid, M.A, AL-Ghazwu Al-Fikri dalam sorotan Islam.
·
Prof. Abdul Rahman
H. Habanakah, Metode merusak akhlaq dari
Barat,
·
Abu Ridha, Pengantar Memahami AL-Ghazwu Al-Fikri
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi ghozwul fikri |
5’ |
Games |
Mentor melakukan simulasi sebagai pengantar materi GF |
10’ |
Ceramah |
Mentor membahas hikmah menguraikan materi GF |
40’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan materi GF sekaligus menutup mentoring dengan doa |
5’ |
Games 1
Membedakan
dua benda yang amat berlainan (Misalnya kapur dan tissue)
·
Langkah 1
Para mad'u harus menyebutkan dengan cepat setiap benda
yang diangkat oleh Mentor (dilakukan beberapa kali).
·
Langkah 2
Sekarang benda ditukar namanya. Jika kapur diangkat,
peserta harus menyebutnya sebagai tissue, begitu pula sebaliknya. Pada awalnya
peserta akan mengalami kesulitan karena belum terbiasa. Tapi lama kelamaan akan
terbiasa.
·
Hikmah
Itulah Gozwul fikri. Pada awalnya nilai-nilai
keislaman itu sudah jelas dan pasti. Tetapi musuh Islam berusaha menghilangkan
nilai keislaman dari umat Islam secara perlahan-lahan. Maka
disodorkanlah pada muslimin nilai yang tidak Islami. Mulanya umat Islam tidak
menerimanya (tidak terasa) tapi lama kelamaan karena usaha mereka yang
terus-menerus ditambah umat Islam yang malas mengkaji Al-Qur’an dan Sunnah,
maka umat Islam akan larut dan tenggelam dengan nilai-nilai non Islam tersebut,
bahkan nilai-nilai yang menyimpang dengan Islam sudah danggap biasa. Dan
sebaiknya ketika disodorkan nilai-nilai Islam mereka tidak mau menerima Islam
dan menjauh, seperti yang terjadi sekarang ini.
Games 2
Al-Qur’an ditengah karpet.
·
Langkah 1
Al-Qur’an diletakkan di tengah-tengah karpet yang lebar.
Peserta diperintahkan untuk mengambil Al-Qur’an tadi tanpa menyentuh karpet
(Sulit/tidak bisa).
·
Langkah 2
Peserta diberitahu cara untuk mencapai Al-Qur'an tanpa
harus menginjak karpet, yaitu dengan cara menggulung karpet sampai tengah dan
dapat mengambil Al-Qur'an.
Hikmah
Usaha musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam tidak
lagi dengan 'menginjak-injak' kaum muslimin melainkan dengan mengambil jiwa
Al-Qur’an dalam jiwa mereka dengan cara perlahan-lahan dan membuai serta tahap
demi tahap tanpa disadari oleh umat Islam.
26. PENTINGNYA
PENDIDIKAN ISLAM
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna dan hakikat pendidikan Islam
F
Peserta memahami
sebab-sebab pentingnya pendidikan Is1am
F
Peserta termotivasi
untuk mengikuti pendidikan Islam
METODE PENDEKATAN .
F
Ceramah
F
Diskusi Kelompok
RINCIAN BAHASAN
Makna dan Hakikat Pendidikan Islam
·
Dalam bahasa Arab
pendidikan Islam disebut At-Tarbiyah Al-Islamiyah
·
Secara bahasa,
tarbiyah memiliki beberapa arti:
-
Roba - Yarbu =
tumbuh berkembang
-
Robiya - Yarba =
tumbuh secara Alami
-
Robba - Yarubbu =
memperbaiki, meningkatkan
Berarti proses pendidikan Islam seharusnya
menumbuhkembangkan secara alami, juga sebagai proses perbaikan peningkatan diri
bagi orang yang terubat di dalamnya. Pendidikan Islam bukan hal yang
mengada-ada, dia memang ada.
·
Secara istilah
makna tarbiyah adalah:
1.
Menyampaikan
sesuatu sampai pada tingkat sempurna sedikit demi sedikit (Al-Baydowi)
2.
Menumbuhkan sesuatu
sedikit demi sedikit sampai dengan tahap sempurna (Al-Asmahadi)
Mengapa Pendidikan Islam diperlukan?
·
Melihat kondisi
nyata umat Islam
-
Umat Islam tidak
memahami Islam itu sendiri
-
Akibatnya: umat
terjebak dalam kondisi kebodohan, kelemahan dan kehinaan
-
Umat Islam berada
dalam kerusakan
-
Penyebabnya:
1.
Kecintaan kepada
dunia yang berlebihan dan takut mati
2.
Saling
berpecah-belah
3.
Mengkotak-kotakkan
ajaran Islam
4.
Meninggalkan jihad
·
Hakikat jiwa
manusia
-
Memiliki
kecenderungan untuk berbuat fujur (dosa)
-
Terbuka untuk
menerima hidayah (petunjuk)
Solusi : melihat kondisi umat saaat ini serta
memperhatikann hakikat jiwa manusia maka dibutuhkan sebuah pendidikan Islam
bagi umat Islam.
Pendidikan Islam (Tarbiyah
Islamiya) harus bersifat :
·
Kontinu (Mustamiroh)
·
Membentuk syahsiyah
Islamiyah bukan sekedar transfer ilmu (Takwiniyah)
·
Bertahap
/terprogram (mutadarrijah)
·
Menyeluruh tidak
parsial (Kaafah)
REFERENSI
·
Abu Ridho; Tarbiyah Islamiyah
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan mengutarakan tujuan dan materi yang akan
disampaikan materi |
5’ |
Diskusi pendahuluan |
Mentor mngutarakan kondisi umat Islam pada saat ini dan mengajukan
pertanyaan kepada saat ini dan mengajukan pertanyaan kepada peserta kira-kira
apa yang menjadi penyebabnya |
10’ |
Ceramah |
Mentor menguraikan isi materi |
30’ |
Diskusi |
Mentor membuka kesempatan diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa |
5’ |
27. TARBIYAH
RUHIYAH
TUJUAN
F
Peserta memahami
hakikat taqwa dan balasan bagi orang-orang yang bertaqwa
F
Peserta mengetahui
jalan mencapai sifat taqwa
METODE PENDEKATAN
F
Ccramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Hakikat Taqwa
Ungkapan
para sahabat dan ulama:
·
Taqwa: merupakan
konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh yang dipupuk dengan muraqabatullah,
merasa takut terhadap murka dan azab-Nya dan selalu berharap atas limpahan
karunia dan maghfirohNya.
·
Taqwa: Hendaklah
Allah tidak melihat kamu berada dalam larangan larangnn-Nya dan tidak
kehilangan kamu di dalam perintah-pcrintahNya.
·
Taqwa: Mencegah
diri dari azab Allah dengan berbuat amal sholeh dan takut kepada-Nya di kala
sepi ataupun terang-terangan.
·
Taqwa: Hendaklah
kamu berbuat dengan taat kepada Allah, berada di atas cahaya dari Allah,
mengharap pahala Allah, meninggalkan kedurhakaan kepada Allah berdasarkan
cahaya-Nya dan lakut kepada siksa-Nya
(Ibnu Mas'ud)
Balasan bagi orang-orang
bertaqwa
·
Diberikan furqon
dan diampuni dosanya (QS 8:29)
·
Diberikan rahmat
dancahaya hidayah dari Allah (QS 57:28)
·
Diberikan jalan
keluar dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (QS 65:2-3)
·
Dimudahkan oleh
Allah segala urusan (QS 65:4)
·
Ditutupi
kesalahan-kesalahan dan akan dilipatgandakan pahala baginya oleh Allah (QS
65:5)
·
Mendapatkan berkah
dari Allah (QS 7:96)
Jalan Menuju Taqwa
1.
Mu’ahadah
(mengingat perjanjian) QS 16:91
Caranya: Hendaklah seorang mu’min berkhalwat (menyendiri) untuk menginstropeksi diri. Hanya antara
dia dengan Allah. Ingatlah bahwa setiap hari kita berjanji denga Allah minimal
17X dalam sholat. “Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin”.
2.
Muraqabatullah (merasakan kesertaan Allah) QS 26:218-219
Makna: merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan
keadaan serta merasakan kcbersamaan-Nya di kala sepi ataupun ramai.
Cara: sebelum memulai sesuatu pekerjaan dan di saat
mengerjakannya, hendaklah seorang mu’min memeriksa dirinya. Apakah setiap gerak
dalam melaksanakan amal dan ketaatannya dimaksudkan untuk kepentingan pribadi
dan mencari populariitas atau karena dorongan ridho Allah dan menghendaki
pahala-Nya?
Macam-macam Muraqabatullah:
·
Muraqabatullah dalam
melaksanakan ketaatan: ikhlas
·
Muraqabatullah
dalam kemaksiatan: taubat, penyesalan dan meninggalkannya
·
Muraqabatullah dalam hal yang mubah: menjaga adab-adab
terhadap Allah dan bersyukur atas nikmat-Nya
·
Muraqabatullah
dalam musibah: ridho kepada ketentuan Allah serta memohon pertolongan-Nya
dengan penuh kesabaran
3.
Muhasabah (Instrospeksi diri) QS 59:18
Cara: Hendaklah seorang mu'min menghisab dirinya ketika
selesai melakukan amal perbuatan: Apakah tujuan amalnya untuk meudapatkan ridho
Allah? Atau apakah amalnya dirembesi sifat riya' ? Apakah ia sudah memenuhi
hak-hak Allah dan hak-hak-manusia ?
4.
Mu’aqobah (Pemberian Sanksi) QS 2:179
Tujuan: Jika seorang mu'min berbuat kesalahan maka tak
pantas bentuk membiarkannya, sebab akan mempermudah terlanggarnya kesalahan
yang lain dan akan sulit meninggalkannya. Karena jika seseorang melakukan
maksiat biasanya akan diikuti dengan maksiat yang lain (Lih. Perkataan Ibnu
Qoyyim Al-Jauziyah)
Syarat: sanksi ini harus dengan sesuatu yang mubah, tidak
boleh dengan yang haram atau mencelakakan (QS 2:195; 4:29)
5.
Mujahadah ( optimalisasi) QS 29:69
Caranya: Apabila seorang mu’min terseret dalam kemalasan,
santai, cinta dunia, dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta
ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya; maka ia harus memaksa dirinya
melakukan amalan-amalan sunnah lebih banyak dari sebelumnya
Hal-hal yang harus diperhatikan:
·
Hendaklah amal-amal
yang sunnah tidak membuatnya lupa akan kewajiban yang lainnya
·
Tidak memaksakan
diri dengan amal-amal sunnah yang di luar kemampuannya
Catatan:
Perkataan Ibnul Qoyyim A: Pada dasamya manusia ynng sudah
terperangkap dalam kemaksiatan akan merasa sulit untuk keluar dan melepaskan
diri darinya sebagaiman diucapkan oleh ulama salaf :
“Diantara dampak negatif maksiat adalah menimbulkan
maksiat yang lain. Sedangkan pengaruh kebaikan adalah mendatangkan kebaikan
berikutnya. Maka jika seorang hamba melakukan suatu kebaikan, kebaikan yang
lainnya akan meminta untuk dilakukan, begitu seterusnya hingga hamba tersebnt
memperoleh keuntungan ynng berlipat ganda dan kebaikan yang tiada sedikit.
Begitu pula hamya dengan kemaksiatan. Dengan demikian, ketaatan dan kemaksiatan
merupakan sifat yang kokoh dan kuat serta menjadi kebiasaan yang teguh pada
diri si pelaku”.
REFERENSI
·
Dr. Abdullah Nasih
Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah: Petunjuk praktis
Mencapai Derajat Taqwa
·
AL-Hafidz Ibnul
Qoyyim Al-Jauziyah, Akibat Berbuat
Maksiat.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor menyampaikan pengantar dan sasaran
materi Tarbiyah Ruhiyah |
5’ |
Diskusi dan Diskusi |
Mentor menguraikan materi tarbiyah Ruhiyah dan membuka diskusi tentang
materi yang telah disampaikan |
50’ |
Penutup |
Mentor merangkum dan menyimpulkan isi materi dan menutupnya dengan doa |
5’ |
28. BIRRUL
WALIDAIN
TUJUAN
·
Peserta memahami
pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai bagian dari ibadah
·
Peserta mengetahui
contoh-contoh praktis berbakti kepada orang tua dalam kehidupan sehari-hari.
METODE PENDEKATAN
·
ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan
·
Perhitungan Allah terhadap
hak orang tua ( QS. 4:36; 17:23)
·
Birrul Walidain
adalah kewajiban anak
Bentuk-bentuk Birrul Walidain
·
Mentaati selama
bukan maksiat (QS. 31:15). Hadits Rusulullah: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka maksiat kepada Allah”.
Contoh: Kisah Sa’ad bin Abi Waqosh.
·
Bersikap rendah
hati dan berbicara lemah lembut (17:23-24)
·
Membantu dengan
harta
·
Perbuatan-perbuatan
yang dapat dilakukan jika orang tua sudah wafat
Kesimpulan :
·
Birrul Walidain
merupakan kewajiban dan ibadah (lihat QS. 31:14 ; 46:15)
REFERENSI
·
Asyur, Ahmad Isa. Berbakti kepada Ibu Bapak, GIP
·
Materi Mentoring
th. 94/95.
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa |
5’ |
29. ILMU ALLAH
TUJUAN
F
Peserta memahami
sifat dan kualitas Ilmu Allah.
F
Peserta mengetahui
jalan-jalan turunnya ilmu Allah
F
Peserta mengetahui
bukti-bukti ilmu Allah
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan
·
Sebagai konsekuensi
logis dari Maha Penciptanya Allah yang meliputi ekosistem zahir/fisik, meliputi
alam semesta, manusia, flora dan fauna dan ekosistem batin/metafisik, meliputi
alam ruh, jin dsb, ialah Allah pulalah yang berhak disebut Al-Aliim (Maha Mengetahui) (QS. 59:22). Aksioma yang berlaku: Yang
mencipta lebih tahu terhadap yang diciptakan..
·
Ilmu Allah mencakup
semua yang ada dan yang mungkin ada
Sifat Ilmu ALIah
1.
Bersifat Pasti.
Allah menciptakan segala sesuatu dan menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi
rapinya (QS. 25:2, 15:21)
2.
Bersifat Obyektif
(QS. 41:53)
3.
Perintah Allah
berlaku pada ciptaanNya (yang merupakan hasil IlmuNya)
Kualitas Ilmu Allah
Ilmu Allah tak dapat dibandingkan dengan ilmu siapapun
dan Allah Maha mengetahui yang ghaib dan yang tersembunyi (QS. 18:109, 31:27,
31:16, 40:19).
Hakikat Ilmu Allah
Allah menggunakan 2 jalur dalam mengajarkan ilmunya pada
manusia:
1.
Jalur formasi resmi
·
Dalam Bentuk wahyu
Sistem penyampaiannya berstruktur, melalui malaikat,
rasul, sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in hingga ulama akhir zaman. Tidak
langsung disampaikan ke seluruh manusia.
2.
Jalur informal
·
Dalam Bentuk ilham/
inspirasi
Sistem penyampaiannya mandiri, diperuntukkan bagi siapa
saja, baik beriman maupun kafir yang mau mengadakan mubasyarah (pengamatan)
terhadap alam semesta. Barang siara yang berusaha, maka dia akan mendapatkan.
[29:69]
Bukti Ilmu Allah
1.
Ayatul Kauniyah, yaitu ayat-ayat Allah yang terhampar di alam, merupakan bukti yang
meandukung kebenaran ayatul Qauliyah [3:109]. Ayat-ayat Kauniyah ini merupakan sarana bagi kehidupan manusia. Manusia harus
melakukan eksperimen/percobaan dalam mengembangkan dan memanfaatkan untuk
kemaslahatan hidupnya. Kebenaran yang diperoleh dari eksperimen tersebut,
sifatnya relatif dan empiris
2.
Ayatul Qauliyah,
yaitu ayat-ayat Allah yang terkandung di dalam Al-Qur’an, merupakan petunjuk
untuk menemukan fakta empiris Ayatul Kauliyah. Ayat Qauliyah ini harus dijadikan pedoman hidup bagi manusia sebab
kebenarannya adalah mutlak [2:185]
·
Mempelajari
ayat-ayat Allah tidak hanya ayatul qouliyah, tetapi diikuti dengan mempelajari
ayatul Kauniyah.
·
Dengan mempelajari
ayatul Qauliyah, pengenalan terhadap
Allah menjadi tepat dan akurat. Dengan mempelajari ayatul Kauniyah, pengenalan terhadap Allah menjadi meluas dan mendalam.
·
Hubungan ayat Qauliyah dan ayat Kauniyah: Ayat Qauliyah
memberikan isyarat bagi manusia agar ayat Kauniyah
(ayat) dimanfaatkan. Ayat Kauniyah
memberikan bukti atas kebenaran informasi dari ayat Qauliyah.
·
Melepaskan hubungan
antara keduanya dapat me1emhkan manusia.
·
Mempelajari ayattul
Kauniyah dengan melepaskan ayatul Qauliyah akan mengakibatkan kehancuran
manusia di akhirat. Sebaiknya mempelajari ayatul Qauliyah dengan melepaskan ayatul Kauniyah akan mengakibatkan kehancuran di dunia.
REFERENSI
Paket BP Nurul Fikri, Ilmu
Allah
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa |
5’ |
30. SIMBOL SUKSES
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
makna simbol dan sukses
F
Peserta mengetahui
hakikat sukses dalam Islam
F
Peserta mengetahui
langkah-langkah menuju sukses hidup dalam Islam
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian simboI sukses
·
Simbol berarti
abstraksi alau representatif dari suatu hal yang konkrit.
·
Sukses dapat
berarti berhasil mencapai sesuatu yang dikehendaki atau diinginkan. Sukses
bersifat relatif tergulung dari pengetahuan seseorang tentang hakekat sukses
yang sebenarnya.
Langkah hidup
Langkah-langkah untuk mencapai sukses dalam kehidupan
disebut langkah hidup.
1.
Pikiran adalah
langkah hidup
Pikiran manusia bukan saja sebagai tool (alat), tapi juga
merupakan suatu control (kendali). Karena pikiran kita juga merupakan suatu
control berarti dia ikut menentukan apa-apa yang akan kita lakukan. Itulah
sebabnya kita harus berhati-hati dalam memberikan input (masukan) ke dalam
pikiran kita. Kita harus selalu memeriksa isi pikiran kita dan mengisinya
dengan pemikiran yang bersih.
2.
Ucapan adalah
langkah hidup
Yang membedakan ucapan adalah nilai dan isi yang
terkandung di dalammya. Ucapan yang mempunyai nilai dan isi yang baiklah yang
yang akan menyelamatkan kita. Dan yang sebaiknya akan membinasakan kita.
(hadits 1; hadist 2)
3.
