Ibuku hanya memiliki satu
mata. Ketika aku tumbuh dewasa, aku membencinya karena hal itu. Aku
benci perhatian tak diundang yang aku dapatkan ketika berada di
sekolah. Aku benci bagaimana anak-anak lain menatapnya dan memalingkan
muka dengan jijik. Ibuku bekerja dengan dua pekerjaan untuk menafkahi
keluarga, tetapi aku justru malu dengan keadaannya dan tidak ingin terlihat
sedang bersamanya.
Setiap kali ibu saya datang untuk
mengunjungi saya di sekolah, rasanya aku ingin dia menghilang. Aku
merasakan gelombang kebencian terhadap wanita yang membuat saya menjadi bahan
tertawaan sekolah. Pada suatu waktu, ketika aku ingin meluapkan kemarahan
ekstrim, aku bahkan pernah mengatakan kepada ibu saya bahwa saya ingin dia
mati. Aku benar-benar tidak peduli tentang perasaannya.
Setelah aku tumbuh dewasa, aku melakukan
apapun sekuat tenaga untuk menjauhkan diri dari ibuku. Aku belajar dengan keras
dan mendapat pekerjaan di luar negeri, jadi aku tidak akan bertemu
dengannya. Aku menikah dan mulai membesarkan keluargaku sendiri. Aku
sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, demi menyediakan kehidupan yang nyaman
untuk anak-anakku tercinta. Aku bahkan tidak memikirkan ibuku lagi.
Namun tidak disangka, ibuku datang untuk
mengunjungi rumahku pada suatu hari. Wajah bermata satunya membuat
anak-anak saya takut, dan mereka mulai menangis. Aku marah pada ibuku
karena muncul mendadak dan saya melarang dia masuk. Kemudian aku berkata :
“Jangan pernah kembali ke rumah saya dan kehidupan keluarga baru
saya..!”. Aku berteriak, tapi ibu saya hanya diam dan meminta maaf, lalu
pergi tanpa mampu berkata-kata lagi.
Pada suatu ketika, sebuah undangan untuk
reuni sekolah tinggi membawa aku kembali ke kampung halaman setelah puluhan
tahun lamanya. Aku tidak bisa menolak berkendara melewati rumah masa
kecilku dan mampir ke gubuk tua tersebut. Tetangga saya mengatakan kepadaku
bahwa ibuku sudah meninggal dan meninggalkan surat untukku.
Beginilah isi surat ibu :
“Anakku sayang :
Ibu harus memulai surat ini dengan
meminta maaf karena telah mengunjungi rumahmu tanpa pemberitahuan dan menakuti
anak-anakmu yang cantik. Ibu
juga sangat menyesal karena ibu adalah wanita yang memalukan dan sumber
penghinaan bagimu, ketika kamu masih kecil sampai tumbuh dewasa.
Ibu sudah mengetahui bahwa kamu pasti
akan datang kembali ke kota ini untuk reuni sekolah. Ibu mungkin tidak lagi berada di tempat ini
ketika nanti kamu datang, dan ibu pikir itu adalah waktu yang tepat untuk
memberitahumu sebuah insiden yang terjadi ketika kamu masih kecil.
Tahukah kamu, anakku sayang? Kamu
mengalami sebuah kecelakaan dan kehilangan satu mata. Ibu sangat terpukul karena terus memikirkan
bagaimana nasib anakku apabila anak ibu tercinta tumbuh hanya dengan satu mata. Ibu
ingin kamu dapat melihat dunia yang indah dengan sempurna, jadi ibu memberikan
padamu sebelah mata ibu.
Anakku sayang, ibu selalu memilikimu dan
akan selalu mencintaimu dari lubuk hati ibu yang terdalam. Ibu tidak pernah menyesali keputusan ibu
untuk memberikan mata ibu. Dan ibu merasa tenang ketika ibu mampu memberikan
kamu kemampuan untuk menikmati hidup yang lengkap.
Dari : Ibumu tersayang.”
Setelah membaca surat dari ibu, air
mataku menetes. Aku sangat menyesal. Diriku selalu menyalahkan diriku sendiri,
mengapa dulu aku tidak pernah sedikitpun bersikap baik pada ibu. Aku bahkan
tega menghilangkan dirinya dari kehidupanku, padahal ibu selalu ada untuk
membantuku.
Pesan Moral : Jangan pernah anda menyakiti perasaan orang
tua. Karena anda tidak pernah tahu apa saja yang telah dilakukan oleh orang tua
anda sehingga anda bisa menjadi seperti sekarang. Dan anda tidak akan pernah
tahu kapan orang yang anda sayangi akan meninggalkan anda untuk selama-lamanya.
Komentar
Posting Komentar