Oleh Ust Anis Matta, Lc
Keistimewaan ceramah-ceramah beliau adalah pada ruh kehidupan yang
menggelora pada setiap kata. Apabila
gagasan-gagasannya begitu memukau
dan mempesona, maka ruh kehidupan yang
menggelora pada setiap katanya
telah mengguncang jiwa para pendengarnya,
mengubah paradigma mereka,
merekonstruksi pikiran mereka, dan membangun
semangat serta komitmen
baru pada diri mereka untuk bangkit membangun
kejayaan umat sekali lagi.
Walaupun kita
tidak sempat mendengarnya, tapi dari membaca saja akan sangat
terasa betapa cermah-ceramah itu mengalir deras.
Seperti kata Ahmad Isa
‘Asyur yang menghimpun ceramah-ceramah beliau,
“Menghanyutkan setiap
orang yang mendengarnya!”
Imam Syahid Hasan Al-Banna mengetahui dengan baik bagaimana membangunkan
kembali umat yang telah tertidur pulas begitu lama dan memasukkan ruh kehidupan
dalam diri mereka.
Beliaulah yang pernah mengatakan kepada
kader-kadernya bahwa “Kalian
adalah ruh baru yang mengalir dalam jasad umat.”
Apakah yang dibutuhkan oleh sebuah umat untuk bangkit meraih kejayaannya
yang
hilang? Yang mereka butuhkan adalah sebuah
referensi yang membingkai
nilai-nilai, pemikiran, strategi, sistem dan
karakter individu maupun
kolektif mereka pada saat mereka merenda
kehadiran historisnya hari
demi hari. Sesungguhnya marja’iyyah (referensi)
itu ada di tengah kita,
yaitu Al Qur’an. Tetapi seperti kata beliau
sendiri, orang-orang Barat
mencari cahaya dalam kegelapan, namun umat Islam
tertidur dalam cahaya.
Maka yang
dibutuhkan oleh umat ini adalah membangun ulang hubungan mereka
dengan Al Qur’an sebagai referensi. Sebab
sesungguhnya Al Qur’an tidak
saja mempunyai kandungan kebenaran Ilahiah yang
mutlak, tapi juga
mempunyai wibawa dan kekuatan pembangkit yang
mahadahsyat.
Maka hanya
dengan sebuah gesekan kecil, kata Imam Syahid Hasan Al-Banna,
kehidupan dan kekuatan itu tiba-tiba mengalir
dalam tubuh umat. Umat
yang terbelakang itu tiba-tiba menjadi maju,
tiba-tiba para penggembala
kambing itu menjadi pemimpin dunia, tiba-tiba
masyarakat Badui itu
menjadi pusat peradaban dunia.
Itulah yang dilakukan oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna, menghubungkan
akal dan hati umat dengan Al qur’an dan menghadirkan pandangan-pandangan Al qur’an
dalam berbagai
dimensi kehidupan, serta persoalan sosial,
ekonomi, dan politik yang
dihadapi umat. Ketika umat kembali kepada
referensinya ia pasti akan
bergerak secara sistematis dalam perjalanan
kebangkitannya. Di manakah
letak kematangan sebuah umat kalau bukan pada
referensi dan sistematika
pertumbuhannya? Jika kepada referensi dan
sistmeatika itu kita
menambahkan anasir kepemimpinan yang kuat, maka
mengertilah kita betapa
menyatunya tiga kata itu dalam diri Imam Syahid
Hasan Al-Banna,
marja’iyyah (referensi), manhajiyyah
(sistematis), dan qiyadiyyah (kepemimpinan).”
Subhanallah..
Anis Matta gitu loh.. ^_^
Saya pribadi suka dengan tulisan pa Anis Matta,
berbunga-bunga.. :)
Komentar
Posting Komentar