Tindakan adalah
langkah hidup
Seseorang membutuhkan tindakan untuk mencapai sukses.
Jika tindakan (amal) yang dilakukan itu kebajikan, maka berlakulah “barang
siapa menanam dia akan memetik hasilnya. Sebaliknya, jika tindakannya berupa
kemaksiatan, maka berlakulah “barang siapa menggali lubang maka ia akan
terperosok ke dalamnya”. Kedua prinsip tersebut berlaku di dunia atau akhirat,
atau kedua-duanya. Bukakah manusia hanya berusahu sedangkan Allahlah yang
menentukan? [13:11]
Simbol sukses dan simbol gagal
Pikiran
Pikiran,
ucapan dan tindakan adalah faktor intemal manusia. Ketiganya merupakan langkah
hidup. Setiap langkah hidup yang semakin mendekatkan seseorang ke tujuan yang
dikehendaki disebut sebagai simbol sukses. Sedangkan sebaiknya adalah simbol
gagal. Faktor eksternal yang juga ikut menentukan langkah nidup diantaranya adalah
lngkungan.(Hadits 3)
Peranan niat dalam mencapai
sukses
Kita harus
yakin bahwa sukses yang kita kejar di dunia ini semata-mata karena mengharapkan
ridho-Nya. Bukan karena mengharap ridho manusia.
Sukses diatas sukses. QS
3;185, QS. 98;8
Tiga tipe manusia :
·
Tipe manusia yang
memiliki simbol gagal. Gagal di dunia dan di akhirat.
·
Tipe manusia yang
memiliki simbol sukses, tapi tidak memiliki niat ikhlas. Sukses di dunia dan
gagal di aknirat
·
Tipe manusia yang
memiliki simbol sukses dan didasari oleh niat yang ikhlas. Sukses di dunia dan
di akhirat
REFERENSI
Paket BP NF, Simbol Sukses
Catatan :
1.
Hadist 1: “Burang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari kiamat, berkatalah yang baik atau diam.” (HR Bukhari Muslim)
2.
Hadist 2: “Burung siapa yang menjamin untukku dengan
apa yang ada diintara dua tulang rahangnya dan diantara dua kakinya, maka aku
janji surga baginya” (HR
Bukhori)
3.
Hadist 3 : “Sesungguhnya perumpamaan bergaul dengan
teman yang baik dan orang yang jahat adalah seperti bergaul dengan penjual minyak
wangi dan pandai besi. Teman penjual minyak wangi itu boleh jadi akan memberi
minyak wangi kepadamu atau kamu dapat membelinya atau paling tidak kamu akan
mendapat bau harum daripadanya. Sedangkan teman pandai besi boleh jadi akan
menbuat pakaianmu berlubang (terbakar) atau paling tidak kamu ikut hangus
dengannya.” (HR
Bukhori-Muslim)
ALOKASI WAKTU
Langkah |
Uraian |
Waktu |
Pembukaan |
Mentor membuka pertemuan dan menyampaikan tujuan materi |
5’ |
Ceramah |
Mentor menyampaikan isi materi |
40’ |
Diskusi |
Saat untuk diskusi dan tanya jawab |
10’ |
Penutup |
Mentor menyimpulkan isi materi dan menutup pertemuan dengan doa |
5’ |
TADABBUR AYAT
QS.
AL-HUJURAAT AYAT 10-13
TUJUAN
F
Peserta
memahami hak-hak muslim terhadap
saudaranya yang muslim
F
Peserta mengetahui
hal-hal yang dapat merusak persaudaraan
F
Peserta memahami
makna su'uzhon, ghibah dan namimah dan termotivasi untuk menjauhinya
F
Peserta memahami
pentingnya persaudaraan dalam masyarakat Islam dan termotivasi merealisasikannya
dalam aktivitas sehari-hari.
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
10. “Sesungguhnya
arang-arang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah anfara kedua
saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat nikmat.”
11. “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena)
boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (uang
mengolok-olokkan) dan jangan pula, wanita-wanita (mengolok-olokkan)
wanita-wanita lain (karena) boleh jadi waanita-wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan
barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-arang yang zalim”.
12. “Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan jangalah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagain yang lain. Sukakah salah
seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang”.
13. “Hai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari scorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang
paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
(QS.
Al-Hujurat ayat 10-13)
A
|
llah WT
menegaskan dalam ayat 10 bahwa sesungguhnya orang-orang mumin bersaudara
seperti hubungan persaudaraan antara orang-orang seketurunan karena sama-sama
menganut unsur keimanan yang sama dan kekal.
Setiap
muslim memiliki hak atas saudaranya yang sesama muslim. Dalam hadits Riwayat
Bukhari dari Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda: "Orang muslim itu adalah saudara orang muslim, jangan berbuat
aniaya kepadanya, jangan membuka aibnya, jangan menyerahkannya kepada musuh,
dan jangan meninggikan bangunan rumah sehingga menutup udara tetangganya
kecuali dengan izinnya, jangan mengganggu tetangganya dengan asap masakan dari
periuknya kecuali jika ia memberi segayung dari kuahnya. Jangan membeIi
buah-buahan untuk anak-anak, lalu dibawa keluar (diperlihatkan) kepada
anak-anak tetangganya, kecuali jika mereka diberi buah-buahan itu”.
Kemudian Nabi SAW. bersabda: “Peliharalah
(norma-norma pergaulan) tetapi (sayang) hanya sedikit di antara kamu yang
memeliharanya” Dalam hadits shahih yang lain dinyatakan: "Apabila seorang muslim mendoakan
saudaranya yang ghaib, maka malaikat
berkata Amin, dan semoga kamu pun mendapat seperti itu"
Dalam ayat 11 dan 12 Allah SWT menjelaskan bagaimana
sebaiknya pergaulan di antara orang-orang beriman. Di dalamnya terdapat hal-hal
yang diperingatkan Allah agar kaum beriman menjauhinya karena dapat merusak
persaudaraan di antara mereka.
Diriwayatkan bahwa ayat 11 ini diturunkan berkenaan
dengan tingkah laku kabilah Bani Tamim yang pemah berkunjung kepada Rasulullah
saw. lalu mereka memperolok-olokkan beberapa sahabat yang fakir miskin, seperti
Ammar, Suhaib, Bilal, Khabbab, Salman A1Farisi, dll. Karena pakaian mereka
sangat sederhana.
Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, sabda Rasulullah
saw “Sesungguuhya Allah tidak memandang
kepada rupa dan harta kekayaanmu, akan tetapi ia mengndang kepada hati dan
perbuatanmu.”
Pada ayat ini pula Allah menyebutkan wanita secara khusus
sebagai peringatan terhadap kebiasaan tercela kaum wanita dalam bergaul.
Terdapat riwatat yang melatar belakangi turunnya ayat ini ialah berkenaan
dengan kisah Siti Shafiyah binti Huyay bin Akhtab yang pernah datang menghadap
RasuluIlah saw. dan melaporkan bahwa beberapa wanita di Madinah pemah menegur
dia dengan kata-kata yang menyakitkan hati seperti: “Hal perempuan Yahudi,
Keturunan Yahudi dan sebagainya”, sehingga Nabi SAW. bersabda kepadanya:
”Mengapa tidak engkau jawab saja, ayahku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa, dan
suamiku adalah Muhammad”.
Dalam ayat ke-10 QS. Al-Hujurat ini Allah SWT
memperingatkan kaum mukmin supaya jangan saling mengolokkan karena boleh jadi
kaum yang diperolok-olokkan pada sisi Allah jauh lebih mulia dan terhormat dari
mereka yang mengolok-olokkan dan kaum wanita pun jangan saling mengolokkan
karena boleh jadi wanita yang diperolok-olokkan di sisi Allah lebih baik dari
wanita yang mengolok-olokkan. Kemudian Allah SWT melarang kaum mukmin mencela
diri mereka sendiri karena mereka bagaikan satu tubuh yang diikat dengan
persatuan
Dan dilarang pula pangailan-panggilan dengan gelar-gelar
yang buruk seperti panggilan kepada seseorang sudah beriman dengan kata-kata:
hai fasik, hai kafir, dsb. Panggilan yang buruk dilarang diucapkan karena
gelar-gelar buruk itu dapat mengingatkan kepada kedurhakaan dan membangkitkan
kefasikan setelah beriman. Barang siapa tidak bertaubat dari memanggil-manggi
dengan gelar yang buruk itu, maka
akandicap oleh Allah sebagai orang-orang yang zalim dan akan menerima
konsekuensi dari Allah berupa azab pada Hari Kiamat.
Dalam ayat 12 Allah SWT memberi peringatan kepada
orang-orang yang beruman, supaya memerka menjauhkan diri dari su'uzon/prasangka
buruk terhadap orang-orang yang beriman, Dan jika mereka mendengar dari sebuah kalimat yang keluar dari saudaranya
yang mukmin, maka kalimat itu hurus diberi tanggapan dan ditujukan kepada
pengertian yang baik, jangan sampai timbul salah paham apalagi menyelewengkannya
sehingga menimbulkan fitnah dan prasangka. Kemudian Allah SWT menerangkan
penyebab wajibnya orang-orong mukmin menjauhkan diri dari prasangka, yaitu
karena sebagian prasangka itu mengandung dosa.
Allah melarang pula ghibah, namimah dan mencari-cari aib
orang lain. Mengenai definisi ghibah, Rasulullah saw. bersabda: “Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu
tentang sesuatu yang ia benci.” Si penanya kembali bertanya, "Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila apa yang diceritakannya itu benar ada
padanya?" Rasulullah menjawab: "Kalau
memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak (benar) engkau berbuat
buhtan (dusta).” (HR. Muslim, Tirmizi, Abu Dawud dan Ahmad). Sedangkan
namimah dapat dibagi menjadi hamz (mencaci maki) dan lamz (mencela). [Al-Humazah:1]
Rasulullah mengecam orang yang suka berghibah dan
mencari-cari kesalahan orang. Diriwayatkan oleh Abi Barzah Al-Aslami, sabda
Rasulullah SAW. “Wahai orang-orang yaug beriman dengan lidahnya, tctapi iman
itu belum masuk ke dalam hatinya, jangan sekali-kali kamu berghibah (menggunjing)
terhadap kaum muslimin, dan jangan sekali-kali mencari noda atau auratnya.
Karena barangsiapa mencari-cari noda mereka, maka Allah akan membalas pula
dengan membuka noda-nodanya. Dan barangsiapa yang diketahui kesalahannya oleh
Allah, niscaya dia akan menodai kehormatannya dalam lngkungan keluarganya
sendiri”
Adapun beberapa pengecualian dibolehkannya ghibah adalah
sebagai berikut :
1.
Orang yang mazlum
(dianiaya) menceritakan keburukan orang yang menzaliminya dalam rangka menuntut
haknya.
2.
Jika bertujuan memberi
nasehat pada kaum muslimin tentang agama dan dunia mereka.
3.
Dilakukan dengan
niat baik dan mengharapkan ridho Allah semata.
Pada ayat 13, Allah menjelaskan bahwa manusia
diciptakanNya berbagai-bagai bangsa dan suku supaya saling mengenal dan saling menolong
dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak ada kemuliaan seseorang di sisi Allah
kecuali dengan ketakwaannya.
Dalam suatu hadits riwayat Abu Hatim yang bersumber dari
Ibnu Mulaikah berkenaan turunnya ayat ini ialah bahwa ketika fathu Makkah Bilal
naik ke atas Ka'bah untuk azan. Berkata beberapa orang: "Apakah pantas budak hilah azan di atas Ka'bah? Maka berkatalah
yang lain: "Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan
menggantinya." Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan kepada
Rasulullah SAW apa yang mereka ucapkan. Maka turunlah ayat ini yang melarang
manusia menyombongkan diri karena kedudukan, pangkat, kekayaan dan keturunan
dan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah dinilai dari derajat kelakwaannya
Ayat ini juga menyatakan bahwa persauduraan Islam berlaku
untuk seluruh umat manusia tanpa dibatasi oleh bangsa, warna kulit, kekayaan
dan wilayah melainkan didasari oleh ikatan akidah.
Persaudaraan merupakan pilar masyarakat Islam dan salah
satu basis kekuatannya. “Seorang mukmin
terhadap mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling mengikat dan menguatkan
serta bagaikan jalinan antara jari jemari” (HR Muttafaq’alaih dari Abu Musa
ra.)
Rasulullah menganggap persaudaraan antar umat Islam
adalah basis yang sangat penting sehingga hal pertama yang dilakukan beliau
ialah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar secara formal satu dengan yang
lainnya ketika hijrah ke Madinah.
REFERENSI
·
Al-Qur'an dan Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia
·
Ibnu Taimiyah, Imam
Suyuthi, Imam Syaukani, Ghibah,
Pustaka AlKautsar
·
KH Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an, CV Diponegoro
·
Ahmad Yani Wahid, Refleksi Ukhuwah, Telaah Persaudaraan Muslim, CV Tursina
TADABBUR
AYAT
SURAT ALI IMRON AYAT 190-191
TUJUAN
F
Peserta memahami
hikmah dan pelajaran dari QS. 3:190-191
F
Peserta mengetahui
ciri-dri orang - yang berakal (Ulil Albab )
F
Peserta termotivasi
untuk selalu mengingat Allah dan memikirkan ciptaanNya agar tumbuh ketundukan
kepada Allah
METODE PENDEKATAN
;
F
Ceramah dan tan- va
jawab
RINCIAN BAHASAN
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” “(yaitu) Orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Robb kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”
S |
atu cara
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca dan
merenungkan ayat-ayatNya yang terbentang di alam semesta. Dalam ayat ini Allah
SWT menyuruh manusia untuk merenungkan alam, langit dan bumi. Langit yang
melindungi dan bumi yang terhampar tempat manusia hidup. Juga memperhatikan
pergantian antara siang dan malam. Semuanya itu dengan ayat-ayatl, tanda-tanda
kebesaran Allah SWT.
Langit
adalah yang di atas dan menaungi kita. Hanya Allah yang tahu berapa lapisnva,
yang dikatakan kepada kita hanya tujuh. Menabjubkan pada siang hari dengan
berbagai warna awan-gemawan, mengharukan malam harinya dengan berbagai bintang
gemintang.
Bumi
adalah tempat kita berdiam, penuh dengan aneka keganjilan. Makin diselidiki
makin mengandung rahasia ilmu yang belum terurai. Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khalik
tersusun dengan sangat tertib. Bukan hanya Sesaat diadikan, tetapi setiap saat
nampak hidup. Semua bergerak menurut aturan. Silih bergantinya malam dengan
siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang bernyawa.
Kadang-kadang malam terasa pendek, siang terasa panjang dan sebaiknya. Musim
pun silih berganti. Musim dingin, panas, gugur dan semi. Demikian juga hujan
dan panas. Semua ini menjadi tanda-landa kebesaran dan keagungan Allah bagi
orang-orang berpikir. Bahwa tidaklah semuanya terjadi dengan sendirinya. Pasti
ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
Orang
yang malihat dan memikirkan hal itu, akan meninjau menurut bakat pikirannya
masing-masing. Apakah dia seorang ahli ilmu Alam, ahli ilmu bintang, ahli ilmu
tanaman, ahli ilmu pertambangan, seorang filosofis, ataupun penyair dan
seniman. Semuanya akan terpesona oleh susunan tabir alam yang luar biasa.
Terasa kecil diri di hadapan kebesaran a1am, terasa kecil alam di hadapan
kebesaran penciptanya. Akhirnya tak ada arti diri, tak ada arti alam, yang ada
hanyalah DIA, Yang Maha Pencipta. Di akhir ayat 190 manusia
yang mampu melihat alam sebagai tanda-tanda kebesaran & keagunganNya, Allah
sebut sebagai Ulil Albab (orang-orang yang berfikir).
Dalam
ayat 191, diterangkan karakteristik Ulil Albab, yaitu selalu melakukan
aktifitas dzikir dan fikir sebagai metode memahami a1am, baik yang ghoib maupun
yang nyata.
Dzikir,
secara bahasa, berasal dari kata dzakara, tadzakkara,. yang berarti menyebut,
menjaga, mengingat-ingat. Secara istilah dzikir berarti tidak pemah melepaskan
Allah dari ingatannya ketika beraktifitas. Baik di kala duduk, berdiri maupun
berbaring, ketiga hal itu mewakiu aktifitas manusia dalam hidupnya. Jadi,
dzikir merupakan aktivitas yang harus selalu dilakukan dalam kehidupan. Dzikir
dapat dilakukan dengan hati, lisan, maupun perbuatan. Dzikir dengan hati
artinya kalbu manusia harus selalu tertambat kepada Allah, disebabkan adanya
cinta, takut dan harap kepadanya yang berhimpun di hati (Qolbudz Dzakir). Dari
sini tumbuh keimanan yang kokoh, kuat dan mengakar di hati. Dzikir dengan lisan
berarti menyebut nama Allah dengan lisan. Misamya, saat mendapatkan nikmat
mengucapkan Hamdalah. Ketika memulai suatu pekerjaan mengucapkan Basmalah.
Ketika takjub mengucapkan Tasbih. Dzikir dengan perbuatan berarti memfungsikan
seluruh anggota badan dalam kegiatan .yang sesuai dengan aturan Allah.
Fikir, secara bahasa adalah fakara, fakkara, tafakkara
yang artinya memikirkan, mengingatkan, teringat. Dalam hal ini berfikir berarti
memikirkan proses kejadian alam semesta dan berbagai fenomena. yang ada di
dalamnya sehingga mendapatkan manfaat daripadanya dan teringat atau
mengingatkan kita kepada sang Pencipta alam, Allah SWT.
Dengan dzikir manusia akan memahami secara jelas petunjuk
ilahiyah yang tersirat maupun yang tersurat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai minhajul hayah (pedoman hidup). Dengan fikir manusia mampu menggali
berbagai potensi yang terhampar dan terkandung pada alam semesta. Aktifitas
dzikir dan fikir tersebut harus dilakukan seimbang dan sinergis (saling
berkaitan dan mengisi). Sebab jika hanya melakukan aktifitas fikir hidup
manusia akan tenggelam kepada kesesatan. Jika hanya melakukan aktifitas dzikir
manusia akan terjerumus dalam hidup yang jumud (tidak berkembang, hidup yang
statis). Sedangkan jika melakukan aktifitas dzikir dan fikir tetapi
masing-masing terpisah, dikhawatirkan manusia akan menjadi sekuler.
Dzikir |
|
Fikir |
Keterangan |
3 |
|
- |
Jumud |
- |
|
3 |
Sesat |
3 |
Terpisah |
3 |
Sekuler |
3 |
+ |
3 |
Ulil Albab |
Bagi Ulil Albab, kedua aktifitas itu akan berakhir pada
beberapa kesimpulan:
·
Allah dengan segala
kebesaran dan keagunganNya adalah pentcipta alam semesta termasuk manusia.
·
Tiada yang sia-sia
dalam penciptaan alam. Semua mengandung nilai-nilai dan manfaat.
·
Mensucikan Allah
dengan bertasbih dan bertahmid memujiNya.
·
Menumbuhkn
ketundukan dan rasa takut kepada Allah dan hari akhir.
REFERENSI
·
Al-Qur’an dan Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
·
Al-Qur'an dan Terjemahannya Departemen Agama, RI
·
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz IV, Pustaka Panjimas
·
Majalah Nurul
Fikri, Ulil Albab, Sosok Cendekiawan
Versi Al-Qur’an, No. 4/II/
Ramadhan 1411-Maret 1991.
TADABBUR AYAT
SURATAL-MU'MINUN 1-11 (23:1-11)
TUJUAN
F
Peserta memahami makna
QS. 23:1-11
F
Peserta mengetahui
sifat-sifat orang yang beriman
F
peserta mengetahui
balasan bagi orang-orang yang beriman
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan diskusi
RINCIAN BAHASAN
1.
Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman
2.
(yaitu) orang-orang
yang kusyu’ dalam shalatnya,
3.
Dan orang-orang
yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.
4.
Dan orang -orang
yang menunaikan zakat
5.
Dan orang-orang
yang menjaga kemaluannya
6.
Kecuali terhadap
istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela
7.
Barang siapa
mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-arang yang melampaui batas
8.
Dan orang -orang
yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
9.
Dan orang-orang
yaug memelihara shalatnya
10.
Mereka itulah
orang-orang yang akan mewarisi
11.
(yakni) akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di
dalamnya
(QS. Al-Mu’minun,
ayat 1-11)
A |
yat-ayat di
atas menerangkan tentang sifat-sifat yang diamiki orang beriman serta balasan
yang akan diperolehnya. Yang dimaksud dengan beriman adalah beriman kepada
Rukun Iman yang enam (lihat catatan hadits). Dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. Sebaiknya amat rugilah
orang-orang yang kafir yang tidak beriman. Karena walaupun mereka menurut
perhitungan banyak mengerjakan amal kebajikan tetapi semua amaala akan sia-sia
saja di akhirat nanti, karena tidak berlandaskan imankepadanya.
Adapun sifat-sifat orang yang beriman dalam ayat-ayat
selanjutnya
1.
Khusyu dalam
shalat. Yang dimaksud khusyu di sini adalah:
·
Mengerti
bacaan-bacaan dalam shalat.
·
Memusatkan
perhatian pada waktu shalat hanya kepada Allah serta dengan mengikhlaskan
ketaatan [7:29].
·
Ihsan dalam shalat
(lihat catatan hadits)
·
Tenang dan
konsentrasi
2.
Menjauhkan diri
dari perbuatan dan perkataan yang tak berguna.
·
Menjauhkan diri
dari perkataan yang tidak-berguna.
Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw. telah
bersabda: "Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, hendaklah ia berkata yang baik atau
diam...." (HR Bukhari dan Muslim).
·
Menjauhkan diri
dari perbuatan, yang tidak berguna, yaitu dengan demikian menjaga waktu dan
umumya supaya jangan sia-sia.
Dari Abu Hurairah ra. telah berkata; Telah besabda
Rasulullah ‘sebagian kebaikan keislaman seseorang ialah meniggalkan sesuatu yaug
tidak berguna baginya’ (HR Tirmidzi). Yang harus selalu diingat manusia
dalam hal ini ialah: Allah mencatat seluruh perbuatan manusia di dunia [45:29]
dan setiap manusia akan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diperbuatnya
di dunia [17:36]. Dan bahwa kematian/ajal pasti akan menemuhi kita, waktunya
tidak dapat dimajukan atau ditunda [10:49]
3.
Menunaikan Zakat
Dengan berzakat seorang mukmin:
·
Membersihkan diri
dari sifat kikir dan cinta yang berlebihan pada dunia [9:103], karena dunia ini
hanyalah suatu permainan dan senda gurau [29:64], yang seringkali melalaikan
manusia dari kehidupan yang kekal di akhirat nanti [35:5]
·
Mensucikan hati
sehingga tumbuh sifat-sifat kebaikan dalam hati [9:103]
4.
Menjaga kemaluan
dari perbuatan keji (zina) kecuali kepada istri-istri mereka.
·
Menahan pandangan
dan memelihara kemaluan [24:3O-31.
Barang siapa yang berbuat di luar hal itu, Allah
menyebutnya sebagai orang yang melampaui batas.
·
Zina termasuk dosa
besar dan merupakan jalan yang buruk [17:32]. Imam Ahmad berkata: “Saya tidak mengetahui setelan pembunuhan
ada dosa besar dari perzinaan”
5.
Memelihara amanat
dan menepati janji
·
Bila seseorang
tidak memegang amanat dan tidak menepati janji, dikhawatirkan ia termasuk
orang-orang munafik. “Tanda-tanda orang
munafik itu ada tiga, yaitu, apabila berbicara dusta, apabila berjanji ingkar
dan apabila dipercaya khianat “(HR Syaihkani melalui Abu Hurairah ra.)
·
Orang-orang yang
memelihara amanat dan janjinya dijanjikan Allah dengan balasan syurga.
[70:32-35]
6.
Memelihara shalat
·
Shalat adalah
kewajiban yang ditentukan waktu-waktunya atas orang yang beriman [4:103].
Selain itu perintah untuk memelihara sekaligus menegakkan shalat banyak
disebutkan dalam Al-Qur' an diantaranya: QS. 2:43, 238, QS. 22: 41
·
Shalat adalah
pembeda antara muslim dtm kafir. Telah bersabda Rasulullah saw. “Beda antara seorang muslim dan musyrik atau
kafir adalah meninggalkan shalat” (HR Muslim)
Balasan bagi orang beriman yang memiliki sifat di atas adalah syurga
Firdaus [23:1O-11].
Umar ra. meriwayatkan sebuah hadits yang RasuluIlah
bersabda di antaranya: “Telah diturunkan
kepadaku sepuluh ayat, barangsiapa uang menegakkannya akan masuk syurga”, lalu ia membaca sepuluh ayat ini dari
permulaan surat Al-Mu'minun.
Cacatan Hadits
Dari Umar ra. juga teIah berkata: “Ketika kami duduk dekat Rasulullah SAW pada suatu hari maka dengan
tiba-tiba terlihat oleh kami seorang laki-laki yang memakai pakaian yang sangat
putih berambut sangat hitam, tidak tampak padanya tanda-tanda perjalnan dan tak
ada seorang pun diantara kami yang mengenalnya, lalu ia duduk di hadapan Nabi
dan meletakkan tangannya di atas paha Nabi, kemudian dia berkata: ‘Hai
Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam.' Maka jawab Rasulullah....... Lalu dia
bertanya kembali: 'Tolong jeIaskan padaku tentang Iman. Jawab Nabi: 'Hendaklah
engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada
utusan-utusahNya, kepada hari kiamat dan hendaklah engkau beriman kepada qadar
yang baik dan yang buruk. Orang itu berkata; 'Engkau benar', Jawab Nabi; Dia
bertanya kembali: 'maka beritahukan padaku tentang ihsan 'Hendaklah engkau beribadah hanya kepada
Allah seolah-olah engkau melihatNya, sekalipun engkau tak dapat melihatNya,
maka sesungguhnya Ia melihat
engkau....... Kemudian orang tadi pergi. Aku diam sejenak. Kemudian Nabi
berkata: 'Wahai Umar tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?', Jawabku; 'Allah
dan rosulNya lebih mengetahui. Kata Nabi: 'Dialah Jibril as. datang kepadamu
untuk mengajar tentang agamamu"
REFERENSI
·
Al-Qur'an dan Tafsirya, Universitas Islam Indonesia
·
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar
·
Syekh Musthofa
Masyur, Berjumpa Allah Lewat Shalat,
GIP
·
Abu Hudzaifah, Menundukkan Pandangan
SABAR
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
pengertian sabar
F
Peserta mengetahui
macam-macam sabar
F
Peserta memahami
hikmah cobaan bagi kaum mukmin
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian Sabar
Ditinjau dari segi bahasa sabar berarti menahan, mencegah
diri atau mengekang. Dalam QS 18:28, sabar berarti "Tahanlah dirimu
bersama mereka". Secara istilah Sabar berarti "menahan diri atas
segala sesuatu yang tidak disukai karena ,nengharap ridho Allah SWT" [QS
13:22].
Istilah lain tentang sabar antara lain:
1.
Bila berupa musibah
disebut dengan shabar. Lawan katanya adalah keluhan (jaza'), kecemasan atau
kegelisahan (lihat akhir QS 14:21).
2.
Bila menahan amarah
disebut halim atau bijaksana. Lawan
katanya adalah menggerutu.
3.
Sabar dengan rezeki
sedikit disebut qona'ah atau rela dan
puas.
Lawan katanya adalah rakus.
4.
Sabar dalam menahan
syahwat perut dan seksual disebut iffah
atau kehormatan dan martabat diri.
Menurut Imam Al-Ghazali sabar adalah sabar terhadap
musibah yang tidak dapat dihindarkan atau tidak mampu berupaya menyelamatkan
diri. Tapi bila seseorang mampu menghindarkan diri, menolak atau melawannya,
maka dalam hal itu sabar tidak diperbolehkan.
Sabar yang teruji ialah jika dilakukan rada saat yang
tepat. Sedangkan bila terlambat tidak akan berharga atau bermanfaat [14:21,
52:14-16]. Sabar yang terruji juga motivasinya karena Allah SWT, bukan untuk
memperoleh pujian atau tanda jasa dari manusia.
Macam-macam Sabar
A.
Sabar, menurut
sasarannya terbagi dua yaitu:
- Fisik,
yaitu menahan penderitaan bndan (misamya: sakit yan!j berat atau luka yang
parah).
- Mental atau nafsu, yaitu dalam menghadapi tuntutan adat kebiasaan atau
darongan syahwat.
B.
Dalam Al-Qur’an,
terdapat banyak aspek kesabaran yang dirangkum menjadi dua, yaitu menahan diri
terhadap yang disukai dan menanggung hal-hal yang tidak disukai. Rinciaannya
adalah sbb.:
- Sabar terhadap petaka dunia, sererti bencana alam dan tantangan jaman.
Yang demikian akan dialami oleh semua manusia, orang baik atau jahat,
beriman atau kafir [QS 2:155-157].
- Sabar terhadap gejolak nafsu:
a.
Menyangkut
kesenangan hidup [21:35, S9:15.16, 64:15, 63:9, 3:14-15]
b.
Menahan dorongan
nafsu seksual [12: , 4:25]
c.
Menahan marah dan
dendam [16:126]
- Sabar dalam ketaatan kepada Allah, yaitu:
a.
Sabar sebelum
ketaatan, yaitu dengan meluruskan niat dengan melawan riya dan penyimpangan
lainnya [98:5]
b.
Sabar pada saat
bekerja yaitu dengan tidak melalaikan Allah dan tidak malas [29:58-59]
c.
Sabar setelah
selesai pekerjaan, yaitu dengan tidak merasa bangga karena riya dan mencari
popularitas [47:33, 2:264]
- Sabar dalam kesulitan berdakwah di jalan Allah, yaitu:
a.
Sabar dari
berpalingnya manusia dari dakwah [71:5-7 ; 16:127]
b.
Sabar terhadap
gangguan manusia, baik perbuatan atau pun ucapan [73:10]
c.
Sabar terhadap
panjangnya perjalanan dakwah [2:214]
- Sabar di medan perang [8:45-47, 8:65-66]
- Sabar dalam pergaulan antar manusia [4:19, 41:34-36]
Hikmah Cobaan bagi Orang beriman
Secara umum kesabaran ditujukan kepada segenap manusia,
karena dialah satu-satunya makhluq Allah yang dianugerahi akal dan selalu
dibebani ujian serta cobaan. Imam Al-Ghazaly berkata, "Sabar merupakan
ciri khas manusia dan tidak dipunyai oleh hewan karena
kekurangan-kekurangannya, dan tidak pula oleh malaikat karena kesempurnaannya.”
Secara khusus, yaitu ditujukan kepada orang-orang beriman, karena mereka akan
menghadapi tantangan, gangguan, ujian serta cobaan jiwa dan harta benda.
Adanya cobaan bagi ahli iman merupakan suatu kepastian
yang mengandung tujuan dan hikmah, yaitu:
1.
Untuk membersihkan
barisan mu'minin dari kaum munafik [3:179, 29:1O-11, 22:11]. Ujian yang
dihadapi para da'i merupakan penegasan dan penyaringan terhadap tingkatan kaum
beriman dan menyisihkan yang buruk seperti menyisihkan karat dari besi.
2.
Mendidik kaum
beriman dan menjernihkan hati mereka [3:140-142, 3:154]
3.
Meningkatkan
kedudukan orang-orang beriman di sisi Allah. Allah SWT meninggikan derajat
mereka, melipatgandakan pahala, paling tidak menghapus dosa-dosa mereka.
"Tidaklah seorang muslim karena kesedihan, kesusahan, kepayahan, penyakit
dan gangguan dari yang merasuk tubuhnya kecuali dengan itu Allah meengampuni
dosa-dosanya" [HR Bukhari.]
REFERENSI
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Al-Qur’an Menyuruh kita Sabar, GIP
ISNET, Koleksi
Bahan Tarbiyah, 1996.
Ibnul Qoyyim AL-Jauziyah, Hikmah Cobaan, Pustaka Al-Kautsar.
IKHLAS
TUJUAN
F
Peserta memahami makna
ikh1as dan urgensinya bagi aktivis dakwah
F
Peserta mengetahui
indikasi keikhlasan
F
Peserta mengetahui
hal-hal yang mendukung keikhlasan.
F
Peserta mengetahui
buah dari keikhlasan.
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas berasal dari kata Khalasha yang berarti bersih atau murni.
Secara istilah, ikh1as berarti membersihkan hati dari maksud selain
mengharapkan ridho Allah Azza wa Jalla.
Ikh1as merupakan salah satu amalan hati, bahkan ikhlas
berada di barisan depan dari amal-amal hati, sebab amal tak bisa diterima
sempurna kecuali dengannya.
Bagi aktifis dakwah, ikhlas sangat penting dalam
menyertai amal-amalya. Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata, “Dunia ini adalah kebodohan dan kematian
kecuali ilmu. Semua ilmu merupakan hujjah atas pemiliknya kecuali yang
diamalkannya. Semua amal akan sia-sia kecuali ikhlas. Ikhlas dalam bahaya besar
sehingga tetap berakhir dengannya.” Allah berfirman tentang setiap amal
yang dimaksudkan untuk selainNya sebagai amal yang sia-sia [24:23]. Dalam
hadits riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian, tetapi
Dia melihat kepada hati kalian (niat dan keikhlasan” (HR Muslim). Allah
hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Maka Dia menolak
setiap amal yang pelakunya tertipu dengan amalya.
Indikasi Keikhlasan
1.
Takut Ketenaran
Takut ketenaran dan penyebaranya kemasyhuran atas
dirinya, terlebih jika ia memiliki karunia tertentu. Sebab bila seseorang sudah
merasa dirinya niat yang tidak lillah, maka amalya akan sia-sia di sisi Allah.
2.
Beramal secara
diam-diam, jauh dari sorotan
Amal yang dilakukan secara diam-diam harus lebih disukai
daripada amal yang disertai sorotan. Hadist riwayat Muadz: ”Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebaikan, bertaqwa dan menyembunyikan amalnya, yaitu
jika tidak hadir mereka tidak dianggap hilang dan jika hadir mereka tidak
diketahui. Hati-hati mereka adalah pelita-pelita petunjuk. Mereka keluar dari
setiap tempat yang gelap”.
3.
Tidak menuntut
pujian dan tidak terkecoh olehnya
Tidak meminta pujian orang-orang yang suka memuji dan
berambisi mendapatkannya. Jika pun ada pujian, ia tidak terkecoh tentang
hakikat dirinya di hadapan orang yang memujinya karena dialah yang lebih tahu
tentang rahasia hati dan dirinya.
4.
Menjadikan
keridhoan dan kemarahan karena Allah bukan karena pertimbangan hawa nafsunya.
5.
Rakus terhadap amal
yang bermanfaat .
Diantara bukti ikhlas adalah rakus terhadap amal yang
paling diridhoi Allah dan bukan paling diridhoi diri sendiri.
Hal-hal yang Mendukung
Keikhlasan
1.
Ilmu yang mantap
Mempelajari ilmu yang dapat menanamkan keyakinan tentang pentingnya ikh1as dan
hasil-hasil yang bisa dipetik di dunia dan akhirat [22:54].
2.
Berteman dengan
orang-orang yang ikh1as
Dengan berteman dengan orang-orang ikhlas dan hidup
bersama mereka, seseorang bisa mengikuti langkah mereka, mengambil pelajaran
dan mencontoh akh1aq mereka [18:28].
3.
Membaca sejarah
orang-orang mukhus
4.
Bersungguh-sungguh
melawan nafsu
5.
Berdo' a dan memohon
pertolongan kepada Allah.
Buah Ikhlas
1.
Ketenangan jiwa
2.
Kekuatan Ruhani
3.
Amal yang
berkesinambungan
4.
Tetap memperoleh
pahala amal sekali pun belum menyempurnakan amal itu, atau bahkan belum
menunaikannya
5.
Pertolongan dan
perlindungan Allah
REFERENSI
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, Niat dan Ikhlas, Pustaka Al-Kaustar.
ISNET, KoIeksi
Bahan Tarbiyah, 1996.
ISLAM
SEBAGAI SISTEM HIDUP
TUJUAN
Peserta memahami karakteristik Islam sebagai diiahl haq
Peserta mengetahui rentingnya memahami Islam secara
menyeluruh
METODE PENDEKATAN
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Karakter Ajaran Islam
Sebagai dien (sistem hidup ) memiliki ciri-ciri:
1.
Robbaniyah
Ditinjau dari segi bahasa, Robbaniyah berasal dari kata
rabbun, yang ditujukan kepada Allah SWT. Sedangkan rabbani ditujukan kepada
manusia, yaitu manusia yang tau hubungannya dengan Allah sangat kuat, tahu dan
mengamalkan ajaranNya [3:79]. Yang dimaksud dengan robbaniyyah mencakup 2
asfek, robbaniyyah ghoyah dan mashdar.
- Rabbaniyah Ghoyah (tujuan dan sasaran)
Maksudnya Islam menjadikan tujuan pertama dan terakhir
untnk menyembah Allah semata [51:56] dan untuk mencapai ridhoNya. Tujuan ini
pun akhimya merupakan tujuan akhir, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras
manusia dalam kehidupan [53:42, 84:6].Dampak Rabbaniyah tujuan pada manusia.
(1)
Mengetahui tujuan
dan keberadaan manusia
(2)
Mendapat petunjuk
menuju fitrah
(3)
Keselamatan diri
perpecah dan rergolakan
(4)
Membebaskan manusia
dari penghambaan pada egoisme dan syahwat.
- Robbaniyah Masdar (sumber hukum)
Maksudnya manhaj/metode yang telah ditekan oleh Islam
untuk mencapai tujuan dan sasaran itu adalah manhaj Rabbani yang murni, yaitu
yang bersumber pada wahyu Allah kepada Rasulullah SAW (Al-Qur' an). Manhaj ini tidak lahir
sebagai sebuah hasil rekayasa dari ambisi individu, keluarga, golongan, partai
atau bangsa tertentu. Tetapi manhaj ini datang dari Allah yang menginginkan
agar menjadi petunjuk, penjelas, kabar gembira, obat dan rahmat bagi
hamba-hambaNya [4:174, 1O:57].
Adapun Rasulullah Muhammad SAW adalah penyeru pada manhaj
dan sebagai penjelas perintahNya yang masih samar bagi manusia [42:52-53].
Dampak Rabbaniyyah
mashdar.
(1)
Terlepas dari
pertentangan dan sikap ekstrim [4:82]
(2)
Terlepas dari
keberpihakan dan hawa nafsu
(3)
Terhormat dan mudah
diyakini
(4)
Terbebas dari
penghambaan sesama manusia.
2.
Insaniyah
(kemanusiaan) Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulnya mencurahkan
sebagian besar kepeduliannya pada sisi kemanusiaan. Islam mengakui manusia
dengan pengakuan yang menyeluruh. Aspek-aspek manusia seperti jasad, akal dan
ruhani diberikan peluang untuk melaksanakan peran, fungsi dan karakteristiknya
tanpa harus cenderung rada aspek tertentu saja. Di samping itu ibadah-ibadah
yang disyariatkan oleh Islam memiliki dimensi kemanusiaan, misalnya sholat,
zakat, dan haji. Kesimplannya Islam adalah din yang sesuai dengan karakter
manusia, ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia sendiri.
Buah insaniyah dalam Islam:
(1)
Persaudaraan
manusia (ukhuwah)
(2)
Persamaan manusia
(emansipasi).
3.
Syumul (universal)
Artinya Islam meliputi semua jaman, kehidupan dan
eksistensi manusia. Jangkalian keuniversalan dalam risalah Islam ini
diungkapkan Hasan Al-Banna : Islam adalah
risalah yang panjang terbentang sehjngga meliput semua abad sepanjang jaman,
terhampar luas sehingga meliputi semua cakrawala umat dan begitu mendalam
(mendetail) sehingga memuat urusan-urusan dunja dan akhirat. Dan di dalam
Risalah Ta'limnya, yang dimaksud dengan Islam universal yaitu: "Islam adalah sebuah sistim yang universal
(komprensip, total dan integral). Mencakup berbagai aspek hidup dan kehidupan.
Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, akhlak dan kekuatan,
serta kasih sayang dan keadilan. Islam adalah kebudayaan dan
perundang-undangan, ilmu dan hukum, materi dan harta benda, serta usaha dan
kekayaan. Dan Islam juga adalah jihad dan dakwah, militer dan ideologi serta
aqidah yang murni dan ibadah yang benar sekaligus."
- Risalah semua jaman
Islam adalah risalah untuk semua jaman dan generasi,
bukan risalah yang terbatas oleh masa atau generasi tertentu. Secara substansi
(dasar-dasar akidah dan moralnya), Islam merupakan risalah setiap nabi yang
diutus dan misi setiap kitab suci yang diturunkan. Maka semua nabi diutus
dengan membawa risalah (misi) Islam, menyerukan tauhid dan menjauhi thaghut [21:25,
16:36, 10:72, 2:128 dan 132].,
- Risalah bagi seluruh alam semesta Islam tidak terbatas pada bangsa
maupun status sosial tertentu, yang merupakan petunjuk Robb manusia bagi
segenap manusia, rahmat bagi sekalian hambaNya [21:107, 24:1, 38:87].
4.
Al-Wastthiyyah /Tawazun (moderat atau rertengahan)
Islam berada dalam keseimbangan di antara dua jalan atau
dua arah yang saling bertentangan. Islam memberikan haknya sacara adil terhadap
aspek-aspek kehidupan seperti ruhiyyah
(spiritulisme), maddiyyah (materialisme),
fardiyah (individu), jama’iyyah (kolektif), tsabat
(konsisten), dan taghayyur
(perubahan), dan tidak berada dalam poros yang ekstrim [55:7-8].
5.
Al-Waqi'iyyah (kontekstual)
Allah menjamin Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan
kondisi manusia di manapun, kapanpun dan bagi segala jenis manusia. Islam
senantiasa menjaga dan memelihara realita (aktual) di setiap aspek yang
didakwahkan pada manusia, mulai aspek aqidah, ibadah, akhlak dan syari'at.
6.
AL-Wudhuh (jelas)
Yang dimak:iud adalah jelas dalam hal:
- Dasar-dasar Islam (akidah, moral, syari'at lslam)
- Sumber-sumber hukumnya
- Sasaran dan tujuan
Pentingnya memahami lslam
secara kaffah. [2:2O8]
a.
Agar umat Islam
tidak terjebak ke dalam propaganda, program serta langkah-langkah syathan.
Sebab syaithan adalah musuh yang nyata bagi manusia.
b.
Ajaran Islam
sendiri bersifat universal dan menolak parsialisasi hukum dan ajarannya. Aspek
dalam kehidupan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kehidupan
tidak akan harmonis apabila Islam dilaksanakan secara parsial.
REFERENSI
·
Materi Mentoring Islamic Study 1994-1995.
·
Panduan Aktivis Harokah, Pustaka Al-Ummah, Jakarta.
·
Dr. Yusuf
Al-Qaardhawi, Karakteristik Islam: Kajian
Analitik, Risalah Gusti.
10
RISALAH PEMUDA ISLAM
TUJUAN
F
Peserta memahami
pentingnya masa muda
F
Peserta mengetahui
cara mengembangkan potensi pemilik Islam
F
Peserta termotipasi
memanfaatkan potensinya dalam aktifitas yang Islami
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Tak dapat disangkal lagi bahwa eksistensi pcmuda Islam
dalam kehidupan amat renting, karena merekalah yang memiliki potensi untuk
mewarnai perjalanan sejarah umat manusia pada umumnya. Semua ideologi yang
barorientasi pada strategi revolusi, menganggap pemuda sebagai tenaga paling
revolusioner. karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah (gelora semangat) quwatul jasad
(kekuatan fisik) pada usia muda. Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan,
perubahan, bukan stagnasi atau pun status quo. Dalam setiap kurun waktu,
kemarin, kini dan esok, pembela senantiasa berdiri di garis terdepan. Baik
sebagai pembela kebenaran yang gigih atau pun sebagai pembela kebatilan yang
canggih.
Di dalam Alqur'an peran remuda diungkapkan dalam kisah
Ashabul Kahfi [18:19-22], kisah remuda Ibrahim [21:60 dan 69, 2:258] dan pemuda
yang dibunuh oleh Ashabul Uhdud [lihat tafsir Ibnu Katsir QS Al-Buruj], dan
para Assabiqunal Awwalun pada umumnya berusia muda.
Pentingnya memanfaatkan masa muda digambarkan dalam
hadist Rasulullah SAW sbb.: "Manfaatkanlah
yang lima sebelum datang yang lima; masa mudamu sebelum datang masa tuaamu,
masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa
miskinmu, masa hidupmu sebelum datang masa matimu, masa luangmu sebelum datang
masa sibukmu." [HR Al-Bahaqi] Bagaimana potensi pemuda itu dapat
dikembangkan dalam bingkai Islam? Setidaknya mereka dituntut melaksanakan 10
risalahnya:
1.
Memahami Islam
Mustahil pemuda dapat memuliakan lslam kalau mereka
sendiri tidak memahami Islam [35:28, 58:11]
"Siapa yang
dikehendaki Allah akan nlendapatkan kebaikan, maka dipandaikan dalam
aganla." [HR Buknari-Muslim]
"Dunia ini terkutuk dan segala isinya terkutuk, kecuali dzikrullah dan
yang serupa itu, dan orang alim dan penuntut ilmu." [HR At- Tirmidzi]
2.
Mengimani segenap ajaran Islam
Iman kepada Allah dan Rasulnya pada hakikatnya merupakan
sebuah sikap mental patuh dan tunduk [23:51]. Tunduk patuh berlandaskan cinta
kepadanya [2:165] dan Ittiba' (mengikuti) Rasulnya [3:31,53:3-4].
3.
Mengamalkan dan mendakwahkan Islam
Ciri orang yang
tidak mengalami kerugian (k11usrin) dalam hidup adalah senantiasa mengamalkan
dan mendakwahkan Islam [103:1-3, 41:33,3:110, 9:71,5:78-79]."Barang siapa
nlenyeru kepada kebaikan, nlaka ia akan nlen!peroleh pahala sepadan dengan
orang yang nlengerjakannya.” [HR Muslim]
4.
Berjihad di jalan Islam
Jihad adalah salah satu hal ya:ng diwajibkan Allah kepada
kaum muslimin. Said Hawwa membagi jihad menjadi 5 macam:
·
Jihad lisaani, menyampaikan dakwah Islam kepada orang-orang kafir, munafik, dan fasik
yang disertai dengan hujjah (argumentasi) yang dicontohkan oleh Nabi SAW
[5:62].
·
Jihad maali atau jihad dengan harta [49:15, 9:111]. Jihad dengan harta merupakan
bagian vital bagi jihad yang lainnya, karena dakwah memerlukan sarana dan
prasarana.
·
Jihad bilyad wan nafs atau jihad dengan tangan/kekuasaan dan jiwa [22:39, 2:190, 8:39, 9:36].
Termasuk dalam jihad ini adalah menentang orang kafir, usaha mempertahankan
diri terhadap serangan mereka, berusaha mengusir mereka dari bumi lslam,
memerangi kaum murtad dalam negeri Islam, melawnn pemberontak atau pembangkang
atas negara lslam.
·
Jihad siyaasi atau jihad poIitik.
·
Jihad tarbawi/ta'limi, yakni bersungguh-sungguh mengajarkan, menyampaikan ilmu dan mendidik
orang-orang yang ingin memahami Islam [3:79].
5.
Shabar dan istiqomah di atas jalan Islam
[21:83-85, 38:41-44, 37:100-107,21:68-69,71:5-9].
Keimanan
harus dilanjutkan dengan kesabaran dan istiqomah.
"Keyakinan
dalam iman haruslah secara bulat dan kesabaran itu setengah dari iman." [HR
Abu Nu'aim].
6.
Mempersaudarakan manusia dalam ikatan Islam
Pemuda seharusnya berperan dalam menjalin ukhuwah
Islamiyah sesama musIim [8:63, 59;9]. “Setiap
mukmin yang satu bagi mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan, antara satu
dengan yang lain saling mengokohkan.” [Al-Hadist] .
7.
Menggerakkan dan mengarahkan potensi umat Islam.
Potensi umat Islam perlu diarahkan ke dalam amal Jama'i
secara efektif dan efisien [3:146].
8.
Optimis terhadap masa depan Islam
Pemuda Islam tak boleh memiliki jiwa pesimis. Sebaiknya
harus optimis akan hasil perjuangan dan pertolongan serta balasan dari Allah
SWT. Hanya orang kafirlah yang memiliki sifat pesimis [12:87, 15:56].
9.
Introspeksi diri (muhasabah) tcrhadap scgala aktifitas
yang tclah dilakukan.
Introspeksi dan evaluasi dimaksudkan agar pemuda tidak
mengulan kesalahan yang sama di hari mendatang, tldak terjebak dengan
permasalahan yang sama, dan mampu memperbaiki diri ke arah yang lebih baik
[13:11]. "Seorang yang sempurna
akalnya ialah yang mengoreksi dirinya dan bersiap dengan amal sebagai bekal
untuk mati." [HR At- Tirmidzi].
10. Ikhlas dalam
segenap pengabdian di jalan Islam
Memurnikan niat karena Allah dalam ibadah dan jihad
merupakan masalah fundamental, agar amal itu diterima sekaligus sukses. "Sesungguhnya Allah menolong ini hanya
karena orang-orang yang lemah diantara mereka yaitu dengan dakwah, shalat ,dan
ikhlas mereka " [HR An-Nasa'i dari Sa'ad bin Abi Waqqash]
REFERENSI
·
Majalah Islam
'Sabili’, No.33/ 11 Januari 1991
·
Husni Adham Jarror,
Bercinta dan Bersaudara karena Allah,
GIP
·
Dr. Muh. Ibrahim
An-Nashr, Dr Yusuf AL-Qardhawi dan Saisd Hawwa, Berjuang di Jalan Allah, GIP.
AMAL
JAMA’I
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
pengertian amal jama'i
F
Peserta memahami
pentingnya beramal jama'i
F
Peserta mengetahui
ciri-ciri amal jama'i
METODE PENDEKATAN
F
Games "Korek
Api"
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian Amal Jama'i
'Amal berarti bekerja, berbuat atau menghasilkan. Bagi
seorang muslim, beramal berarti berbuat, mengerjakan dan menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya, umat dan agama. Karenanya bekerja menjadi
kewajiban bagi setiap muslim.
Jama'i berasal dari kata jama'ah. Jama'ah adalah suatu
rerkumpulan orang-orang untuk mencapai hal-hal tertentu. Yang disebut dengan
jama'ah sedikitnya terdiri dari dua orang. Sesuai dengan sabda Rosulullah SAW. "Barang siapa yang ingin mendapatkan
pahala berjama'ah maka shalatlah bersamanya.” [Dikeluarkan oleh Ahmad,
Daraimi, Tirmidzi, Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Hazm dari hadist Abu Sa'id
Al-Khudri] "Shalat berjama'ah itu
lebih besar pahalanya 27 tingkat dari shoIat sendirian." [Muttafaq
‘alaih dari hadist Ibnu Umar]
Amal Jama'i atau
kerja bersama adalah kegiatan yang merupakan produk suatu keputusan jama'ah
yang selaras dengan manhaj (sistem) yang lelah ditentukun bersama, untuk
mencapai tujuan tertentu.
Pentingnya Amal Jama'i
Manusia, seranjang zaman, secara fitrah tidak dapat hidup
sendirian. Ia selalu membutuhkan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya.
Lihat kisah:
·
Fir'aun [26:34-37]
·
Ratu Balqis
[27:32-33]
·
Nabi Musa AS
[20:29-32]
·
Kaum kafir Makkah
[8:30]
Bagi manusia
muslim, Allah telah mengarahkan agar da1am melaksanakan aktifitasnya dengan
beramal jama'i [61:4, 3:104]. Realitas yang ada juga mengharuskan bahwa kerja
yang sukses harus dilakukan secaru kolektif. Sebab tangan sebelah tidak bisa
bertepuk. Lidi, jika hanya sebatang, tidak dapat membersihkan daun-daun di
halaman.
Untuk menegakkan Islam di hati kaum muslimin, menghadapi
kemungkaran yang terjadi dan melawan tipu daya musuh, diperlukan kerja jama'ah.
Dari sini amal jama'i menjadi wajib. Karena kaidah ushul fi'qih menyatakan: "Sesuai kewajiban yang tidak sempurna
pelaksanaannya dengannya, maka ia adalah wajib". Selain itu, Islam
bukan agama individu, melainkan agama satu umat, satu tanah air dan satu tubuh.
Islam menyeru kepada kesatuan kaum muslimin. Allah berfirman: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(angama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai” [3:103].
Ciri-ciri Amal Jama'i
1.
Aktifitas yang akan
dijalankan harus bersumher dari keputusan atau rerseluruhan jama'ah
2.
Jama'ah yang
dimaksud harus mempunyai visi dan misi, serta struktur organisasi yang tersusun
rapi.
3.
Setiap tindakan dan
aktifitasnya harus sesuai dengan dasar dan strategi atau pendekatan yang telah
digariskan oleh jama'ah.
4.
Seluruh tindakannya
harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama.
REFERENSI
·
Musthafa Masyhur, Amal Jama'i: Gerakan Bersama, Al-Islahi
Press.
·
Abdurrahman Bin
Abdul Khaliq Al-Yusuf, Legitimasi Amal Jama'i:
Kupasan Gamblang Tentang Keharusan Beramal Jama'i, Pustaka Tadabbur.
·
Musthafa Masyhur, AL-Qiyadah Wal Jundiyah, AL-lslahi
Press.
·
Dr. Yusuf
Al-Qordhawi, Priorilas Gerakan Is!am
JiIid I, Usamah Press.
KEORGANISASIAN
ISLAM
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
pengertian organisasi
F
Peserta mengetahui
alasan berorganisasi dan syarat tegaknya sebuah organisasi
F
Peserta dapat
membedakan antara organisasi Islam dan umum
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Definisi
Organisasi adalah wadah orang-orang atau sekelomrok orang
untuk kerjasama dalam mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
Mengapa Berorganisasi?
·
Fitrah. Kecenderungan untuk berkumrul [39:72-75]
·
Ash-shulthon. Untuk menggalang kekuatan [55:33]
·
An-Ni'mah. Merupakan nikmat dari Allah [3:103, 8:62-63]
·
Dalam rangka
menghadari musuh Islam [8:73, 61:4]
"Kebenaran
yang tidak teroganisir akan dikalahkan oIeh kebatilan yang teroganisir.” [ALi bin Abi
Thalib]
Syarat tegaknva organisasi secara umum organisasi akan
tegak jika terdapat pengelolaan atau unsur-unsur manajemen:
·
Planning, perencanaan yang matang .
·
Oganizing, konsep yang baik .
·
Actuating, pelaksanaan
·
Controling, pengawasan dan pengendalian yang baik.
Organisasi lslam harus berdiri diatas prinsip: Islamisasi
sebelum Organisasi (Islamiyah Qobla Jam'iyyah). Maksudnya, di dalam organisasi
Islam perlu ditanamkan bahwa setiap muslim harus mempelajari dan memahami Islam
dengan sebaik-baiknya. Kemudian memacu dirinya dengan amal-amal Islam
semaksimal mungkin sebelum memasuki kehidupan berjamaah. Sebab kehidupan
berjama'ah akan berfungsi baik dan Islami jika setiap muslim yang terdapat di
dalamnya memiliki komitmen moral dan operasional kepada Islam secara baik dan
benar. Karena itu di dalam sebuah organisasi Islam diperlukan situasi pembinaan
yang berja!an di a tas metode (manhaj) Islam.
Perbedaan Organisasi Islam dan
yang Bukan
No |
ISLAM |
UMUM |
1. |
Ibarat satu tubuh |
Ibarat satu mobil |
2. |
Berkumpul karena ibadah |
Berkumpul karena bekerja |
3. |
Tuntutan Syar’i |
Kebutuhan |
4. |
Orientasi menyeluruh |
Orientasi parsial |
5. |
Kerjasama |
Sama-sama kerja |
Sikap yang Dibutuhkan dalam
Berorganisasi Islam
·
Sikap Moral, yaitu
iman. Keimanan merupakan landasan Allah bertindak dan berbuat.
·
Sikap Operasional,
yaitu Islam. Pekerjaan yang dilakukan selalu berada dalam kerangka tuntunan dan
ajaran Islam.
·
Sikar Hasil, yaitu
Ihsan. Pekerjaan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, teratur, berencana,
berdasarkan ilmu, dan tidak asal-asalan, dilakukan berorientasi pada hasil yang
baik
Tujuan dan Asas Organisasi
Islam
Tujuan : Menggapai Ridho Allah (Mardhotillah) [2:207]
Asas : Taqwa [9:109].
Syarat-Syarat Organisasi lslam
1.
Gerakan yang
konstan (Harokatul Mustamiroh) [2:195]
2.
Tujuan yang benar
(Al-Ghoyatus Shohihah) [2:207]
3.
Metode dan Sistem
Yang Jelas (Al-Minhajul Wadhiah) [12:108]
4.
Pemimpin yang
lkhlas (Al-Qiyadatul Mukhlishoh) [48:5]
5.
Pengikut yang taat
setia (Al-Jundiyatul Muthii'ah) [3:79, 3:146-148]
Ciri-ciri Pengikut atau anggota yang taat dan setia:
·
Iman yang dalam
·
Ikhlas
·
Keberanian dan
semangat
·
Percaya kepada
pemimpin
·
Tak banyak bertanya
[5:101]
·
Memiliki
kesungguhan kerja.
Struktur Organisasi
Sebuah organisasi harus memiliki struktur, agar:
·
Seseorang mempunyai
wewenang atau kekuasaan yang jelas .
·
Hubungan kerja
antar anggota teratur.
Dasar Struktur Organisasi
·
Pembagian Kekuasaan
(authority)
·
Tanggung jawab
(responsibility).
REFERENSI
·
Dari berbagai sumber.
Games "Korek Api”
Bahan/alat : Satu bungkus korek api per kelompok
Langkah-langkah :
1.
Buat beberapa
kelomrok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang.
2.
Tiap kelompok
ditugaskan membuat bangunan dari batang batang korek api yang ada dalam satu
bungkus tersebut.
3.
Bangunan tersebut
harus dibuat di atas kotak korek api .
4.
Mentor memberi
contoh awal cara membuat bangunan tersebut.
5.
Setiap kelompok
diberi waktu untuk membuat bangunan tersebut selama 60 detik.
6.
Setelah 60 detik
setiap kelompok harus menghentikan kegiatannya kemudian Mentor mendiskusikan
bersama hikmah dari permainan tersebut.
Hikmah :
1.
Dalam mengerjakan
sesuatu diperlukan amal jama'i.
2.
Diperlukan
pembagian tugas yang jelas dalam mengerjakan suatu pekerjaan sehingga teratur
dan terarah.
3.
Pentingnya seorang
pemimpin untuk mengkoordinir kerja.
WALA'
DAN BARA'
TUJUAN
F
Peserta memahami
pengertian Wala' dan Bara'
F
Peserta memahami
rentingnya Wala' dan Bara dalam kehidupan seorang muslim
F
Peserta mengetahui
kepada siapa Wala' seorang muslim harus diberikan dan Bara' harus diarahkan
METODE PENDEKATAN
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian Wala' dan Bara'
Secara bahasa, Wala'
berasal dari kata al-Walayah yang
artinya nasab, rertolongan, rembebasan budak, sedangkan orangnya disebut al-Muwalat yang artinya orang yang
menolong. Baru berarti lepas atau bebas dan jauh dari.
Secara istilah Wala'
berarti pertolongan, kecintaan, pemuliaan, renghormatan, kesamaan dengan
orang-orang yang dicintai baik secara zahir maupun batin (loyalitas) [2:257].
Penjelasan lebih jauh definisi Wala' dan Bara', seperti
yang dikatakan Syaikhul-Islam, Ibnu Taimiyyah: " Al-Walayah kebaikan dari al' Adawah. Asal pengertian dari
al-Walayah adalah kecintaan dan kedekatan. Sedangkan pengertian al-' Adawah
adalah kebencian dan kejauhan. Al-Wali artinya yang dekat.".
Pentingnya Wala’ dan Bara'
Wala' dan Bara' merupakan keharusan karena merupakan buku
kecintaan seorang mukmin kerada Allah. Syekh Hafizh al-Hikamy berkata, "Tanda kecintaan hamba kepada Rabbnya
ialah: mendahulukan apa yang dicintaiNya, meskipun hawa nafsunya menentang,
membenci apa yang dibenciNya meskipun hawa nafsunya condong kepadanya,
megangkat orang yang menjadikan Allah dan Rasulnya sebagai pemimpinnya memusuhi
orang yang memusuhinya, mcngikuti Rasulullah, meniti Jejaknya dan menerima
petunjuknya." At- Thabrani meriwayatkan dalam al-Kabir, dari Ibnu
Abbas r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tali
iman yang paling kuat adalah loyalitas terhadap pemimpin karena Allah pula.”
Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, menjelaskan
perkataan Ibnu Abbas r.a : "Perkataan Ibnu Abbas ra; loyalitas pemimpin
karena Allah", menjelaskan tentang
keharusan kecintaan karena Allah yaitu loyalitas karena Allah pula. Hal ini
merupakan isyarat bahwa sikap tersebut tidak hanya terbatas pada kecintaan
semata, tetapi harus disertai loyalitas yang merupakan keharusan kecintaan.
Loyalitas itu berupa tindakan memberi pertolongan, menghormati, memuliakan, selalu bersama orang-orang yang
dicintai, zhahir dan bathin. Dan perkataannya: "Membenci karena
Allah”, menjelaskan keharusan kebencian
karena Allah, yaitu berupa permusuhan. Maksudnya' ialah memperlihatkan
permusuhan, langsung berupa tindakan, seperti jihad menghadapi musuh-musuh
Allah, melepaskan diri dari mereka, menjauhi mereka zhahir dan bathin. Sikap
ini tidak hanya sekedar kebencian hati tetapi harus disertai pula dengan
sikap-sikap yang harus dilakukan [61:4]".
Wala' dan Bara' juga merupakan pengejawantahan dari
kalimat Laa Ilaaha Illallah. Kalimat ini merupakan penolakan terhadap segala
bentuk ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya
IIah. Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa Ilaha dalam dirinya maka
akan tumbuh AL-Bara’. Al-Bara' ditujukan kepada:
a.
Arbaba, sesuatu yang dijadikan Tuhan [9:31]
b.
Aaliha, tuhan-tuhan yang disembah selain Allah [25:3, 11:54]
c.
Andaada, tandingan-tandingan Allah [2:165]
d.
Thogut, sesuatu yang melampaui batas [2:256].
Dengan membatalkan semua bentuk Ilah dan mengucapkannya
untuk Allah maka akan tumbuh AL-Wala’. AL-Wala' diberikan kepada:
a.
Allah [2:257,
22:78,66:4]
b.
Islam [3:85, 5:3]
c.
Rasul [3:31-33]
d.
Orang-orang mukmin
atau sholeh [3:28, 3:3, 4:89, 5:51, 60:1, 9:71].
REFERENSI
·
Muhammad bin Sa'id
bin Saum AL-Qahthany, Loyalitas Muslim
Terhadap Islam, Ramadhani.
·
Muhammad bin Sa'id
bin Saum AL-Qahthany, Muh. Bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memurnikan Laa Illaaha Illallah, GIP.
SYARAT
DITERIMANYA SYAHADAT
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
syarat-syarat diterimanya syahadah seorang muslim
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pendahuluan
Kalimat laa ilaha Illallah merupakan pintu gerbang
seseorang masuk ke dalam Islam. Memahaminya akan mengantarkan manusia kepada
syurga. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. "Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tiada ilah
selain Allah, maka ia masuk syurga." (HR Muslim). Tetapi kalimat ini
tidak akan memberikan kebaikan kepada manusia hanya dengan mengulang-ulang
pengucapannya atau menghafal lafaz-lafaznya. Wahab bin Munabbih pernah ditanya:
"Bukankah laa ilaaha Illallah
merupakan pintu syurga?” Kemudian Wahab menjawab, "Benar", tetapi tidak ada kunci kecuali ia mempunyai
gigi-gigi. Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan
dibukakan untukmu. Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu.” Yang
dimaksud gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaaha
Illallah.
Syarat-syarat diterimanya Laa
ilaaha Illallah
Ada tujuh buah persyaratan yang harus dimiliki, yaitu: 'ilmu, alyaqin, al-qabuul, al-inqiyaad,
as-shidqu, al-ikhlas, mahabbah.
1.'Ilmu
'Ilmu di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan,
baik yang dinafikan (ilaah) maupun yang ditetapkan (Allah). Dengan 'ilmu
(mengetahui) bisa menangkal kebodohan. Firman Allah, "Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tiada ilaah kecuali
Allah" [47:19]. Liha juga
[43:86, 3:18].
2. AL-Yaqin
Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus
yakin terhadap pengertian di dalamnya dengan keyakinan yang sepenuhnya. Sebab
keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan prasangka [49:15]. Adanya
keyakinan dapat menangka1 keraguan. Rasulullah SAW bersabda: “Saya bersaaksi bahwa tidak ada ilah selain
Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Dengan dua kesaksian ini dan
tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba tidak akan bertemu Allah
kecuali ia masuk surga” (HR Muslim dari Abu Hurairah ra.)
3. Al-Qabuul
Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini
dari hati dan usannya secara bulat. Allah mengisahkan kabar masa lampau tentang
keselamatan bagi orang yang menerima Laa ilaha Illallah dan siksaan bagi orang
yang menolak [43:23-25, 10:103, 37:35-36]. Penerimaan dapat menangkal
pembangkangan.
4. Al-Inqiyaad
Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang
ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat rada
kalimat ini [39:54, 4:125, 31:22]. Ketundukkan dapat menangkal penolakan. "Tidak beriman di antara kamu sehingga
menjadikan kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa." (Hadits hasan
shahih al-arbain an-Nawawiyah, hadits no.41)
5.Ash-Shidqu
Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari
sanubarinya dengan jujur dan benar. Adanya kejujuran dapat menafikan kedustaan
dan kemunafikan. Apa yang diucapkan sudah harus dibenarkan dengan hatinya
[2:8-10, 29:1-3]. "Tidaklah
seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
hamba dan rasulnya dengan sebenarnya dari hati, melainkan Allah mengharamkan
neraka baginya." [HR Bukhari dari Muadz bin Jabal]
6. Al-Ikhlas
Memurnikan amalan dengan niat yang baik dan benar.
Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk syirik [39:3,
98:5]. "Orang yang paling berbahagia
dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara mumi
dari hatinya." [HR Bukhari] "Sesungguhnya
Allah mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan laa ilaaha Illallah,
yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan wajah Allah Azza wa
Jalla." [HR Muslim]
7. Al-Mahabbah
Ucaran laa
ilaha Illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan segenap rasa cinta
(mahabbah) dalam mengamalkannya. AL-Mahabbah merupakan unsur yang sangat
penting, karena untuk menegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan
lahir dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak dapat
dipisahkan [2:165, 5:54]. Kecintaan dapat menafikan kebencian.
"Tiga perkara
barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan mendapatkan kenikmatan dan
manisnya iman, atau menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada semua
cintanya selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak
mencintainya melainkan karena, Allah; dan menolak kembali kepada kekufuran
setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak
untuk dilemparkan ke dalam api neraka.” [HR Bukhari]
REFERENSI
·
Muhammad bin Sa'id
bin Saum AL-Qahthany, Loyalitas Muslim
Terhadap Islam, Ramadhani.
·
Muhammad bin Sa'id
bin Saum AL-Qahthany, Muh. Bin Abdul Wahhab dan Muhammad Qutb, Memeurnikan La Ilaha Illallah, GIP
·
Dr. Ibrahim
Muhammad Abdullah al-Buraikan, Pengantar
Studi Aqidah Islam, Litbang Pusat Studi Islam al-Manar
SYUKUR
NIKMAT
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
makna syukur rukmat secara bahasu maupun istilah Peserta memahami pentingnya syukur nikmat
F
Peserta mengetahui
cara bersyukur
F
Peserta mengetahui
hal-hal yang dapat mengubah nikmat menjadi naqmah (siksaan)
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Makna Syukur Nikmat
Syukur secara bahasa adalah berterima kasih. Menurut
istilah syukur adalah memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan
sesuatu yang telah diberikan kepada kita berupa perbuatan ma'ruf, dalam
pengertian tunduk dan berserah diri kepadaNya.
Pentingnya Syukur Nikmat
·
Syukur adalah
wasiat perlamu yang disampaikan Allah SWT kepada manusia. Setelah manusia mampu
berpikir, Allah memerintahkannya untuk bersyukur kepadanya dan kepada kedua
orang tuanya [31:14 ; 2:172 ; 17:3 ; 27:19].
·
Allah memberiknn
pujian kepada hambaNya yang tidak pernah lalai dalam mensyukuri nikmatNya [6:53
; 3:145].
·
Akan menambah kuatnya
iman dan kenikmatan [14:7].
·
Allah tidak nkan
menyiksa orang-orang mukmin yang senantiasa bersyukur [4:147].
·
Allah tidak menyukai
orang yang mensyukuri nikmat dan mencla orang-orang yang tidak mensyukuri
nikmat [2:152; 100:6 ; 76:3,4]. “Hendaklah
tiap orang dari kalian berhati yang bersyukur dan lisan yang mengingat (HR
Turmudzi dan Ibnu Majah). Sesungguhnya Allah ridho kepada seorang hamba yang
setiap makan dan minumnya memuji Allah ( atas karunia yang diberikan Allah
kepdanya).
Cara Bersyukur
1.
Syukur yang
dilakukan dengan hati (Syukur Qolby)
Yaitu mengakui nikmat-nikmat Allah dan mencintaiNya. “Mengingat kenikmatan akan berpengaruh
(membekas) pada kecintaannya kepada Allah Azza wa jalla”. (HR Abu Sulaimun
Al-Wasithiy).
2.
Syukur yang dilakukan
oleh lisan (Syukru Lisan),
Yaitu memuji kepadaNya dan atas anugerah yang
dilimpahkanNya [93:11]. Selain itu mempunyai kesadaran untuk menyatakan bahwa
nikmat itu datang hanya dari sisi Allah [16:53].
3.
Syukur yang
dilakukan oleh anggota badan (Syukru Jawarih),
Yaitu dengan menggunakan anggota tubuh/melakukan
aktivitas dalam rangka tunduk kepadanya dan ditujukan hanya untuk memperoleh
keridhoanNya. Juga dengan meniahalkan segala bentak kemaksiatan serta
mempersembahkan dan menundukkan kenikmatan yang dilimpahkan Allah untuk
menaatiNya dan memperoleh keridhoanNya. Bersyukur kepada Allah harus tercermin
dalan hati, urusan dan anggota tubuh, karena dengan hati itulah kita merasakan,
mengetahui, menyambut, dan membicarakan nikmat-nikmat Allah.
Nikmat bisa berubah menjadi Naqmah (siksaan)
Nikmat bisa menjadi naqmah karena berbagai perkara,
antara lain;
1.
Jika kita melakukan
kemaksiatan dan berbuat dosa, yaitu membalas nikmt Allah dengan hal-hal yang
dimurkaiNya [30:41 ; 4:79J.
2.
"Seorang hamba pada hari kiamat tiada melangkahkan
kedua kakinya, sehingga ditanyakan kepadanya empat perkara, yaitu tentang
umurnya, dihabiskannya untuk apa, tentang ilmunya, diamalkan untuk apa, tentang
hartanya, dari mana diperolehnya dan untuk kepentiugan apa dihabiskan, serta
masa muda dihabiskan untuk apa" (HR.Turmudzi)
3.
Meyakini bahwa yang
dimilikinya bukan dari Allah tapi atas usahanya sendiri atau dari selain Allah
[28:78; 16:53-54, 84]
4.
Sikap sombong,
merasa diri lebih mampu dari orung lain sehingga ia mencela orang lain dan
membangga-banggakan apa yang dimilikinya, baik harta, sawah ladang, ilmu, atau
kedudukan [104:1-3].
5.
Tidak menunaikan
hak-hak Allah.
6.
Bila kita memiliki
ilmu walaupun sedikit, hendaklah tetap kita ajarkan kepada orang lain. Bila
kita mempunyai harta walaupun sedikit, hendaknya kita infakkan, karena dalam
harta itu ada hak-hak orang lain [70:24-25J ,
REFERENSI
Ruyyal Al-Haqil, Mensyukuri
Nikmat Allah, GIP
MA'IYYATULLAH
TUJUAN
F
Peserta memahami
pengertian ma’iyyatullah
F
Peserta mengetahui
pembagian ma’iyyatullah beserta bukti-buktinya
F
Peserta termotivasi
untuk menimbulkan kebersamaannya dengan Allah.
METODE
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian
Ma’iyyatullah berarti kebersamaan Allah. Allah selalu
bersama dan mengawasi makhlukNya. Ma’iyyatullah terbagi atas 2 macam :
1.
Ma’iyyatullah Umum
Yaitu kebersamaan Allah yang meliputi seluruh makhlukNya,
baik manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan, muslim maupun kafir.
Kebersamaan Allah serta umum itu dapat dibuktikan dengan adanya:
- Fenomena Petunjuk
Seluruh makh1uk ciptaan Allah, dari atom yang terkecil
sampai benda yana paling besar, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhnn, semua mendapat
petunjuk dari Allah dalam menjalani hidupnya. Allah selalu bersama makhlukNya,
ketika memberi pelunjuk poda bayi untuk menyusu padu ibunya, kepada anak ayam
untuk mematuk ketika akan keluar dari telurnya, ketika ayam betina
membolak-balikkan telur yang sedang dieraminya, juga ketika Allah memberi
petunjuk akar tumbuhan untuk menyerap sari makanan dari dalam tanah.
- Fenomena Pengabulan Do'a
Seluruh manusia, baik beriman muupun kafir, pernah
mengalami langsung fenomena ini. Ketika seseorang mengalami kondisi kritis
daldam fase kehidupannya, yaitu ketika ia menerima musibah yang membuat hatinya
hancur, putus harapan, dengan serta merta ia memohon kepada Allah dengan penuh
harap dan cemas mengharapkan pertolonganNya, ketika itu pula Allah mengabulkan
doanya dan tiba-tiba musibah itu hilang [10:12; 17:67; 6:47]. Fenomena ini
merupakan bukti kebersamaan Allah dengan manusia pada umumnya. Mrupakan
sunnatullah bahwa Dia harus mengabulkan do’a orang yang terjepit, jika Dia
berkehendak, walaupun orang tersebut orang kafir selama ia selalu berdoa
kepadaNya [27:62 ; 6:63-64].
2.
Mu'iyyatullah
Khusus
Artinya kebersamaan Allah yang ditujukan khusus untuk
orang-orang yang beriman. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang beriman
adalah berupa :
- Penjagaan dan pemeliharaan Allah
Berkata Abu Abbas Abdullah bin Abbas ra bahwa Rasulullah
SAW bersabda: Jagalah Allah, niscaya Ia akan menjagamu. “Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatkanNya di hadapanmu. Bila engkau
meminta, mintalah kepada Allah. Dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah” (HR. Turmudzi).
- Pertolongan dan kemenangan dari Allah
Salah satu bentuk kebersamaan Allah terhadap kaum mukmin
ialah berupa dukunganNya dalam bentuk pertolongan [47:7] dan pemecahan janjiNya
[2:40].
Hakikat pertolongan dan kemenagan itu sendiri ialah:
a)
Hanya datang dari
sisi Allah
Orang yang dimenangkan Allah tidak mungkin bisa
dikalahkan oleh siapapun dan kapanpun, meskipun seluruh isi bumi bersatu padu
untuk mengalahkannya. Begitu pula sebaliknya [3:160 ; 8:9-10]
b)
Allah hanya
menolong orang yang menolongNya
Siapa yang menolong diinNya maka barulah Allah akan
menolongNya [47:7 ; 22:40].
c)
Pertolongan Allah
dapat berupa kehancuran bagi orang-orang kafir, sebagaimana kehancuran kaum
pendusta para nabi dan rasul.
d)
Kekalahan merupakan
pertolongan yang sebenarnya
Yang kita anggap sebagai kekalahan pada hakikatnya
merupakan pertolongan yang sebenarnya. Kekalahan tersebut dapat berupa
terbunuh, dipenjara, dipenjara atau dianiaya. Bukankah dengan terbunuhnya
seorang mukmin dapat dikatakan bahwa ia teluh memperoleh syahadah di jalan
Allah, seperti yang dicita-citakannya [3:169 ; 36:26-27, 9:52].
e)
Kemenangan kaum
mukmin tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Waktunya terbentang sejak dunua
sampai akhirat, dan tempatnyapun terbentang di seluruh bumi Allah. Jika seorang
mendeita di suatu tempat, di tempat lain dia akan memperoleh kemenangan seperti
yang dialami oleh Rosulullah SAW beserta para sahabatnya (memperoleh kemenangan
ketika hijrah ke madinah).
Karakterisitik orang-orang beriman yang akan mendapatkan
pertolongan Allah adalah :
1.
Menjaga perintah,
batasan dan hak-hak Allah (HR Turmudzi).
2.
Kembali Islam yang
murni seperti ketika Rosulullah SAW memelihara kemurnian Islam.
3.
Selalu bcrdakwah
dan berjihad [29:69 ; 49:15].
4.
Berbuat ihsan
[16:28].
5.
Tabah dan sabar
dalam menghadapi cobaan dan meyakini datangnya pertolongan Allah [2:153].
REFERENSI
·
Aqidah Seorang Muslim, AL-Ummah
·
Al-Umr, Hakikat Pertolongan dan Kemenangan, GIP
·
Dr. Yusuf Qordhowi,
Generasi Mendatang Generasi Yang Menang,
GIP
·
Sa'id Hawwa, Allah, Pustaka Mantiq
·
Majalah Ishlah, No.
56/Th IV 1996, hal. 32
KARAKTERISTIK
IMAN DAN JALANNY A
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
dan memahami pengertian dan karakteristik iman
F
Peserta mengetahui
jalan yang ditempuh dalam menegakkan keimanan
F
Peserta mengetahui
konsekuensi iman
METODE
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian Iman
Berdasarkan HR Ibnu Majah, iman mengandung pengertian “Dibenarkan dalam hati,
dinyatakan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan.” Jadi iman
tidak cukup sebatas pembenaran dan pengucapan tanpu berwujud amal shaleh dari
anggota badan [49:14].
Karakteristik Iman
1.
Kualitas keislaman
seseorang berbeda-beda, memiliki tingkatan-tingkatan sebagaimana pula
kekafiran. Puncak tertinggi keimanan adalah ketakwaan yang dilandasi oleh
mahabbah (kecintaan) yang tinggi pada Allah. Para ulama mendefinisikan takwa dengan “Hendaklah Allah
tidak mekamu berada dalam
larangan-laranganNya dan tidak kehilangan kamu dalam perintah-perintahNya.
Sebagian ulama mendefinisikan takwa dengan mencegah diri dari azzab Allah
dengan membuat amal sholeh dan takut kepada-Nya di kala sepi atau terang-terangan.
Sayyid Qutb berkata dalam "Fi Zhilalil Qur'an” bahwa adalah kepekaan
batin, kelembuatan perasaan, rasa takut terus-menerus selalu waspada dan
selalui hati-hati jangan sampai kena duri jalanan… Jalan kehidupan yang selalu
ditaburi duri-duri godaan dan syahwat, kerakusan dan angan-angan, kekawatiran
dan keraguan, harapan semua atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan,
ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti… dan masih banyak
duri-duri lainnya.
Takwa tebentuk dari peoses pengabdian (ibadah) yang
intens [2:21 ; 2:183]. Takwa merupakan suatu fase kemenangan yang sempurna,
sebagai interaksi antara iman, Islam dan ihsan. Takwa adalah ilmu dan amal,
naluri hati dan etika. Dengan takwa hati menjadi terkondisi untuk selalu berdzikir
pada Allah dan anggota-anggota badan berinteraksi secara seimbang dan harmonis.
Ketakwaan hanya Allah kepada orang-orang yang berserah, beramal dan berbuat
baik [47:17] dalam bentuk petunjuk. Sedangkdan petunjuk berpangkal dari
keimanan kepada Allah SWT. [64:11].
2.
Kondisi keimanan
seseorang tidak selalu stabil, sebagaimana sabda Rasulullah : “Iman itu kadang-kadang naik kadang-kadang
turun, Maka perbaharuilah iman kamu dengan Laa ilaha Illallah”. (HR Ibnu
Islam)
Jalan Menuju Keimanan
Jalan
menuju keimanan tidaklah mudah, senantiasa selalu bertentangan dengan hawa
nafsu manusia, mendaki lagi sukar [90:10-11]. Rasulullah menggambarkan “Surga itu dikelilingi oleh berbagai hal
yang tidak disukai, sedangkn neraka dikelilingi berbagai hal yang tidak
menyenangkan” (HR MusIim)
Untuk
mempertahankan kondisi keimanan dalam rangka mencapai kelakwaan diperlukan
istiqomah dan kesungguhan hati (mujahadah) [29:69 ; 9:20].
Dengun
tabiat jalan keimanan yang demikian, banyak orang tidak sanggup beristiqomah dalam
mempertahankan keimanannya karena mementingkan hawa nafsunya sehingga
terjerumus dalam kemusyrikan atau hal-hal yang dapat merusak keimanan.
Karena itu, bukan hal yang mustahil jika seseorang yang
beriman pada waktu kemarin, hari ini dapat tergelincir dalam kekafiran.
Keimanan seseorang tidak dapat dijamin keabadiannya, kecuali jika selalu
dipelihara [5:54].
Konsekuensi Keimanan
Orong
yang beriman akan diuji, karena hal ini merupakan sunatullah untuk membuktikan
benar tidaknya keimanan seseorang [29:2-3]. Bentuk ujian dapat berupa
kesenangun atau kesusahan (2:155-156; 21:35; 39:49; 89:15-19].
Bagi
orang beriman, setiap kesenangun hidup hanya akan meringkatkan rasa syukurnya
ke hadirat Allah SWT dan setiap musibah dan cobaan hanya akan meningkatkan kesabaran
dan keimanannya terhadap Allah SWT seperti sabda Rasulullah SAW. “Sungguh menabjubkan perkara orang yang
beriman, Jika ia diberi karunia, ia bersyukur, dan itu kebaikan baginya. Dan
jka ia tertimpa musIbnu, ia sabar dun tawakkal, dan itu(pun) kebaikan baginya”.
Cara mensikapi bentuk-bentuk ujian, lihat QS. 2:156-167, 3:15-17.
REFERENSI
·
Dr. Ali Gharisah, Beriman yang benar, GIP
·
Abdul Majid Aziz
Azzindani, Jalan Menuju Iman
ISLAM:
KEMARIN, KINI, DAN ESOK
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
keberadaan/posisi dirinya dalam peta perkembangan Islam
F
Peserta mempunyai
sikap optimis bahwa masa depan pasti di tangan Islam
F
Peserta mengetahui
faktor-faktor yang mendukung kebangkitan Islam
METODE
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Islam adalah ajaran/risa1ah yang Allah turunkan melalui
RasulNya sebagai diin yang paling sempurna bagi semesta alam [5:3]. Allah telah
memenangkan Islam atas ajaran-ajaran yang lain, kemenangun itu semuanya miIik
Islam sebagaimana telah Allah janjikan [37:173].
Sebagai umat Islam kita harus tetap optimis, bahwa janji
Allah itu akan datang, membangkitkan dan memenangkan Islam walau mungkin
membutuhkan waktu yang panjang. Optimisme yang dibutuhkan tentunya tidak lantas
melahirkan kepastian, akan tetapi hurus diiringi dengun upaya dan usaha yang
dilandasi oleh iman. Dengan kata lain iman dan amal sholeh adalah dua kata
kunci untuk meraih dan mempertahankan kemenangan Islam
Kondisi Kemarin
Islam telah mengalami puncak kegemilangan dari masa
Rosulullah SAW hingga masa-masa kekhalifahan, yang sampai kini belum lagi
terulang. Sebaik-baik umatku adalah pada abadku ini kemudian yang sesudahnya
dan yang sesudahnya. Kemudian sesudah mereka muncul suatu kaum yang memberi
kesaksian tetapi tidak bisa dipercaya kesaksiannya. Mereka khianat dan tidak
bisa diamanati Mereka bernazar (berjanji) tetapi tidak dapat menepatinya dan
mereka tampak gemuk-gemuk.” (HR At-Tirmidzi). Islam adalah pusat peradaban
dunia, dalam Ilmu dan pendidikan, pemerintihan dan keadilan, akhlak dan
keagungun. Semua Ini terjadi ketika umat berjalan bersama Islam. Tetapi ketika
Islam sudah mulai ditinggalkan oleh manusia, yang terjadi adalah potret
kehidupan manusia di masa kini.
Kondisi Kini
Bunyak hal yang dapat digambarkan tentang umat Islam di
masa sekrang, yang selalu didirikan salam keadaan yang tidak berdaya. Dalam
sebuah hadist dikatakan : ”Akan daang
suatu masa, dimana kalian seperti makanan yang diperebutkan. Sahabat bertanya :
“Apakah jumlah kita pada masa itu sedikit, ya Rasulullah ? Rasulullah menjawab
: Tidak, melainkan jumlah kalian banyak,
tetapi kalian laksana buih di lautan” (banyak tapi tidak berdaya). Misalnya
saja dengan potret umat di belahan dunia ketiga yang diwarnai kemiskinan dan
kebodohan sementara itu penindasan dan penganiayaan terus dialami oleh sebagian
yang lain (misalnya Bosnia, Palestina, Chechnya, Sudan, Kasmir, dll.).
Esok
Masalah kebangkitan Islam kini menjadi tema menarik, yang
kerap dibicarakan. karena kebangkitan itu sesuatu yang sudah dinyatakan oleh
Rasu1uuah SAW. “Kenabian ini akan berjalan di tengah-tengah kamu sampai
masa yang dikehendaki oleh Allah, kemudian diangkatNya kapan Ia kehendaki.
Kemudian akan menyusul masa khilafah yang akan berdiri di atas manhaj nubuwah
(sistim pemerintahan yang masih seperti di jaman Rasulullah), pemerintahan yang
masih resmi tersebut berpegang teguh kepada Islam, yang demikian itu sampai
masa yang dikehendaki Allah, kemudian diangkatNya jika Ia kehendaki. Kemudian
setelah masa tersebut ada raja yang zaum (diktator) sampai masa yang
dikehendaki Allah, kemudian diangkatNya sampai masa yang dikehendaki. Kemudian
muncul khilafah yang berdiri di atas manhaj nubwah.” Kemudian Rasulullah SAW
diam. Disebutkan oleh Huzifah, marfu' dan diriwayatkan oleh Al-Iraqi dari jalan
Ahmad, ia berkata: Ini hadits shahih.
Optimisme tersebut semakin besar ketika tanda-tanda
kebangkitan itu sendiri mulai tampak tampak, misalnya:
·
Adanya kesaaran
kaum muslimin untuk kembali kepada Islam
·
Tersebar dan
semakin banyak buku-buku dan kaset Islam
·
Islamic Centre dan
organisasi Islam mulai bermunculan
·
Maraknya mesjid
dengan aktivitas keislamannya
·
Semangat jihad
sudah mulai berkobar di berbagai negeri
Faktor-faktor Kebangkitan
Islam
·
Janji Allah SWT
dalam Al-Qur'an dan Hadist [5:54;
9:32-33; 58:21; 10:37 ; 15:9]. “Agama ini
akan sampai sejauh sampainya malam dan siang dan tidak ada rumah di penjuru
bumi ini kecuali Allah masukkan agama ini ke dalamnya dengan memuliakan yang
mulia dan menghinakan yang hina, suatu kemuliaan dimana Allah memuliakan Islam
dan menghinakan (merendahkan) kekafiran selai Islam dengan.” (HR Ahmad)
·
Islam sebagai din
yang sesuai dengan fitrah manusia (mempunyai konsep tauhid yang lurus dan benar
[17:44 ; 20:124 ; 30:30 ; 40:51]. Islam memperhatikan keseimbangan antara
jazad, akal dan ruh. Mengabaikan satu unsur dari ketiga unsur tersebut berarti
mengabaikan masalah itu sendiri yang berakibat pada kehancuran perabadan
manusia, seperti yang terjadi pada peradaban Barat dari zaman dulu sampai
sekarang.
·
Kcungguhan yang
dimiliki ajaran Islam yang syamil
(meliputi seluruh konsep dan nilai
kehidupan ) dan shahih.
·
Memiliki SDM yang
banyak (1/5 penduduk dunia adalah muslim)
·
Sumber daya alam
potensial kebanyakan terdapat di negara-negara Islam
·
Ideologi lain yang
sudah mulai runtuh.
REFERENSI
·
Hasan Al-Banna, Dakwah Islam, Kemarin Kini dan Esok
·
Dr. Abdullah
'Azzam, Islam dan Masa Depan Ummat
Manusia, Bayan Press
KEWAJIBAN
BERDAKWAH
TUJUAN
F
Peserta memahami
makna dakwah baik secara bahasa muupun istilah
F
Peserta mengetahui
keutamaan dan pentingnya dakwah
F
Peserta mengetahui
faktor pendukung keberhasilan dakwah
METODE
Ceramah dan Diskusi.
RINCIAN BAHASAN
Pengertian Dakwah
Secara
bahasa dakwah artinya adalah undangan atau ajakan. Secara istilah artinya
adalah mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan bantahan (argumentasi)
dengan cara yang baik sampai manusia itu keluar dari kegelapan jahiliyyah
kepada cahaya Islam (kehidupan Islami), mengkafirkan thoghut dan beriman kepada
Allah semuta [16:125; 2:256]
·
Tujuan dakwah
Tujuan akhir dari dakwah adalah mengembalikan manusia
agar menyembah Allah semata.
·
Objek dakwah
Objek dukwah adalah seluruh umat manusia.
·
Metode dakwah
Metode yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah SAW
adalah dengan menggunakan hikmah dan pelajarann yang baik. Hikmah adalah perkataan
yang tepat, ttgas, dan benar, yang dapat membedakan antara yang haq dan yang
bathil. Aspek tepat dalam hal ini berkaitan dengan penggunaan kabar gembira
(basyiron) dan kubar peringatan (nadziroh). Yang dimaksud dengan pelajaran yang
baik dulam dakwah adalah berdakwah dengan seluruh kepribaian juru dakwah. Dalam
hal ini seorang da’i harus memiliki akhlak yang kokoh dan harus menjadi suri
tauladan bagi masyarakatnya.
·
Target dakwah:
-
Agar manusia
mengingkari thogut (ilah selain Allah) dan beriman kepda Allah
-
Agar manusia keluar
dari kegelapan jahiliyyah kebodohan terhadap Allah dan Islam) menuju cahaya
Islam.
Keutamaan Dakwah
·
Merupakan
perbuatan/perkataan yang terabik [41:33 ; 33:45-46]
·
Merpakan salah satu
jalan menuju kebaikan. Dari Abu Hurairah ra, Rusulullah SAW bersabda,”Barang siapa menyurah kepada petunjuk, maka
ia mendapatkan pahala orang yang
mengikutinya tanpa berkurang seikitpun dari pahala mereka.” (HR Muslim)
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Ali ra : "Demi Allah jika Allah memberi petunjuk
kepada satu orang melalui kamu itu lebih baik daripada unta merah." (HR Muttafaqun 'alaih)
Pentingnya Dakwah
·
Merupakan
kebutuhan yang mendesak, karena tanpa dakwah manusia akan rusak dan tanpa
aturan. Di lain pihak banyak penyeru/pengajak ke arah kebatilan jang tidak
henti-hentinya jugu berdakwah untuk kebatilan.
·
Merupakan kebutuhan
sosial, yaitu dengan alasan:
-
Karena
manusia membutuhkan orang yang menjelaska kepada mereka apa-apa yang
diperintahkan oleh Allah [36:6; 17:15].
-
Karena kondisi
kehidupan umat saat ini diwarnai oleh kerusakan-kerusakan moral, dan para pelakunya ingin agar
kerusakan-keruakan tersebut tersebar di masyarakat [4:89; 9:67].
·
Kewajiban yang
dituntut syar'i.
-
Da'wah adalah wajib
atas setiap muslim [3:104,110 ; 9:71]. Dari Amad Nu’man nin Basyir r.a., ia
berucap bahwa Nabi SAW bersabda: "Perumpamaan
orang yaug senantiasa melaksanakan hukum Allah dan orang yang terperosok di
dalamnya adaldah laksana orang-orang membagi tempat daldam suatu bahtera,
dimana ada bagian yang duduk di atasnya, ada pula yang duduk di bawahnya.
Ketika orang-rang yang ada di bagian memerlukan air, tentu mereka harus
melintasi orang-rang yang ada di bagian atas. Kemudian mereka berkata,“Kami
akan lubangi saja bagian bawah itu.” Jika mereka (orang-orang yang ada di
bagian atas) membiarkan apa yang diinginkan oleh orang-orang yang ada di bawah
niscaya akan binasalah semua. Namun bila
mereka menegah perbuatan mereka, maka akan selamat dan selamatlah semua " (HR Imam Bukhari da Tirmidzi)
-
Dari Abu Sa'id al
Khudri ra, ia berucap, Kudengar Rosulullah SAW bersabda, “Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran ubahlah dengan
tangannya. Jika tidak mampu ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu juga,
maka ubahlah dengan hatinya. Dan yang demikian itu selemah-lemahnya iman.” (HR Imam Muslim, Tirmidzi dan Ibnu
Majah).
·
Adanya ancaman bagi
yang tidak berdakwah, lihat QS 2:174; 3:187; 14:44
·
Merupakan tugas
kita untuk meneruskan misi perjuangan
para nabi dan rasul [42:13]
Dakwah
merupakan aktivitas yang mulia dan luhur, tetapi juga merupakan kewajiban yang
berat. Agar dakwah ini berhasil ia membutuhkan pribadi yang tangguh untuk
memikulnya. Untuk itu dibutuhkan faktor-faktor pendukung keberhasilan dakwah
yaitu sebagai berikut :
1.
Al- Fahmu Ad-Daqiq
(Pemahaman yang rinci)
2.
Al- Imam Al-'Amiiq
(Keimanan yang dalam)
3.
Al- Hubb Al-Watsiiq
(Kecintaan yang kokoh)
4.
Al- Wahyu Al-Kaamil
(Kesadaran yang sempurna)
5.
Al-'Amal
Al-Mutawashil (Kerja yang kontinyu)
REFERENSI
Dr. Fadhl Ilahy, Menggugah
Semangat Berdakwah, Khazanah Ilmu
Jum'ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Da'wah, Citra Islami Press
Panduan Aktivis
Harokah, Pustaka Al-Ummah
ILMU DAN URGENSINYA
TUJUAN
F
Peserta memahami
perhatian Islum terhadap ilmu
F
Peserta mengetahui
aspek-aspek ilmu dalam pandangan rslam
F
Peserta memahami
keutamaan ilmu dan orang-orang yang.berilmu
F
Peserta mengetahui
pengaruh ilmu terhadap iman dan tingkah laku
F
Peserta memahami
perintah mencuri ilmu dalam Islam dan hak-hak ilmu utas pemiliknya
METODE PENDEKATAN
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Perhatian Islam Terhadap Ilmu
Manusia
tidak pernah menemukan agama yang sangat memperhatikan keilmuan dengun sempurna
selain Islam. Islam selalu menyeru dan memotivasi penekunan ilmu pengetahuan,
mengajak umatnya untuk menuntut, mempelajari, mengamalkan, dan sekaligus
mengajarkan ilmu. Islam menjelaskan keutamaan menuntut ilmu dun etikanya serta
menegur orang yang tidak memperdulikannya. Islam juga sangat menghormati dan
menghargai ahlul ‘lmi dan menganjurkan umatnya untuk dekat dengan mereka.
Dalam kamus yang memuat kosa kata Al-Qur’an, dinyatakan
bahwa kata ‘ilm (ilmu) disebutkan sebanyak 80 kali, dan kata-kata yang
terbentuk dari kata-kata tersebut ( seperti a’lamu, ya’lamuna dst ) disebutkan
beratus-ratus kali. Selain itu jika kita teliti buku-buku hadist An-Nabawi akan
kita temukan di dalamnya judul-judul dan masalah-masalah tentang ilmu.
Aspek-aspek ilmu dalam
pandangan Islam
Ilmu
dalam pandangan Islam mencakup beberapa aspek kehidupan termasuk aspek-aspek
ilmu dalam pengertian barat sekarang.
1.
Aspek wahyu Ilahi
Ilmu yang datangnya
melalui wahyu Allah SWT. Ilmu ini mencakup hakikat alamiah manusia dan menjawab
setiap pertanyaan abadi yang tak pernah hilang pada diri manusia, yaitu : dari
mana. Ke mana dan mengapa? Dengan adanya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
tersebut manusia akan mengetahui asalnya, arah perjalanan yang harus ditempuh
dan tujuan hidupnya. Ia akan mengetahui dirinya
dan Tuhannya serta akan tenang menuju tujuan hidupnya. Aspek inilah yang
pertama kali disebut’ilmu’ bahkan disebut ilmu yang paling tinggi oleh Imam
Ibnu Abdil Barr.
2.
Aspek Humaniora (Manusia) dan kajian-kajian yang berkaitan dengannya
Ilmu yang membahas
tentang segi-segi kehidupan manusia yang berhubungan dengan tempat tinggal dan
waktu. Ilmu ini mengkaji manusia sebagai individu ataupun anggota masyarakat
dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya.
3.
Aspek material
Yaitu ilmu-ilmu yang mengkaji berbagai materi yang
bertebaran di seluruh jagat raya ini, baik di udara, darat, maupun di dalam
bumi seperti fisika, kima, biologi, astronomi, dsb.
Pengertian
Islam tentang ilmu tidak terbatas pada aspek terakhir yang menganggap materi
sebagai obyek seperti yang dipahami oleh dunia barat pada ummnya sekarang.
Selain itu Islam menganggap aspek material akan melahirkan keimanan bagi yang
mendalaminya [3:190-191]
Keutamaan Ilmu dan Orang-orang
yang Berilmu
AL-
Quran adalah kitab yang terbesar yang mengangkat derajat ulul 'ilmi dan
orang-orang yang berilmu, memuji kedudukan orang-orang yang diberi ilmu.
Sebagaimana Alloh menjelaskan bahwa Ia menurunkan kitabNya dan merinci
ayat-ayatNya bagi orang-orang yang mengetahui.
Dalam QS 3:18 Allah memulai pernyataan dari diriNya,
memuji para MalaikatNya dan orang yang diberi ilmu. Allah meminta kesaksian
mereka atas permasalahan kehidupan yang paling besar, yaitu masalah keesaan.
Allah Swt dalam Al-Qur'an menjelaskan tentang keutamaan
orang-orang yang berilmu:
·
39:9 Peniadaan
persamaan antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui.
·
35:19-22 Kebodohan
sejajar dengan buta, ilmu sejajar dengan melihat, hingga bodoh adalah kematian
dan ilmu adalah kahidupan.
·
35:28 Ulama (orang
yang mengetahui tentang kebesaran dan kekuasaa Allah) kian berilmu kian takut
kepada Allah.
Pengaruh ilmu terhadap Iman
dan Tingkah Laku
1.
Ilmu memberi
petunjuk kepada iman
Ilmu dan iman berjalan beriringan dalam Islam [30-36;
58:11], bahkan Al-qur’an menyertakan iman kepada ilmu seseorang mengetahui lalu
beriman. Dengan kata lain tidak ada iman sebelum ada ilmu (22:54; 34:6)
2.
Ilmu adalah penuntun
amal
Ilmulah yang
menuntun, menunjuki, dan membimbing seseorang kepada amal [47:19]. Ayat ini
dimulai ilmu tentang tauhid lalu disusul dengan permohonan ampun yang merupakan
amal. Ilmu juga merupakan timbangan/penentu daldam penerimaan atau penolakan
amal. Amal yang sesuai dengan ilmu adalah amal yang diterima, sedangkan amal
yang bertentangan dengan ilmu adalah amal yang tertolak [5:27). Maksud ayat ini
adalah Allah hanya menerima amal seseorang yang bertakwa kepadaNya. Jadi amal
tersebut harus dilakukan karena keridhoanNya dan sesuai dengan perintaNya. Hal
ini hanya bisa dicapai dengan ilmu.
Untuk dapat
berakhlak baikpun salah satunya harus dicapai dengan ilmu. Imam Ghazali
berkata: "Muqadimah agama dan berahlak dengan akhlak para nabi tercapai jika
diramu dengan 3 dimensi yang tersusun rapi, yaitu: ilmu, perilaku dan
amal" (ilmu mewariskan perilaku, perilaku mendorong amal).
3.
Kelebihan ilmu dari
ibadah
Dalam hadits Huzaifah dan Sa'ad, Rosulullah SAW bersabda
: “kelebihan ilmu lebih kusukai dari pada
kelebihan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah al-wara’. Ilmu
dilebihkan atas ibadah sebab manfaat ilmu tidak terbatas pada pemiliknya
melainkan juga untuk orang lain. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam al-Miftah
menyebutkan diantara “Ilmu menunjukkan kepada
pemiliknya amal-amal yang utama di sisi Allah”
Perintah Mencari Ilmu
Allah
menciptakan manusia dalam keadaan vukum duri ilmu. Lalu Ia memberinya perongkat
ilmu guna menggali ilmu dan belajar [16:781. Banyak hadits-hadits yang
menerangkan keutamaan menuntut ilmu:
“Siapa yang
berjalan di jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke
surga” (HR Muslim). Termasuk ui
dalamnya menghapal, menelaah, mengkaji, berjalan menuju majlis ilmu dan
mendatangi ahli ilmu. Dalam hadits lain: “Sesungguhnya para malaikat
meruhdukkan sayap-sayapnya kepada orang yang mecari ilmu kareaa ridha terhadap
apa yang diperbuatnya.
Beberapa adab penting dalam mencari ilmu (hikmah kisah
nabi Musa as dalam menuntut ilmu kepada Nabi Khidir dalam surat Al- Kahfi)
a)
Semangat dalam
mencari ilmu walaupun harus menghadapi kesulitan dan tantangan.
b)
Bersikap baik
terhadapr guru, memuliakan dan menghoramtinya [18:66].
c)
Sabar terhadap guru [18:67-70].
d)
Tidak pernah
kenyang mencari ilmu [20:114].
e)
Diniatkan karena
Allah. Artinya harus dianggap sebagai ibadah dan jihad fisabulillah. “Janganlah kalian mempelajari ilmu agar
kalian bisa saling membanggakan di kalangan orang berilmu sedang kalian tidak
memperdulikan orang-orang yang bodoh dan
tidak membagus-baguskan majelis ilmu itu. Barang siapa berbuat demikian, maka
nerakalah baginya.”
Hak-hak ilmu atas Pemiliknya
1.
Mengerti dan
memahami
2.
Beramal berdasarknn
ilmu yang dimiliki
3.
Mengajarkan ilmu
dan menyebarkannya kepada orang lain
4.
Wajib menjelaskan
dan haram untuk menutup-nutupinya
5.
Berhenti sebatas
kadar ilmu yang dimiliki
REFERENSI
·
Abullaits
As-Samarqandi, Tanbihul Ghofilin
·
Al-Ghazali, et.al, Pembersih Jiwa, Penerbit Pustaka.
·
Al-Ghazali, Kepada Murid-muridku, HI Press.
·
Syaikh Az-Zarnuzy, Ta'limul Muta'alim.
·
Dr. Yusuf Qardhawi,
Menghidupkan Nuansa Rabbaniah dan Ilmiah
Pustaka Al-Kautsar.
·
Dr. Yusuf Qardhawi,
Rosulullah dan Ilmu Eksperimen',
Penerbit Firdaus.
·
Waqfah, Edisi 7 /
Vol I, 1996, hal 6-10
TADABBUR AYAT QS. 48:29
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
sifat-sifat Rasulullah dan para sahabatnya
F
Peserta memahami
landasan akhlak seorang mukmin
METODE
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih, sayang antara sesama mereka;
kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya;
tanda-tanda mereka tampak pada bekas sujud di muka mereka. Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam Taurat. Sedangkan sifat-slfat mereka dalam InjiI ialah
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas jtu menjadikan tanaman
itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan
hati-hati orang kafir (dengan kakuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh di antara mereka
ampunan dan pahalanya yang besar.” [48:29]
A. Sifat-sifat para sahabat Rasul yang digambarkan dalam
Taurat adalah:
1.
Keras dan tegas
terhadap orang kafir dan lemah lembut lerhadap sesama mereka
Ayat ini senada dengan QS. 5:54-56.
A'izzah 'alal kafirin maknanya penuh
gengsi dan prestisi terhadap orang kafir. Merasa bangga dengan keimanan di
dalam dada dan tidak merasa hina atau rendah di hadapan kekufuran, tidak tunduk
kepada kebodohan dan hawa nafsu. Sifat A’izzah dan Asyidda membuat seorang
mu'min memandang kecil kesenangan duniawi yang dimiliki orang-orang kafir
(seperti kisah prajurit Islam, Rib'i bin 'Amir yang mendatangi panglima Persia,
Rustum untuk berunding di Qaddisiya). Saling berkasih sayang sesama mereka.
Kaum mu’min menyadari bahwa mereka bersaudara, karena itu ia menintai sesama
mu’min seperti mencintai dirinya sendiri (HR Muslim). Setiap muslim hendaknya menghias dirinya dengan
sifat-sifat tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap muslim hendaknya memahami bahwa lemah lembut
merupakan sifat Yang Maha Tinggi dan Allah mencintai itu bagi hamba-hambanya
dalam segala urusan. Rosulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya Allah itu maha
Lemah Lembut, mencintai kelemahlembutan dalam segala urusan ( Hadist
Muttafaq’alaih). Daldam hadist lain Rosulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Lemah Lembut, dan
memberi karena kelemahlembutan dan sekali-kali tidak memeberikannya karena
kekasaran apapun atau sejenisnya.” (HR Muslim).
2.
Di wajah mereka
lergambar bekas ketakwaan, kekhusyu'an, dan keikhlasan mereka. Hal ini
dikarenakan orang-orang beriman itu mengerjakan shalat dengan khusyu', tunduk
dan ikhlas mencari pahala dan keridhoan Allah SWT. Yang dimaksud dengan bekas
sujud ialah air muka yang cemerlang, tidak ada gambaran kedengkian dan niat
buruk kepada orang lain, ppenuh ketundukkan dan kepatuhan kepada Allah,
bersikap dan berbudi pekerti yang halus sebagai gambaran keimanan mereka.
C.
Sifat-sifat
shahabat Rasulullah di dalam Injil
Sifat-sifat mereka di dalam Injil ia!ah seperti sebuah
biji yang tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang rindang dan kokoh dalam
waktu yang sangat singkat. Jumlah mereka mula-mula sedikit, kemudian bertambah
dan berkembang dalam waktu yang singkat seperti biji-bijian yang tumbuh,
mengeluarkan batangnya, lalu mereka bercabang dan beranting. Kemudian pohon itu
menjadi besar dan berbuah sehingga menakjubkan orang yang menanamnya karena
kuat dan indahnya dan menambah jengkel hati orang-orang kafir. Demikianlah
agama Islam, Rasulullah dan para pengikutnya pada permulan tumbuh dan
berkembangnya.
D.
Janji Allah untuk
orang-orang beriman
Allah menyediakan
pahala dan syurga bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dari
pengikut Rosulullah SAW baik yang dahulu maupun yang sekarang serta menjanjikan
pengampunan dosa-dosa mereka.
REFERENSI
·
Al-Qur’an dan Tafsirya, Jilid lX, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
·
Abduh Rabbani, Aktivitas Harokah Dambaan Umat, Pustaka
Al-Bayyinah
MUSH'
AB BIN UMAIR
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Mush'ab bin Umair
F
Peserta mengetahui
karakteristik akh1ak dan dakwah Mush'ab bin Umnir
F
Peserta dapat
mengambil hikmah dun mencontoh kelebihan akh1ak Mush'ab bin Umair
METODE
F
Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Sebelum Masuk Islam
Mush'ab
bin Umair lahir dan dibesarkan dalam kesenangan dan kekayaa. Beliau adalah
pemuda Quraisy yang terkemuka dan paling tampan, biasa hidup manja dan mewah
dan menjadi buah bibir gadis-gadis Mekkah. Mush'ab juga pemuda yang cerdas
sehingga memiliki daya pikat tinggi. Kedua orang tuanya sangat cinta kepadanya.
Ibunya tergolong kaya dan selalu memberinya pakaian yang terbagus. Ia orang
yang paling harum di kota Mekkah, karena memakai minyak wangi yang paling
mahal.
Ketika Masuk Islam
Ketika mendengar berita kenabian Muhammad, Mush'ab segera
mendatangi Rasulullah SAW dan menyatakan diri masuk Islam. Ia menyembunyikan
keislamannya dari ibunya dan kaumnya, karena tahu karena mendapat tantangan
dari mereka. Tantangan yang paling keras adalah dari ibundanya sendiri, yaitu
Khunas binti Malik. Ibunya berusaha keras mengembalikan Mush'ab kepada ugamanya
yang lama dengan berbagai cara, dari mulai mengurungnya hingga mengusir Mush'ab
dari rumahnya dan tidak mengakuinya lagi sebagai anaknya. Namun, Mush'ab tetap
tegar dengan keimanannya, walaupun harus dipertaruhkan dengan cinta dan
baktinya terhadap ibunda, yang puling dicintainya. Baginya tidak ada yang harus
didahulukan untuk ditaati, kecuali Allah SWT, Rosul SAW, dan jihad di jalanNya.
Jika ada cinta dan ketaatan lain yang manghalangi/mengalahkan cinta dan
ketaatan pada ketiganya, maka ia harus dikesampingkan.
Setelah Masuk Islam
Setelah
hidup dalam Islam, Mush'ab meninggalkan semua kemewahannya, berganti dengan
pola hidup sederhana. Kini Mush'ab hanya memakai pakaian yang usang lagi penh
tambalan, padahal dulu bagaikan bunga indah lagi harum yang selalu menjadi
pusat perhatian. Terhadap hal ini Rosulullah berkata, ”Dahulu saya melihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam
memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudidan ditinggalkannya semua itu
demi cintanya kepada Allah dan Rosulnya”.
Suatu
saat Mush'ab dipilih Rasulullah untuk melakukan suatu tugas maha penting pada
saat itu. Ia manjadi duta atau utusan rasul ke Madinah untuk mengajarkan seluk
beluk agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat
kepada Rasulullah SAW di bukit 'Aqobah. Di samping itu mengajak orang-orang
lain untuk menganut agama Allah serta mempersiapkan kota Mndinah untuk
menyambut hijrahnya Rasulullah SAW sebagai peristiwa besar. Sebenamya di
kalangan sahabat saat itu masih banyak yang lebih tua, lebih berpengaruh dan
lebih dekat hubungan kekeluargaannya dengan Rasulullah daripada Mush'ab. Tetapi
ternyata Rasulullah SAW menjatuhkan pilihannya kepada Mush'ab yang masih muda
dengan segala kelebihan-kelebihannya sebagai duta yang pertama.
Ketika perang Uhud Mush'ab terpilih menjadi pembawa
bendera dalam peperangan. Peristiwa Mush'ab dalam perang Uhud ini dikisahkan
dalam Ibnu Sa'ad. Berkata Ibnu Sa'ad: "Diceritakan kepuda kami oleh
Ibrahim bin Muhammad bin Syurahbil al-' Abdari dari bapaknya, ia berkata:
"Mush'ab bin Umair adalah pembawa bendera dalam perang Uhud. Tatkala
barisan kaum muslimin pecah, Mush'ab bertahan pada kedudukannya. Datanglah
seorang berkuda, Ibnu Qomaiah namanya, lalu menebus tangannya hingga putus,
sementara Mush’ab mengucapkan: “Muhammud
itu tiada lain seorang rasul, yang sebelumnya tidah didahului oleh beberupa
rasul." Maka dipegangnya bendera
dengun tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun meneebus
tangan kirinya hingga putus pula. Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu
dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil mengucapkan: "Muhamhad itu tiada lain hanyalah seorang
rasul dan sebelumnya tidak didahului oleh beberapa rosul”. Maka orang
berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan memasukkannya hingga
tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh."
Setalah perang Uhud berakhir, Rasulullah SAW beserta para
sahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada
para syuhada. Ketika sampai ke tempat terbunuhnya jazad Mush'ab, becucuranlah
dengan deras air matanya. Berkata Khubbah Ibnu 'Urrat: "Kami hijrah di
jalan Allah bersama Rasulullah SAW dengan mengharap, keridhaannya disisi Allah.
Diantara kami ada yang telah berlalu sebelum menikmati pahalanya di dunia ini
sedikitpun juga. Diantaranya Mush'ab bin Umair yang tewas di perang Uhud. Tak
sehelaipun kain untuk menutupinya selain sehelai burdah. Andaikan ditaruh di
kepalanya terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya
terbuakalah kepalanya. Maka sabda Rosulullah SAW, “Tutuplah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumpur
idzkhir”
Hikmah
·
Kecintaan kepada
Allah, Rasul dan jihad harus ditempatkan sebagai prioritas utama di atas
selainnya [9: 24].
·
Mush'ab adalah
contoh nyata pemuda yang aktif berdakwah dan menggunakan seluruh potensinya
untuk kepentingan Islam.
·
Kita harus
mengambil pelajaran dari sikap Mush'ab bahwa: "Tidak ada ketaatan kepada
makhluk dalam rangka maksiat pada Allah."
REFERENSI
·
Khalid Muhammad
Khalid, Karakteristik Perihidup Enampuluh
Sahabat Rosulullah, CV Dipenogoro.
PERANAN
PEMUDA MENGEMBAN RISALAH
TUJUAN
F
Peserta mengetahui
pentingnya keberadaan pemuda dalam kehiduan
F
Peserta mengetahui
potensi-potensi yang dimiliki pemuda
F
Peserta mcngetahui
peranan pemuda dalam masyarakat
F
Peserta mengetahui
bekal-bekal yang dibutuhkan pemuda dalam menjalani perannya
METODE
F
Ccramah dun Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pentingnyaa Keberadaan Pemuda
dalam Kehidupan
K |
eberadaan
pemuda dalam kehidupan sangat penting, karena mereka potensi untuk mewarnai
perjalanan sejarah umat manusia. Pemuda adalah calon pemimpin masa datang.
Merekalah yang akan merubah umat, menjadi baik dan jaya otau menjadi
sebaliknya. Bila diarahkan secara baik, jiwanya tidak akan ternoda oleh lumpur
kemaksiatan, sebaliknya akan terjaga kebersihannya, suci dalam fitrahnya, jauh
dari unsur kehidupan yang merusak. Kondisi generasi muda merupakan parameter
masa depan suatu bangsa. Apabila kondisi pemudanya baik akan baik pula kondisi
bangsa di masa depan. Begitu pulu sebaliknya.
Potensi-potensi yang dimiliki
Pemuda
Pemuda memiliki idealisme yang tinggi, tidak takut
menanggung resiko akan keyakinan yang dibawanya, gesit dan yang terpenting
adalah memiliki fitrah yang masih bersih [18:13]. Sebagai produk generasi yangj
serba ingin tahu, pemuda selalu ingin menunjukkan kebolehannya dan kemampuannya
dalam meraih cita-cita, meraih izzah, (kemuliaan) dunia dan akhirat, memiliki
semangat dan kemampuan untuk belajar sekaligus mudah menyerap nilai-nilai
kebaikan atau bahkan mudah terpengaruh kejahatan (kemaksiatann).
Karena itulah Allah menganugerahi para pemuda dengan
kekuatan fisik (jasmani) dan ketajaman daya pikir yang jauh lebih unggul
dibanding dengan generasi tua, sebagai generasi yang telah memiliki pengalaman
bertugas mendidik dan membina para pemuda dengan baik. Dari tangan mereka
diharapkan terbina generasi pemuda masa datang yang sholeh. Sebab pemuda sholeh
adalah generasi harapan yang dibutuhkan umat islam, generasi yang senantiasa
menyebarkan syiar Islam dengan da’wah dan jihad fi sabilillah. Generasi masa
depan yang memahami dan meyakini perannya dalam membangun umat di masa datang.
Peranan Pemuda dalam
Masyarakat
Peranan pemuda dalam masyarakat dan bangsa atau dalam
perubahan ummat setidaknya ada empat, yaitu:
·
Generasi Pembaharu
moral masyarakat
·
Generasi Penerus
·
Generasi Pengganti
·
Genersi Pengubah
1.
Pembaharu
Moral Ummat (Tajdiidu ma'nawiyatul Ummah)
Di pundak pemuda terbeban harapan pembaharuan moral
ummat. Mereka akan mampu mengembalikan ummat kepada pemahaman Islam yang benar.
Yaitu Islam yang bersih dari campur tangan manusia dan dari segala kecacatan.
Islam yang universal, menyeluruh, tidak parsial, tidak bercampur bid'ah,
takhyul dan khurafat. Islam yang mereka bawa adalah Islam yang sesuai dengan
hati nurani setiap insan, sesuai dengan akal pikiran, sempurna dalam seluruh
aspek kehidupan. Karenanya, pemuda yang menjadi pembaharu moral ummat memiliki
kriteria sebagaimana yang digambarkan Allah dalam QS 2:249. Dalam ayat itu
dikisahkan bahwa pemuda Thalut
dipilih Allah sebagai pemimpin karena ia memiliki ilmu yang luas dan bijaksana
serta tubuh yang perkasa. Harta, keturunan dan kebangsawanan dalam hal ini
bukan termasuk kriteria.
2.
Generasi Penerus (Ittihaamul Ijyaal)
Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi penerus apabila
ia meneruskan apa yang telah dilakukan pendahulunya. Pada setiap jaman,
generasi penerus selalu terbagi menjadi dua:
- Generasi penerus para nabi [2:132-133]
Yaitu pemuda yang hidup dalam Islam dan berjuang demi
Islam hingga syahid di ja1an Islam. Hal inilah yang diwasiatkan kepada Nabi
Ibrahim, Yaqub, Ismail, Ishaq dan semua nabi Allah.
- Generasi penerus tradisi/adat nenek moyang [2:170]
Pcmuda yang tidak mau mengikuti wahyu Allah karena mereka
berpegang teguh pada ajaran nenek moyang meski mereka tahu nenek moyang mereka
tidak mendapat petunjuk. Mereka mengikuti tradisi nenek moyang dalam beberapa
cara, baik ritual dalam aspek lain dalam kchidupan. Mereka enggan mengikuti
sunah Rasul karena tata cara atau tradisi nenek moyang yang telah mendarah
daging pada diri mereka.
3.
Generasi Pengganti
(Istibdalul Ijyaal)
Setiap pemuda yang soleh akan dapat merealisasikan
kemaslahatan bagi umat sebab peran dan tujuan mereka diharapkan mampu membawa
ke arah kemuliaan, kedamaian dan keadilan. [12:14]. Pemuda dikatakan sebagai
pengganti apabila ia menggantikan cara-cara, adat atau tingkah laku para pendahulunya.
Adapun generasi pengganti ada dua macam:
- Generasi pengganti yang baik [5:54]
Mereka menggantikan para pendahulunya yung murtad. Pemuda
demikian adalah pemuda yang mencintai dan dicintai Allah, berkasih sayang
sesama mu'min. keras terhadap' orang kafir, bersungguh-sungguh (jihad)
fisabilillah dan tidak takut pada celaan orang yang suka mencela atas semua
amalannya (sesuai sunnah Rasulullah-saw).
- Generasi pengganti yang buruk [19:59]
Mereka menggantikan para pendahulunya yang telah diberi
nikmat Allah yakni para nabi, sholihin dan shiddiqin dengan keburukan dan
kesesatan. Pemuda yang demikian adalah pemuda yang menyia-nyiakan sholat dan
memperturutkan hawa nafsunya. Mereka kelak menemui kesesatan.
4.
Generasi / Komponen
Pengubah (Anaasshirul Ijyaal)
- Komponen perubah yang baik [9:71] Pemuda yang beriman yang saling
menolong, amar ma'ruf nahi munkar, mendirikan sholat menunaikan zakat,
taat pada Allah dan Rasul-Nya. Kisah pemuda Ibrahim as [6:78-79]. Iman
yang telah tertanam kuat menumbuhkan keberanian bagi Nabi Ibrahim untuk
mendatangi kaumnya yang sesat (penyembah berhala). Ia punn berjihad dalam
medan da'wah tanpa kenal lelah untuk mengajak kepada ugama Allah. Ia juga
melakukan dia1og terbuka tentang brrbagai fenomena keseharian dengan
uraian yang logis dan rasional. Pada puncaknya nabi Ibrahim menghancurkan
berhala sesembahan kaumnya walau harus mempertaruhkan jiwa raganya. Hal
tersebut ia lakukan demi keridhoan Allah SWT, sebab ia yakin dengan dalil
(hujjah) yang jelas bahwa berhala sesembahan kaumnya adalah sekutu-sekutu
Allah dan merupakan kesesatan yang
besar.
- Komponen Perubah yang buruk [8:73]
Pemuda yang kafir, saling melindungi dalam hal membuat
kekacauan dan kerusakan di bumi [45:19].
Setelah
memahami betapa pentingnya pernan pemuda ddalam menentukan warna dunia maka
bagi pemuda-pemuda yang beriman yang merasa harus memikul amanah Allah sebagai
khalifah di bumi-Nya harus mempersiapkan bekal. Bekal itu untuk mengarungi
sumudra kehidupan, meniti kesuksesan dan kebahagian baik di dunia dan di akhirat.
Bekal-bekal yang dibutuhkan
pemuda dalam menjalani perannya
Adapun bekal-bekal yang diperlukan pemuda yang beriman
dalam menjalani perannya adalah sbb:
1.
Pendidikan yang
suci (At-Tarbiyatul fithriyah)
Tarbiyah yang didasarkan titah Allah tanpa memandang yang
lainnya. Tarbiyah yang sesuai dengan sunnah Nabi SAW [2:129, 3:32-33].
Tarbiyah Islamiyah merupakan bekal pertama yang harus
dimiliki o1eh setiap pemuda Islam untuk komitmen kepada Din Islam. Karenanya
dia harus melibatkan diri dalam aktifitas tarbiyah Islamiyah yang suci secara
sungguh dan berkesinambungan. Ghayah/tujuan akhirnya hany kepada Allah semata
[98:5]
Banyak pemuda Islam
yang awam terhadap dienul Islam, sebab mereka tak mempelajari Islam dengan
sungguh-sungguh dan benar. Sehingga pemahaman Islamnya sangat dangkal. Bahkan
pemahaman yang dangkal itu pun sering kali menyimpang dikarenakan bersumber
dari referensi yang tidak tepat, seperti buku-buku karya orientalis atau karya
penulis yang kurang memahami Islam sehirgga justru merancukan pengertian
tentang Islam. Bukan dari A1-Qur' an dan As-Sunnah.
2.
Hikmah dan Ilmu
Pengetahuan (Al-Hikmah wal Ma'rifah)
Hikmah berarti mengetahui yang benar. Pengetahuan tentang
rahasia atau faedah sesuatu yang mana pengetahuan itu memberi manfaat. Hikmah
hanya diberikan kepada orang-orang yang berbuat baik. [12:22]
Hikmah
·
Berilmu
·
Adil
·
Bijaksana
·
Lemah lembut
·
Figur Nabi saw (AQ
& AS)
Barang siapa yang bekerja tanpa dilandasi suatu ilmu nwka dia akan banyak
berbuat kerusakan daripada perbaikan" [Umar bin Abdul Aziz]
Ma’rifah
·
Mengenal Allah dan
memenuhi hak-hak-Nya
·
Mengenal yang haq
dan yang bathil
3.
Pribadi
Pemimpin (Asy-Syakhshiyatul Qiyaadah)
Seorang pemuda mu'min harus berkepribadian pemimpin
sebagaimana yang diungkapkan Rasulullah SAW, “Setiap kamu adalah pemimpi, dan
setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban ...”. Minimal ia menjadi
pemimpin bagi dirinya sendiri. Seorang pemimpin haruslah memiliki karakter:
·
Menjadi figur yang
baik
·
Ilmu
·
Akhlak yang lurus
dan terpuji
·
Bijaksana
·
Adil
·
Berani menanggung
resiko kala menegakkan kebenaran
·
Bertanggung jawab
·
Terpercaya/jujur
·
Berpandangan baik
dalam segala hal/optimis
·
Cepat tanggap dalam
menghadapi berbagai situasi
·
Timbang rasa / tepo
seliro
·
Mengenal kemampuan
diri dan anggotanya
·
Sehat dan kuat
jasmaninya
Sikap mereka
terhadap aturan Allah dan Rasu1Nya seperti sikap seorang perwira kepada
panglimanya dan kondisinya seperti kondisi prajurit di barak-barak militer
selalu siap dan waspada [32:24]
4.
Pribadi prajurit (Asy-Syakhsiyatul Jundiyah)
Seorang pemuda hendaknya berkepribadian prajurit, yang
mengatakan “Sami'na wa atha'na”
ketika mendengar seruan atau perintah Allah dan Rasul-Nya. Ia tidak
memikirkannya dahulu kalau ia yakin bahwa apa-apa yang datangnya dari Allah
ada1ah haq (kebenaran yang pasti)
[33:36, 2:285]. Mereka hanya bertawakkal menyerahkan hasil usahanya
kepada Allah saja & berusaha sepenuh tenaga melakukan sebab kemudian
memasrahkan hasil hanya kepada Allah saja.
REFERENSI
·
Dr. Sholih
Al-Fauzan, Dr. Shakir. Ali Salim, Pemuda Islam, Di Seputar Persoalan yang Meughadangnya, Risalah Gusti
·
Dr. Yusuf Qordhowi,
Generasi Mendatang Generasi yang Menang,
GIP
·
Al-Qur'an dan Tafsimya, Universitas Islam Indonesia, Jilid 5, Yogyakarta
DAFTAR ISI
1. TAWAZUN
Makna dan Hakikat
Contoh-contoh Manusia yang tidak Tawazun
2. IHLASUNNIYAH
Makna Ikhlasunniyah
Pentingnya Ikhlasunniyah
Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang Ikhlas
3. AQIDAH ISLAMIYAH
Makna Aqidah
Hubungan Aqidah Islam dengan Keimanan kepada Allah
Jenis Tauhid
4. MAKANA
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
Makna Bismillah
Makna Ar-Rahman
Makna Ar-Rahiim
5. MAKNA
ALHAMDULILLAHIRROBBIL’ALAMIN
Makna Alhamdulillah
Makna Robbul’alamin
6. AL-IMAN
Hakikat Iman
Rukun Iman
Games “Rumah kita”
7. RUKUN ISLAM
Makna dan Hakikat Rukun Islam
Games “Garis Lima”
8. IHSAN
Pengertian
Landasan Ihsan
Alasan berbuat Ihsan
kesimpulan
9. MA’RIFATULLAH
Makna Ma’rifatullah
Pentingnya Mengenal Allah
Jalan-jalan untuk mengenal Allah
Hal-hal yang menghalangi Ma’rifatullah
10. MA’RIFATUL RASUL
Makna Risalah dan Rasul
Pentingnya Iman kepada Rasul
Tugas para Rasul
Sifat-sifat para Rasul
Games “Ilmu”
11. MA’RIFATUL ISLAM
Ad-dien menurut Al-qur’an
Ciri-ciri Dienullah/Dienussamawi
Ciri-ciri Dienul Ardh
Pengertian Islam cecara Ethimologis/Bahasa
Pengertian Islam secara Terminologis/Istilah
12. AL-QUR’AN
Definisi Alqur’an
Nama-nama Alqur’an
Karakteristik Alqur’an
Fungsi Alqur’an
Akhlak Terpuji terhadap Alqur’an
Keunggullan Alqur’an
13. UKHUWAH ISLAMIYAH
Makna ukhuwah Islamiyah
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dengan Ukhuwah Jahiliyah
Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah
Buah Ukhuwah Islamiyah
14. NIKMAT IMAN
Iman sebagai Fitrah manusia
Beberapa nikmat dari Allah
Cara Mensyukuri Nikmat
15. HAL-HAL YANG
MELEMAHKAN IMAN
Fluktuasi Iman
Fenomena Lemahnya Iman
Sebab-sebab lemahnya Iman
16. HAL-HAL YANG
MENGUATKAN IMAN
Hal-hal yang menguatkan Iman
17. PENTINGNYA AKHLAK
ISLAMI
Definisi Akhlak
Faktor-faktor pembentuk Akhlak
Pentingnya Akhlak Islami
18. AKHLAK ROSULULLAH
Akhlak Rasulullah secara Umum
Contoh akhlak-akhlak mulia yang diperintahakan nabi SAW
Contoh Akhlak-akhlak Tercela yang diperingatkan Rasullah
SAW
19. BANGUNAN ISLAM
Pendahuluan
Isi kandungan secara global ada 3 macam
20. EKSISTENSI ALLAH
Bukti eksistensi Allah
Cara mengenal Allah
21. MAKNA ASYHADU
Definsi syahadah
Jenis-jenis Syahadah
22. MAKNA SYAHADATAIN
Syahadah Uluhiyah
Syahadah Risalah
23. CINTA
Pengertian
Tanda-tanda cinta
Prioritas dalam cinta
24. PROBLEMATIKA UMAT
Potensi yang dimilki dalam Cinta
Sebab-sebab kemunduran umat Islam
Solusi untuk meraih kemenangan
25. GHAZWUL FIKRI
Pengertian
Sasaran
Metode
Games I
Games II
26. PENTINGNYA
PENDIDIKAN ISLAM
Makna dan Hakikat
Mengapa Pendidikan Islam Diperlukan ?
Sifat Pendidikan Islam
27. TARBIYAH RUHIYAH
Hakikat Taqwa
Balasan bagi orang-orang yang bertaqwa
Jalanm Menuju Taqwa
28. BIRRUL WALIDAIN
Pendahuluan
Bentuk-bentuk Birrul Walidain
Kesimpulan
29. ILMU ALLAH
Pendahuluan
Sifat-sifat Ilmun Allah
Kualitas Ilmu Allah
Hakikat Ilmu Allah
Bukti Ilmu Allah
30. SIMBOL SUKSES
Pengertian
Langkah Hidup
Simbol Sukses dan Simbol gagal
Peran Niat dalam Mencapai Sukses
Sukses di atas Sukses
Komentar
Posting Komentar